Pada awalnya cendawan memperbanyak diri disekitar pangkal batang, kemudian menyerang tandan buah terbawah. Penyakit busuk buah ini mengakibatkan kerugian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.Â
Tandan buah yang terserang penyakit ini mengalami hambatan dalam proses pematangan buah, sehingga buah menjadi busuk, dan apabila tandan buah yang terserang penyakit ini diolah maka kadar asam lemak bebasnya akan meningkat.
Selain jamur marasmius sp, tanaman kelapa sawit juga diserang hama, yaitu hama landak. Landak merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa sawit. Hama ini aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam lorong lorong dalam tanah. Â Hama ini merusak tanaman kelapa sawit muda dengan cara mengerat pangkal batang dan memakan jaringan umbut kelapa sawit.Â
Akibat serangan hewan landak ini, tanaman kelapa sawit dipastikan gagal panen, meski batang dan pelepah bagian bawah masih terlihat hijau dan subur. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pemagaran tanaman kelapa sawit secara individual misalnya dengan pelepah kelapa sawit sebanyak tiga tingkat.
Tanaman kerdil (abnormal) merupakan salah satu penyakit pada tanaman kelapa sawit. Tanaman kerdil ini dapat dicegah dengan kegiatan sensus tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk memastikan tanaman tumbuh sempurna, tegak dan tumbuh sehat/normal. Salah satu penyebab tumbuhnya tanaman kerdil ini adalah sensus tanaman yang tidak dilakukan dengan cermat, sehingga tanaman abnormal ini masih berada di areal perkebunan.Â
Di lapangan kegiatan sensus tidak dilakukan secara menyeluruh atau merata, sensus hanya dilakukan pada tanaman yang berada dipinggir jalan saja, sedangkan pada tanaman yang berada diareal perbukitan tidak disensus. Tanaman kerdil ini tidak akan menghasilkan produksi, malah akan menambah biaya dalam pemeliharaannya.
Pemeliharaan kelapa sawit selanjutnya berlangsung pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, serta pemeliharaan jalan. Pemeliharaan pada TM bertujuan untuk memacu pertumbuhan daun, dan buah yang seimbang. Pada tanaman menghasilkan (TM) juga ditemukan hal yang dapat menghambat produksi kelapa sawit, seperti pelepah yang tidak ditunas (pruning), piringan yang tidak dibersihkan, pemupukan yang jarang dilakukan, pengendalian gulma yang tidak dilakukan dengan merata serta perawatan pada mucuna yang tidak dilakukan.
Penunasan (prunning) merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan atau yang tinggal di pohon. Penunasan pelepah bertujuan untuk menjaga keseimbangan fisiologis tanaman dan sanitasi, memperlancar penyerbukan, memudahkan panen dan pengamatan tandan matang panen, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah dan mempermudah pembersihan piringan dan pemupukan.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak, dimana daun merupakan tempat proses fotosintesis yang hasil akhirnya menentukan pembentukan buah baik dari kuantitas maupun kualitas buah yang akan dipanen.
 Penunasan pada TM dapat dilakukan dengan sistem periodik dan sistem progresif. Sistem periodik adalah kegiatan menunas dengan rotasi sembilan bulan sekali. Sedangkan sistem progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegiatan panen. Di lapangan penunasan yang dilakukan adalah penunasan bersamaan dengan kegiatan panen.
 Kegiatan ini dilakukan dengan cara memotong pelepah terlebih dahulu sebelum penurunan buah. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan untuk mendapatkan produksi maksimal yaitu umur 3-5 tahun 48-56 pelepah, umur 5-10 tahun 46-48 pelepah, dan umur >10 tahun pelepah minimum 40 pelepah.