Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Zarkani, di Balik Reruntuhan Diguncang Covid 19

28 April 2020   16:55 Diperbarui: 28 April 2020   16:55 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stok galon, ember, dan pernak-pernik lainnya di gudang. Foro/NURSINI RAIS

Untuk pemasangan kran,  dia  mengerahkan beberapa tenaga  kerja. Mereka adalah tetangga dan para keponakannya.

Ketika diajak berbincang tentang usaha yang sedang digelutinya itu, Zarkani terkesan malu-malu.

 "Beliau kurang mau gaweannya ini diekspos, Bu. Tak enak, seolah-olah pamer. Cuman usaha rumahan kecil-kecilan hebohnya sejagat," kata  Lis isterinya.

Wanita 38 tahun itu mengaku, selama 2 bulan terakhir suaminya menerima order 4 ribu galon kran.

Ember kran (sampel). Foto/NURSINI RAIS
Ember kran (sampel). Foto/NURSINI RAIS
Galon dan pernak-pernik lainnya  dipasok secara online dari Jakarta. Kadang-kadang juga dari Padang dan Jambi. "Sekarang persedian galonnya sering  kosong.  Sebagai alternatif kami terpaksa menggunakan ember," kata Lis

Saat ditanya berapa harga jualnya per lusin, Lis manjawab, "Tidak sebarapa Bu. Hitungannya per biji. Cuman tiga puluhan ribu," katanya tersipu-sipu.

Kepada saya Lis sempat curhat. Bagaimana suaminya memulai usahanya dari menawarkan galon kosong ke warung-warung dan toko. "Puluhan kali ditawar belum tentu laku satu," kenangnya. Sampai akhirnya sang mantan TKI Malaysia tersebut dikenal sebagai satu-satunya orang yang bisa memproduksi depot air minum isi ulang di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Zarkani dan isterinya Lis. Foto/NURSINI RAIS
Zarkani dan isterinya Lis. Foto/NURSINI RAIS
Ini hanya secercah pelangi di balik reruntuhan tatanan kehidupan manusia, akibat terjangan Covid 19. Masih banyak pelangi lainnya yang timbul tenggelam silih berganti.  Tetapi kita sering lupa mensyukurinya. Salam #DariRumahAja, di Pinggir Danau kerinci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun