Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apa Saja Persiapan (Calon) Ibu Menyusui yang Berkarir?

4 Agustus 2016   13:20 Diperbarui: 4 Agustus 2016   14:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekan Asi Sedunia (sumber: www.lampost.co)


Berbagi Cerita Di Pekan Asi Sedunia

Saya seorang ibu dari dua anak. Bukan ahli kesehatan atau petugas medis. Kalaupun di Pekan Asi Sedunia ini saya hendak berbagi, izinkanlah saya berbagi pemahaman dan cerita dari sudut pandang saya dan dari beberapa referensi yang juga bisa Anda akses…

Mengapa ASI Istimewa?
ASI vs Susu Formula
Ada berjuta alasan kenapa ASI menjadi pilihan terbaik bagi bayi. 

ASI

Kaya DHA dan AA untuk pembentukan sel otak, mudah diserap usus bayi, kaya kolesterol, mengandung enzim pencerna lemak

Mengandung lactoferin (baik untuk usus), lisosim (enzim anti mikroba), kaya protein pembangun tubuh dan otak

Kaya laktosa (karbohidrat penting untuk perkembangan otak) dan oligosakarida yang meningkatkan kesehatan usus

Kaya akan sel darah putih dan imunoglobulin (untuk antibodi)

ASI mengandung lemak tak jenuh yang tinggi yaitu 34 persen, sehingga ia memiliki asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids).

Mengandung zat besi, zink dan kalsium, (besi mampu diserap sekitar 50-75%), juga mengandung antioksidan

Kaya enzim pencerna seperti lipase dan amilase. Kaya hormon seperti tiroid, prolaktin, oksitosin.

Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya berubah dari hari ke hari. Misalnya kolostrum (cairan bening kekuningan yang keluar pada awal kelahiran) terbukti mempunyai kadar protein yang lebih tinggi, serta kadar lemak dan laktosa yang lebih rendah dibandingkan ASI mature(ASI yang keluar pada hari ke-10 setelah melahirkan). Kandungan kolostrum yang seperti ini akan membantu sistem pencernaan bayi baru lahir yang belum berfungsi optimal. Selain itu komposisi ASI pada saat mulai menyusui (foremilk) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui (hindmilk). Kandungan protein foremilk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan dengan hindmilk (berwarna putih dan kental).

SUSU FORMULA

Seringkali kurang DHA, tidak ada kolesterol, tidak diserap secara sempurna

Tidak ada lactoferin dan lisosim. Protein pembangun tubuh dan otaknya kurang

Kurang laktosa dan oligosakarida bahkan dalam beberapa susu formula tidak terkandung di dalamnya

Tidak ada sel darah putih atau sel lainnya, sedikit imunoglobulin dan biasanya jenis yang salah

Lemak tak jenuhnya hanya 3 persen sehingga ia lebih banyak asam lemak tak jenuh rantai pendek, sehingga bisa menyebabkan obesitas

Tidak diserap dengan baik, mengandung antioksidan

Kurang enzim dan hormon

Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai).

Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan whey dan casein dalam susu sapi adalah 20 : 80.

sulit dicerna karena tidak mengandung enzim pencernaan. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme (proses pembakaran zat-zat di dalam tubuh menjadi energi, sel-sel baru,dll) yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras.

Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.

Tidak ekonomis dan tidak praktis

Pembuatan sufor memerlukan lingkungan dan alat-alat yang higienis

Sumber

Ikutan Support Group: Mengapa Tidak?

Sangat menyenangkan berada di komunitas yang tepat ketika kita sedang berjuang untuk sesuatu hal yang kita yakini berharga. Saya sendiri telah merasakan manfaatnya. Di grup Asosiasi Ibu-Ibu Menyusui Indonesia baik di skup nasional, ataupun lokal, dengan mudah kita bisa mengakses info-info berharga yang dibagikan secara free.

Saya sendiri memilih mengikuti berbagai tips dan sharing para ibu-ibu menyusui via grup asosiasi ibu-ibu menyusui Indonesia (biasa disebut AIMI) di fesbuk. Di situ, banyak juga ibu-ibu yang share permasalahan yang tengah ia hadapi terkait menyusui. Dengan senang hati para ibu-ibu anggota grup akan memberikan saran, dukungan, dan bantuan. Berasa enggak sendirian aja.. Itu yang saya rasakan!

Tapi sebenarnya, ikutan grup apapun..kita perlu baca dan ikutin rules-nya. Nah, ini nih yang terkadang kita lupakan. Katanya sih, lupa itu“orang Indonesia banget”. Eh, masa iya sih? He he he

Di grup untuk ibu-ibu menyusui itu, kita diharapkan untuk rajin baca berbagai artikel tentang menyusui yang sudah ada di kumpulan dokumen grup. Para admin grup tersayang sudah mengumpulkannya dengan rapi dan seksama untuk kita baca, lho. Tapi, ya itu tadi… Ibu-ibu banyak juga yang lupa, hehehe… Karena semangat empat lima, langsung curhat panjang lebar di timeline grup. Seringkali, pertanyaan kita itu tipikal. Dan jawaban atas pertanyaan kita itu ternyata sudah ada di kumpulan artikel di dokumen grup. Supaya lebih efektif dan nggak mengulang-ulang pertanyaan dan jawaban senada. Begitulah, kira-kira.

