Mary Ainsworth, seorang psikolog Amerika, memperluas teori attachment Bowlby dengan pengamatan empiris. Ia mengembangkan eksperimen yang dikenal sebagai "Strange Situation" untuk mengukur pola attachment anak dengan pengasuhnya. Dalam eksperimen ini, anak-anak berusia 12-18 bulan diamati dalam berbagai situasi, termasuk ketika mereka bersama pengasuh, ditinggalkan oleh pengasuh, dan bertemu dengan orang asing.
Berdasarkan pengamatannya, Ainsworth mengidentifikasi tiga jenis pola attachment utama:
1. Secure attachment (attachment aman): Anak merasa aman ketika pengasuh hadir, cemas saat ditinggalkan, tetapi mudah terhibur saat pengasuh kembali. Pola ini muncul ketika pengasuh konsisten merespons kebutuhan anak dengan sensitif.
2. Insecure-avoidant attachment (attachment tidak aman-penolakan): Anak tampak tidak peduli dengan keberadaan pengasuh dan menghindari kontak saat pengasuh kembali. Pola ini sering terjadi ketika pengasuh tidak responsif atau cenderung mengabaikan kebutuhan emosional anak.
3. Insecure-ambivalent attachment (attachment tidak aman-ambivalen): Anak menunjukkan kecemasan ekstrem saat ditinggalkan tetapi sulit untuk ditenangkan saat pengasuh kembali. Pola ini biasanya terjadi ketika pengasuh memberikan respons yang tidak konsisten terhadap kebutuhan anak.
Kemudian, para peneliti lain menambahkan pola keempat, yaitu:
4. Disorganized attachment (attachment tidak terorganisir): Anak menunjukkan perilaku yang membingungkan, seperti mendekati pengasuh tetapi juga merasa takut. Pola ini sering ditemukan pada anak-anak yang mengalami pengabaian atau penyiksaan.
*Implikasi Teori Attachment*
Teori attachment Bowlby dan Ainsworth memiliki dampak besar pada pemahaman tentang hubungan manusia. Hubungan attachment yang aman di masa kanak-kanak dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan interpersonal yang sehat di masa dewasa. Sebaliknya, pola attachment yang tidak aman dapat meningkatkan risiko masalah emosional, seperti kecemasan, depresi, atau kesulitan membangun hubungan.
Dalam konteks pendidikan, teori ini juga relevan. Guru dan pendidik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman untuk membantu anak-anak merasa nyaman dan termotivasi dalam belajar. Selain itu, teori ini menjadi dasar bagi intervensi psikologis untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan emosional akibat pola attachment yang tidak aman.
Dengan memahami teori attachment, kita dapat menghargai pentingnya hubungan emosional yang positif dalam membentuk kesejahteraan individu sepanjang hidupnya.