Memang perempuan itu seringkali lebih perasa. Kadang, ketika suami menuntut istrinya memberikan asi eksklusif, namun di sisi lain dia juga “memberi hukuman” berupa omelan, sindiran, bahkan memarahi istrinya ketika pemberian asi itu ternyata tidak selancar yang diharapkan. Maka, perilaku kurang empati tersebut juga bisa menimbulkan permasalahan tersendiri. Hampir tak pernah ada seseorang yang termotivasi dengan diberikan ancaman, hukuman, sindiran, dan berbagai stimulus negatif lainnya. Jadi, Bapak-Bapak, Para Ayah, yang perlu Anda lakukan itu mendukung, berempati dengan kondisi istri Anda, dan membantunya semampu Anda. InsyaAllah istri Anda akan lebih bersemangat berjuang menjadi busui yang keukeuh sebagaimana yang Anda dan istri sepakati bersama. Termasuk, di dalamnya. Kalau tadinya Anda berdua dengan istri menyempatkan berbelanja kebutuhan bayi seperti: baju, tas bayi, popok, dan lain-lain. Tentu istri akan sangat terbantu kalau suami juga menemaninya berbelanja kebutuhan peralatan menyusui seperti: pompa asi yang baik kualitasnya, botol asi kaca, cooler bag, blue ice / ice gel, dan sebagainya. Oh iya, mungkin seperti remeh tapi penting lho, sediakan baju berkancing / resleting depan yang memudahkan akses menyusui. Bra khusus menyusui juga perlu disiapkan. Terkadang kita teringat hal-hal besar, namun mudah melupakan hal-hal kecil semacam ini. Padahal, repot banget lho, kalau busui nggak dipersenjatai baju yang support menyusui. Kalau Anda tak nyaman menyusui di depan umum (most of us, begitu, kan?), ada baiknya kita siapkan apron (tutup menyusui) atau bagi yang berjilbab bisa memanfaatkan jilbab yang berukuran lebar.
Yang Ke Tiga, Manajemen Asip Dan Dukungan dari Tempat Kerja
Bismillah….Berbekal tekad dan doa, saya menyampaikan aspirasi kepada pimpinan institusi tempat saya bekerja untuk disediakan kulkas di kantor dan juga ruang laktasi. Kebetulan, saat itu ada beberapa pegawai yang juga menjadi pejuang asi untuk anaknya. Saya sampaikan keluhan, curhatan, kesulitan, dan hambatan yang kami alami, apa adanya. Saya kutipkan beberapa pengalaman busui di tempat kami yang membuat hati menangis. Seperti ketika salah satu teman saya yang anaknya tidak mau menyusui langsung, melainkan hanya bisa dari asi perah (asip) kemudian suatu hari dia terpaksa membuang beberapa botol asi perahnya karena telah rusak ketika sampai rumah sesudah lembur di kantor. Sedih bukan? Dan, jeritan hati serta usulan kami itu ternyata disetujui pimpinan. Memang, ruang laktasi tersebut akhirnya sih jarang (hampir tidak pernah) saya gunakan, mengingat saya masih bisa memerah asi di ruang saya sendiri (ada sekat dan pintu juga yang bisa ditutup, jadi aman, sih). Bagaimanapun, Teman-teman dan saya sendiri berucap syukur dengan gayung bersambutnya jeritan hati kami. Alhamdulillah.
Yang Terakhir adalah Doa.Setelah semua daya upaya kita lakukan, tak ada lain selain doa kepada-Nya. Dia yang memberikan kesempatan istimewa kita menjadi ibu. Dan Dia pula yang menjamin rezeki semua makhluknya.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Salam Asi untuk Ibu-Ibu Pejuang Asi Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H