Abdulah mengatakan, meluapnya air Sungai Batanghari bagi mereka justru merupakan rahmat dari Tuhan kepada umatnya yang patut disyukuri. Pasti ada hikmah dari Tuhan atas peristiwa alam itu bagi mereka.
Lurah Simpang, Kecamatan Berbak, Endi, membenarkan kondisi tersebut. Menurut dia, meski banjir telah merendam halaman dan air masuk ke sebagian rumah-rumah warga, namun sejauh ini tidak ada warga yang menjadi korban atau mengeluh atas peristiwa itu. Â "Mereka sudah biasa berhadapan dengan banjir. Menghadang banjir, bekerja dan bermain di tengah banjir. Namun sebagai pihak pemerintah, kami wajib membuat laporan dan menyelenggarakan bantuan kepada warga sekitar," kata Endi.
Banjir bagi warga adalah peristiwa biasa yang datang dalam siklus tertentu. Bisa dalam sepuluh tahun, atau lebih. Â Sejauh ini, tidak ada persiapan apapun dari warga dalam menghadapi banjir. Namun mereka mempunyai cara sendiri dalam menghindari luapan air. Cara yang sudah dilakukan oleh nenek moyang mereka sejak berpuluh-puluh tahun lalu.
Salah satunya dengan mendirikan rumah berbentuk panggung, terutama bagi warga asli. Sehinga waktu banjir, yang terendam adalah halaman dan tiang-tiang rumah saja. Meski bukan nelayan, mereka umumnya juga memiliki perahu atau sampan kecil sebagai alat transportasi dikala banjir.
Menurut dia, yang justru kelabakan dan mengalami stres dalam kondisi ini adalah warga pendatang yang kebanyakan warga eks transmigrasi dari Jawa. Tapi kini, sebagian warga eks transmigrasi itu sudah pula terbiasa dan dapat menikmati pola dari siklus sepuluh tahunan itu dan menyikapi kondisi alam dengan akal dan kearifan lokal.
"Konsep rumah panggung adalah ciri khas masyarakat pesisir sungai. Kearifan lokal itu sudah diturunkan sejak beratus-ratus tahun lalu di sini. Jadi jika ada rumah warga terendam, sudah dipastikan mereka tidak memahami kondisi alam dan wujud kearifan lokal nenek moyang dahulu," katanya.
Dikatakan Endi, masyarakat pendatang sebaiknya memahami alam dan meniru kearifan lokal masyarakat setempat, seperti mendirikan bangunan/rumah berbentuk panggung. Sehingga ketika air Sungai Batanghari meluap, mereka terhindar dari banjir.
Panen ikan
Pascabanjir, berbagai jenis ikan; Betok, Sepat, Lambak, Gabus, Baung, Seruang, Selincah dan lainnya dari Sungai Batanghari mudah ditemukan oleh warga. Ikan-ikan ini terperangkap di rawa-rawa, parit dan cekungan padang di sepanjang kawasan Berbak, Tanjung Jabung Timur dan desa-desa sekitarnya, saat air mulai surut.
Menurut Leman, warga Desa Suak Kandis, Kabupaten Muaro Jambi, yang menjadi agen tangkapan ikan para warga, hasil tangkapan ikan pascabanjir ini jauh lebih besar dari hari-hari biasa. Berpuluh-puluh boks ikan hasil tangkapan warga yang dijual ke tempat dia, didistribusikan ke Kota Jambi dan sekitarnya setiap hari. Padahal ikan air tawar jenis itu kini biasanya sudah semakin sulit dicari.
Dikatakan dia, warga secara umum menangkap ikan dengan cara tradisional; dipancing, jala dan ditangkul. Alat terakhir ini adalah jenis penangkap ikan yang jamak ditemukan di setiap genangan, rawa, parit dan sungai-sungai kecil di daerah itu.