"Ini ya orangnya yang Bos ceritain kemarin." Salah seorang yang berpustur sangat gempal.
"Di cincang Bos?" teriak satunya lagi yang mempunyai rambut keriting.
Sambil melihat arena sekitar aku lirikkan mata, seuruh indra terpusat pada posisi masing-masing yang sudah pasti berniat tidak baik. Berlima mereka tidak membentuk suatu formasi layaknya orang yang pernah belajar beladiri. Aku jadi lega. Segera tanpa banyak ngomong di saat anak kelas tiga Sosial yang kemarin aku telikung berteriak serang. Aku dahului dengan menyerang salah seorang yang sangat lemah. Rupanya mereka tidak menyangka kalau aku mendahuluinya. Pada gerakan ke lima dua anak sudah roboh bergulingan di tanah.
"Percuma aku bayar kalian, segitu aja ya punya nyali." Kata anak sosial itu
Rupanya di antara mereka masih ada yang berani menyerang, segera aku elakkan badan ke kanan sedikit saat tangannya lurus menyerang. Tanpa banyak pikir aku telikung juga tangannya dan sentakan tanganku mendarat di tengkuknya namun tidak dengan penuh tenaga namun cukup membuatnya terjungkal. Melihat tiga orang sudah rebah, dua temannya ragu-ragu untuk melanjutkan pengeroyokkan. Mereka berlutut memohon maaf. Â Aku pun tersenyum selalu ingat kata ibu, setiap manusia harus menyayangi sesamanya.
"Ya aku maafkan kalian. Dan ingat namaku, Sayang dan aku lelaki.!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI