Saya juga sudah curhat di FB, tidak lupa saya tag ke admin Kompasiana. Hasilnya belum ada
Jadi begitulah ceritanya
Inilah jeleknya nulis di blog keroyokan bang. Urusan sepele gini mereka slow respon.
Potensi abang nulis berarti besar, sayang kalau potensi itu abang sia-siakan, hanya karena ketentuan nulis konten 10 perhari, padahal source konten skarang berlimpah loh.
"Saya aja bisa nulis konten sampe 30 perhari dengan sumber kredibel dan aman, apalagi abang yang notabene mantan wartawan cetak," kata seorang teman menyemangati.
"Sedih saya dengar kalo abang andalkan satu media semata, padahal ada kesempatan besar di media online," tambah teman itu lagi.
Saya membaca sejumlah komentar teman sambil berfikir. Apakah saya harus meninggalkan Kompasiana yang sudah saya cintai sejak lama?
Bang NUR TERBIT:
Terima kasih supportnya pak. Saya juga sedih, justeru 75 persen tulisan dari Kompasiana sudah jadi buku, 25 persen lainnya dari blog dan tulisan dari era media cetak
Terima kasih, salam:
Nur Terbit
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI