Tidak hanya itu beberapa kali juga saya pernah menunggu mikrotrans pada plang bus stop namun sang sopir seakan-akan tidak melihat bahwa ada penumpang disana dan melanjutkan perjalanan tanpa berhenti terlebih dahulu.
Kurangnya jumlah armada.
Kenyamanan dari armada mikrotrans membuat para pengguna angkot biasa kemudian beralih, membuat terjadinya membeludakan pada armada tersebut terkhusus pada jam sibuk seperti jam berangkat kerja dan pulang kerja.
Alhasil perlu waktu yang lama untuk menunggu mikrotrans terlebih jika pada jam sibuk. Karena setiap kali lewat akan selalu penuh oleh para penumpang dan harus menunggu mobil berikutnya yang tidak penuh agar bisa naik.
Fasilitas halte yang kurang memadai.
Seperti yang saya katakan diatas yaitu perbedaan antara transjakarta dan mikrotrans adalah minimnya halte pada pemberhentian mikrotrans.
Dampaknya bagi penumpang adalah kekurang nyamanan dalam menunggu karena terkena panas pada siang hari dan kehujanan ketika hujan tiba-tiba saja mengguyur dan yang pasti tidak ada fasilitas kursi atau bangku untuk duduk sambil menunggu armada.
Waktu oprasional yang harus ditambah.
Menurut saya oprasional dari mikrotrans masih sangat terbatas yaitu mulai jam 05:00 -22:00 WIB, padahal pada pukul 22:00 para pekerja yang pulang dari kantor masih banyak yang lalu lalang menggunakan layanan mikrotrans, alhasil karena waktu operasinya yang terbatas membuat para penumpang terpaksa beralih menggunakan angkot biasa ketika sudah melebihi jam 22:00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H