Jam tangan, tas, kerudung, baju, hingga pernik-pernik hiasan meja tertata rapi di etalase ruang tamu. Kata istri saya itu adalah  hadiah dari murid untuk ibu saat masih menjadi guru.Â
Dalam benak saya yang sering terlihat itu adalah barang yang dibeli saat istri pergi ke mall atau ke pasar malam.
Pemberian hadiah kepada guru oleh seorang murid  bisa dikatakan sebentuk ode. Pujaan kepada seseorang yang dianggap sangat berjasa dalam hidupnya karena memberikan kasih sayang selama di sekolah menggantikan kedudukan orang tua.Â
Pemuajaan kepada guru bukan menyakralkan guru, namun lebih pada hubungan yang secara pribadi dapat menyentuh sisi lain anak yang bisa dimaksimalkan oleh seorang guru, antara lainnya talentanya, kecerdasannya, dan yang lebih penting sisi kemanusiaannya.
Ketika seorang murid memberikan hadiah kepada seorang guru, dalam hati mereka akan menyanyikan puisi-puisi ode. Lirikan-lirikan kebanggan yang tidak akan hanya terbawa dalam memori tetapi akan selalu diceritakan kepada anak-anaknya, cucu-cucunya, suadara-saudaranya  kalau dalam hidupnya pernah singgah seorang yang mengajarkan ilmu bahasa, ilmu berhitung, ilmu agama, hingga ilmu kehidupan. Â
Hadiah dari  seorang murid sebentuk rasa terima kasih yang menjadi tonggak kalau guru  pernah singgah sekejap dalam hidupnya itu akan selalu ada dalam kenang-kenangan yang diberikan itu. Meskipun bentuk hadiah oleh seorang murid akan sangat sederhana namun arti yang ada padanya tidak akan semudah meracik bumbu pecel. Makna yang akan dibawanya sangat transendental, menyentuh sisi rohani si anak.Â
Memaknai hadiah dari seorang murid kepada gurunya sudah sewajarnya harus melihat bukan dari sisi kepantasan barang atau pamrih bendawi lainnya.  Namun  meletakkannya  pada nilai sosial, budaya, bahkan agama yang tertanam di sanubarinya.
Nilai sosial yang melekat pada hadiah adalah anak terbiasa hidup normal pada tataran interakasi yang saling merekatkan antara anak dan orang tua.Â
Strata yang dibangun pada keluarga besar selain keluarga inti di luar sana ada strata lainnya yang juga harus dimengerti yaitu keluarga sekolah.Â
Di lingkungan sekolah ada teman, kakak kelas atau adik kelas, guru yang juga sebagai orang tua dalam hubungan di sekolah tersebut ada juga aturan sebagaimana aturan di rumah dan di masyarakat. Bahkan kehidupan di sekolah bisa sebagai cermin kehidupan masyarakat. Â
Ketika kehidupan sekolah sangat baik baik dari sisi ilmiahnya maupun dari sisi humanismenya maka nilai korelasi murid dengan guru, murid dengan masyarakat, bahkan murid dengan orang tua sudah terbentuk dengan harmonis. Tetapi bukan berarti hanya karena murid yang menghadiahi gurunya lalu dikatakan terjadinya keharmonisan.
Paling tidak bentuk nyata berbagi dengan tulus itu harus ditanamkan sejak awal. Dan memberikan kado untuk seorang guru dapat dijadikan bahwa rasa empati bisa dimulai dari hubungan memberikan sesuatu baik berupa benda maupun non benda.
Kedatangan  Murid adalah Kebahagiaan
Bukan kebetulan jika mertua saya adalah seorang pensiunan guru SD dan sering sekali mendapat hadiah ataupun bingkisan-bingkisan ketika hari raya lebaran, hari raya besar, bahkan tidak pada acara hari penting pun mereka datang bertamu.Â
Saat murid datang dengan tidak memakai seragam sekolah SD lagi tetapi sudah membawa anak dan istri kebahagiaan itu pun semakin bertambah.Â
Ternyata mertua saya yang sudah pensiun sejak tahun 2004 masih di hati murid-muridnya. Bahkan ada juga muridnya yang sudah seperti kerabat sendiri.
Kekeluargaan yang datang  awal mulanya datang dari rasa empati kepada seorang guru sangat baik jika selalu diajarkan. Sehingga bukan hanya menghargai kepada sesama gurunya kawan yang seumuran, orang yang lebih tua,  tetapi juga kepada orang tuanya.
Memang tidak semua guru akan mendapat perlakuan istimewa dari murid-muridnya. Hanya guru-guru yang memang dianggap istimewa sajalah yang akan juga mendapat penghormatan berlebih. Hal itu akan menjadikan pemicu guru tersayang istilahnya untuk berbuat lebih baik lagi.
Tetapi bagi guru yang belum mendapat perlakuan istimewa dari murid-muridnya walaupun hanya sekedar ucapan ulang tahun bisa meniru kawannya agar juga diistimewakan.Â
Perlakuan lebih dari seorang siswa kepada gurunya jangan dianggap merendahkan nilai seorang guru. Karena seorang guru yang baik sudah bisa menakar dan menimbang kemampuan anak didiknya.
Memaknai Hadiah dari Siswa
Siswa akan senang saat memberikan hadiah tentunya guru pun akan lebih senang apa pun bentuknya. Dari ucapan ulang tahun yang dikirimkan lewat pesan sosial media ataupun mengucapkannya secara langsung, hingga memberikan kado hanyalah perantara saja karena yang penting adalah esensi dari kado yaitu kasih sayang.
Penilaian guru akan tetap sama kepada siswa-siswinya. Bukan gara-gara telah diberi hadiah maka akan berubah ketika mendidiknya.Â
Nilai lebih akan diberikan pada murid yang telah memberikan hadiah dan kurang untuk yang tidak, sangat kurang bermartabat jika prasangka itu disematkan pada guru.
Bahkan guru pun tidak jarang memberikan hadiah-hadiah kecil yang dimaksudkan untuk memicu siswa yang berprestasi untuk bisa mempertahankannya. Sementara siswa yang lain pun akan terpacu untuk terus berprestasi. Dan timbal balik saling memberi sudah terbiasa dalam kehidupan siswa. Bukan hanya meminta. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H