Mengakui
Malu malu mengakui,rindu rindu bersemi
kupu kupu menggelitik
semburat merah menghias pipi
bibir melawan gravitasi
Kekasihku
ku tanam subur di hati untukmu
berbait puisi indah penuh rindu
kekasihku
rembulan mengatakan
elok rupa wajahmu menghiasi malamku
Arti
 Darimu, belajar arti mencintai
waktu lama tak membuat bosan
bertahan, diantara kata orang
kamu masih bahagiaku
kamu sesungguhnya tak terdeskripsikan
kamu,dengan segala cinta,Â
bertahan dalam dekapmu
mari, dalam waktu lama
menguatkan,tanpa saling melupakan
aku, rindu kamu
memahami
Aku keberatan terus memahami
memaksa diri dari sudut pandangnya
kalimat perkalimat
tersusun payah tidak paham
aku menyerah,
untuk
terus berprasangka baik
menahn dari marah
bersikap menjunjung hormat
aku benci,
akhirnya
harus memilih
tak menahu
benci
kenyataanya
aku benci
lalu
Tak terpikir melewati malam
senja mempertemukan siang kepada malam
atau, fajar memisahkan keduanya
seperti debu lelah mencari tempat singgah
detik penantian
atau, ceria yang lalu
rindu pada kehidupan
bersimpuh dan bersandar
rona kemerahan
dalam balutan
25/20/8
Barangkali belum
nanti
bisa jadi tiba tiba
rindu menyelinap
kamu, jauh, diujung pelupuk
tatapan tak terhindar
Lembayung kala takdir berpisah
mungkin nanti bersua
dalam jumpa sakral
kamu
jika
Jika tiba rindu datang
mengguyur tanpa tadah
menusuk sampai tak sanggup bernafas
air mata, tanpa permisi mengalir deras
menyanyat pilu
ingin  direngkuh
Tiba mata terbuka
desah keluar tanpa aba aba
senyap tanpa jiwa
berteriak hampa
rindu menggelora
kenangan
masalalu tak terulang
titipan
      Jangan terlalu keras
aku seperti durian
berhenti menilai liar
darah tak kental
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H