Pak Sandi menambahkan, Â kunjungan tersebut dilakukannya kalau sang murid mengalami kendala dalam belajajar daring. Khususnya mata pelajaran matematika.
Padahal, dia tinggal di Kota Sungai penuh, memiliki sedikit keterbatasan physik pula. Siswanya berdomisili di desa tempatnya mengajar. Untuk ke sana harus naik ojek sejauh kurang lebih 35 km.
"Habis mau bagaimana lagi, Bu. Saya jelaskan via HP, mereka tidak paham. Mau dikirim video atau VC, sinyal di sana tidak lancar. Palingan bisa nelepon. Itu pun sering putus-putus. Kalau mereka mau menghubungi saya, terlebih dahulu mencari posisi dimana titik-titik sinyal yang mendukung," keluhnya.
Hambatan di atas baru segelintir saja. Belum menyentuh akar permasalahannya. Apa hendak dikata. Tiada yang harus disalahkan. Karena negara ini dalam keadaan darurat Corona. Pendidikan pun ikut amburadul.
Oleh sebab itu, diharapkan arahan yang jelas dari Dinas Pendidikan di daerah-daerah. Bagaimana menerapkan pembelajaran jarak jauh ini.
Apa pula solusinya bagi daerah yang belum didukung oleh sistem komunikasi memadai, Â Bahkan ada yang nol jaringan. Termasuk penanganan anak-anak keluarga miskin yang tak mampu membeli gawai dan kuota internet. Dan sarana prasarana lainnya.
# SalamDariRumahAja. di Pinggir Danau Kerinci.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H