Kemudian, rules lainnya juga perlu kita simak. Misalkan, kita perlu bersikap empatik terhadap kondisi sesame ibu-ibu. Misalkan, nggak etis dong, mengunggah gambar stok asi perah (asip) sekulkas penuh. Apapun tujuannya. Karena, kondisi tiap ibu kan berbeda-beda. Ada ibu-ibu yang jungkir balik kejar tayang memompa asi dari hari ke hari supaya stok asi perah terjaga. Dan banyak kondisi lainnya. Maka, empati perlu kita kedepankan.

Pro Kontra Sufor dan Asi

Tentang historis bagaimana masyarakat kita didominasi para ibu-ibu menyusui, kemudian dalam suatu masa begitu banyak yang beralih ke susu formula, lalu pada suatu titik kembali muncul kesadaran pentingnya asi untuk tumbuh kembang anak, saya kira kita bisa search info tentang hal itu. Saya enggan larut dalam perdebatan itu. Namun saya jelaskan posisi saya dalam hal ini. Saya termasuk ibu pro asi. Lalu apa yang saya hendak bahas. Yakni bagaimana kita bisa memberikan support tanpa menghakimi sesama ibu yang juga berjuang memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.

Motherhood merupakan jalan panjang yang unik bagi masing-masing ibu. Saya menghargai jalan yang telah ibu-ibu lain alami. Dan saya harap demikian pula dengan ibu-ibu sekalian.

Apa Yang Penting untuk Busui Sebelum dan Sesudah Kelahiran Bayi?

Yang pertama, dari pengalaman saya. Pilihlah Rumah Sakit / Dokter / Bidan / Klinik yang support menyusui. Itu sangat penting. Memang kita perlu banyak tanya, banyak mencari informasi. Bila perlu kita juga lakukan survey langsung ke tempat yang kita rencanakan untuk melahirkan tersebut.

Pengalaman saya pribadi, hal itu sangat membantu kita. Terutama untuk para ibu yang baru melahirkan dan menyusui anak pertamanya. Saat itu saya menjatuhkan pilihan pada sebuah rumah sakit swasta di kota saya. Setelah melakukan perbandingan dengan beberapa rumah sakit lain, setelah mengikuti beberapa kegiatan dan edukasi kesehatan di beberapa tempat, dan setelah berdiskusi dengan suami, saya memilih Rumah Sakit A.

Saya bersyukur, pilihan itu kami rasa tepat. Saya sangat merasa terbantu, ketika tempat kita melahirkan 100 % mendukung busui. Tenaga dokter, bidan, perawat,dan semuanya. Pengalaman saya, menyusui itu enggak segampang yang dibayangkan pada awalnya. Padahal, selama masa kehamilan saya merasa sudah menyiapkan diri dengan mempelajari berbagai artikel kesehatan, sampai yang dilengkapi gambar seperti buku Ibu Oetami Roesli juga telah saya pelajari. Namun, dukungan dan bantuan semua pihak, terutama di minggu-minggu pertama menjadi busui sangat membantu sekali.

Bagaimana posisi perlekatan yang tepat sehingga busui tidak kesakitan tiap kali menyusui. Itu sangat penting. Dan, jangan sekali-sekali mendengarkan omongan orang yang heartless dan tidak bertanggung jawab seperti, “ih ngapain belajar sih, sapi aja juga bisa menyusui… itu alami.. hewan aja bisa, apalagi manusia!” Menyusui adalah hak kita: hak bayi, hak ibu, dan kewajiban kita semua untuk mendukungnya. Menyusui adalah pengalaman bonding yang istimewa dan memiliki dampak luar biasa bagi bayi kita. Tetap semangat, ya!

Perawatan payudara supaya asi lancar, asupan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, manajemen stres yang baik, hal ini juga penting. Kalau ada semacam kelas persiapan kelahiran dan menyusui, biasanya dokter dan bidan yang mengisi acara juga mengedukasi tentang hal ini.

Di tempat lairan yang tepat, para bidan dan perawat sangat concern, care, dan support kita yang sedang berjuang menyusui dengan (posisi yang) benar. Bel dipencet berapa kali sehari pun, mereka siap sedia untuk membantu kita dengan sabar dan dengan masukan yang benar. Mereka juga tidak akan “mensabotase” upaya dan ijtihad kita itu dengan memberi si bayi cairan pre lactal seperti sufor, karena cadangan bayi cukup untuk ia bertahan tiga hari, itu yang tertulis di berbagai artikel kesehatan yang saya baca. Dalam pengalaman saya dua kali melahirkan melalui operasi cesar, karena kepala bayi yang tidak turun ke panggul, bayi tetap bisa langsung memperoleh asi dan rawat gabung bersama ibu. Memang sakit sekali, terus terang saja, karena luka operasi juga masih sangat terasa. Namun, karena yakin ini demi si kecil, saya berupaya keras untuk tetap menyusui bayi saya dengan posisi yang tidak menekan luka jahitan operasi. Semangaattt, Busui!

Yang Ke dua, Dukungan dan Empati dari Keluarga. Para ibu terkadang protes, “Enak aja… selalu ibu-ibu yang disalahkan! ” ehem…ehem…

Memang perempuan itu seringkali lebih perasa. Kadang, ketika suami menuntut istrinya memberikan asi eksklusif, namun di sisi lain dia juga “memberi hukuman” berupa omelan, sindiran, bahkan memarahi istrinya ketika pemberian asi itu ternyata tidak selancar yang diharapkan. Maka, perilaku kurang empati tersebut juga bisa menimbulkan permasalahan tersendiri. Hampir tak pernah ada seseorang yang termotivasi dengan diberikan ancaman, hukuman, sindiran, dan berbagai stimulus negatif lainnya. Jadi, Bapak-Bapak, Para Ayah, yang perlu Anda lakukan itu mendukung, berempati dengan kondisi istri Anda, dan membantunya semampu Anda. InsyaAllah istri Anda akan lebih bersemangat berjuang menjadi busui yang keukeuh sebagaimana yang Anda dan istri sepakati bersama. Termasuk, di dalamnya. Kalau tadinya Anda berdua dengan istri menyempatkan berbelanja kebutuhan bayi seperti: baju, tas bayi, popok, dan lain-lain. Tentu istri akan sangat terbantu kalau suami juga menemaninya berbelanja kebutuhan peralatan menyusui seperti: pompa asi yang baik kualitasnya, botol asi kaca, cooler bag, blue ice / ice gel, dan sebagainya. Oh iya, mungkin seperti remeh tapi penting lho, sediakan baju berkancing / resleting depan yang memudahkan akses menyusui. Bra khusus menyusui juga perlu disiapkan. Terkadang kita teringat hal-hal besar, namun mudah melupakan hal-hal kecil semacam ini. Padahal, repot banget lho, kalau busui nggak dipersenjatai baju yang support menyusui. Kalau Anda tak nyaman menyusui di depan umum (most of us, begitu, kan?), ada baiknya kita siapkan apron (tutup menyusui) atau bagi yang berjilbab bisa memanfaatkan jilbab yang berukuran lebar.

Yang Ke Tiga, Manajemen Asip Dan Dukungan dari Tempat Kerja

Contoh Info Manajemen Asi Perah (sumber: http://aimi-asi.org)
Contoh Info Manajemen Asi Perah (sumber: http://aimi-asi.org)
Kalau yang satu ini memang kebutuhan khas para ibu yang juga bekerja di luar rumah / kantor. Ada baiknya mempelajari betul-betul dan berkonsultasi terkait manajemen asi perah. Juga, ada baiknya kita berusaha memastikan kebutuhan kita untuk memerah asi bisa didukung oleh institusi tempat kita bekerja. Pengalaman pribadi saya, hal ini sempat menjadi kendala tersendiri ketika masa cuti hamil & melahirkan telah habis. Ternyata saya dapati cooler bag hanya bisa maksimal menjaga asi perah tetap dingin selama 12 jam, dengan catatan suhunya suhu kamar. Padahal, tahu sendiri lah suhu di kota yang terletak di pinggir pantai seperti kota saya, apalagi tempat saya bekerja juga jauh dari rumah… Belum lagi kalau harus lembur... pikir saya....Wadugh…saya sempat cenut-cenut, puyeng…

Bismillah….Berbekal tekad dan doa, saya menyampaikan aspirasi kepada pimpinan institusi tempat saya bekerja untuk disediakan kulkas di kantor dan juga ruang laktasi. Kebetulan, saat itu ada beberapa pegawai yang juga menjadi pejuang asi untuk anaknya. Saya sampaikan keluhan, curhatan, kesulitan, dan hambatan yang kami alami, apa adanya. Saya kutipkan beberapa pengalaman busui di tempat kami yang membuat hati menangis. Seperti ketika salah satu teman saya yang anaknya tidak mau menyusui langsung, melainkan hanya bisa dari asi perah (asip) kemudian suatu hari dia terpaksa membuang beberapa botol asi perahnya karena telah rusak ketika sampai rumah sesudah lembur di kantor. Sedih bukan? Dan, jeritan hati serta usulan kami itu ternyata disetujui pimpinan. Memang, ruang laktasi tersebut akhirnya sih jarang (hampir tidak pernah) saya gunakan, mengingat saya masih bisa memerah asi di ruang saya sendiri (ada sekat dan pintu juga yang bisa ditutup, jadi aman, sih). Bagaimanapun, Teman-teman dan saya sendiri berucap syukur dengan gayung bersambutnya jeritan hati kami. Alhamdulillah.

Yang Terakhir adalah Doa.Setelah semua daya upaya kita lakukan, tak ada lain selain doa kepada-Nya. Dia yang memberikan kesempatan istimewa kita menjadi ibu. Dan Dia pula yang menjamin rezeki semua makhluknya.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Salam Asi untuk Ibu-Ibu Pejuang Asi Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun