Mengadakan Kegiatan Memupuk Semangat Nasionalisme
Kegiatan ekstrakulikuler Pramuka yang selama  ini digaungkan oleh para pendidik adalah sebagai kegiatan di luar sekolah atau ektrakurikuler yang sangat unggul.
Meskipun unggul namun kenyataannya dalam masa pandemi ini juga ikut tertidur tidak lagi banyak aktivitias di luar sekolah yang ekisis. Baik di tingkat  gudep maupun di saka.Â
Padahal kalau berani sedikit membuka keberanian untuk mengadakan kegiatan maka siswa yang selama satu tahun ini selalu berkeluh bosan ada kegiatan di luar jam sekolah yang mendidik.
Metode Learning by doing yang selalu dipakai oleh para Pembina Pramuka untuk menyampaikan keterampilan bisa digunakan oleh  pengelola lembaga pendidikan formal.Â
Artinya kegiatan kepramukaan yang lebih banyak dilakukan di luar sekolah  diadopsi oleh sekolah dan guru untuk melakukan interakasi. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas pun akan berubah di luar sekolah.Â
Kalau biasanya siswa harus tertutup rapat oleh tembok dan duduk di kursi yang statis dengan model seperti ini siswa bisa merasakan lembutnya rerumputan dan pandangan mata bebas memandang langit biru dan yang pasti leagi lebih menyehatkan.
Kegiatan keagamaan pun bisa dipakai untuk tetap menjaga agar interaksi antara guru dan murid tetap terjalin. Bahkan dengan kegiatan ini akan menebalkan keimanan tidak hanya siswa tetapi guru, karyawan, dan seluruh elemen sekolah. Kesadaran kepada Tuhan sang pencipta adalah langkah yang sangat  tepat untuk menebalkan imun.Â
Penebalan rasa percaya diri sebagai kesadaran manusia yang lemah  membuat suatu kesadaran jika pandemi yang sedang terjadi adalah ajakan yang lembut untuk berbuat lebih arif. Bahkan ekstra lain yang memang bisa meningkatkan imun anak mengapa tidak juga dicoba, misalnya kegiatan olah raga.
Memahami Transendental sebagai dunia  unik harus dibimbing oleh orang yang mempunyai kemampuan religiusitas.  Namun pemahaman keagaman perlu juga diajarkan lebih dini dengan bimbingan bukan dengan pembiaran.Â
Dan setelah satu tahun siswa yang jauh dari lingkup pendidikan kekhawatiran akan pengeroposan kerohanian bukan isapan jempol. Pengontrolan perilaku yang sangat longgar dari orang tua, masyarakat, bahkan guru mengakibatkan  fenomena tidak terkendali dari remaja bahkan anak-anak sering terjadi.
Keberanian dari Pemangku Kebijakan Pendidikan untuk Membuka Keran Interaksi Belajar
Protokol kesehatan adalah hal yang mutlak dilakukan untuk menghindari  terjadinya penyebaran Covid-19 kala interaksi antara guru dan murid terjadi. Tetapi ketika kekhawatiran ketika terjadi pandemi di awal Maret tahun 2020 dunia pendidikan di Indonesia tidak mempunyai formula yang sangat tepat untuk mengantisipasinya selain menutup sekolah dan menggantinya dengan Pembelajaran Jarak jauh.