Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelajar Demo, Aneh?

26 September 2019   22:18 Diperbarui: 26 September 2019   22:35 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua yang dilakukan oleh para mahasiswa dann orang tua kala berdemo masuk ke dalam memori mereka, kemudian akan diwujudkan pada suatu waktu. Dan kesempatan itu datang manakala ada yang menjadi basis ide, ada yang mengajak, ada yang mendanai anak-anak belia ini.

Ada yang memberi iming-iming, ada yang mencukupi kebutuhan saat berorasi. Rupanya para provokator sadar betul kelemahan anak-anak sekolah sehingga dengan gampangnya memobilisasi beribu-ribu dari mereka.

Rabu, 25 September 2019 betapa kita dikejutkan oleh anak SMK yang berdemo menyuarakan suatu aspirasi yang tidak mereka kenal secara detail. Hanya berdasar "katanya" mereka berdemo untuk RKUHP, "katanya"  masak gak boleh ng####e istri sendiri, dan masih banyak lagi "katanya" Anak-anak  yang masih lugu.

Bagaimana kita akan menyebutnya lagi kalau yang seharusnya esoknya mengerjakan PR tiba-tiba dalam demo, tiba-tiba mereka berani menyerang polisi, berani melemparkan batu tanpa tahu efek dari vandalistis itu.

Hanya anasir jahatlah yang tega menyuruh anak-anak yang masih panjang merenda cita-cita  untuk berbuat kerusakan. Dan sungguh tak elok tatkala  pelajar yang belum genap berusia 18 tahun diperalat untuk satu tujuan syahwat kekuasaan.

Saya yakin aparat kepolisian dalam dilema saat menangani  pelajar yang berunjuk rasa ini. Jika anak-anak yang belum dikenai pasal tindakan kriminal ini melakukan perusakan maka hanya akan ada peringatan kalau tertangkap.

Kalau tidak ditangkap mereka sudah melakukan kebrutalan. Jadi serba salah , namun efek ke depanlah yang harus dipertimbangkan oleh praktisi penegak hukum. Anak-anak ini sudah mempunyai pengalaman untuk melakukan demo suatu saat.

Sehingga langkah-langkah preventif  dan masif oleh praktisi pengajar meletakkan kurikulum yang tepat untuk  penguatan rasa berbangsa dan bernegara. Persis Seperti kata istri saya, Jangan ada kebakaran lalu sibuk memadamkan.

(Pati, 26 September 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun