Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Zarkani, di Balik Reruntuhan Diguncang Covid 19

28 April 2020   16:55 Diperbarui: 28 April 2020   16:55 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zarkani, distributor Depot air minum dan galon. Foto/NURSINI RAIS

Covid 19 telah banyak menimbulkan petaka.  Perekonomian dunia morat marit, korban berjatuhan di hampir seluruh permukaan bumi. 

Di tanah air ini, kelaparan terjadi di berbagai tempat, perusahaan banyak yang gulung tikar, pengangguran membludak, dan bencana lainnya tak bisa disebutkan satu-persatu.  

Tapi siapa sangka virus menyeramkan itu membawa  hujan berkah buat individu  yang dikehendakiNya.

Salah satunya bagi Zarkani (45), tetangga saya.  Awalnya  bapak 3 anak ini adalah distributor tunggal  depot air minum isi ulang di Daerah Kerinci dan Kota Sengai Penuh. Konsumennya hanya  golongan tertentu. Karena perangkat tersebut  umumnya untuk kepentingan ekonomi.

Fadil (kiri) salah satu karyawan yang rajin. Dia hadir dan langsung beraktivitas sebelum rekannya yang lain datang. Zarkani (kanan) sedang memotong aluminium perangkat almari depot air minum. Foto/NURSINI RAIS.
Fadil (kiri) salah satu karyawan yang rajin. Dia hadir dan langsung beraktivitas sebelum rekannya yang lain datang. Zarkani (kanan) sedang memotong aluminium perangkat almari depot air minum. Foto/NURSINI RAIS.
Sejak berjangkitnya covid 19, bisnisnya merambah ke jual beli galon dalam jumlah yang besar. 

Sebelum dilemparkan ke pasaran, galon asli keluaran pabrik dia olah menjadi galon pakai kran.  Sehingga nilai jualnya bertambah.

Pembelinya, beberapa Kepala Desa dalam Kabupaten Kerinci, untuk dibagikan cuma-cuma kepada sebagian masyarakat  sebagai pengganti wastafel.  

Sasarannya, semua pemilik  warung yang ada dalam desa, dipajangkan di luar kedai. Tidak termasuk rumah tangga biasa.

Stok galon, ember, dan pernak-pernik lainnya di gudang. Foro/NURSINI RAIS
Stok galon, ember, dan pernak-pernik lainnya di gudang. Foro/NURSINI RAIS
Program ini  dilaksanakan dalam rangka menyukseskan gerakan  pola hidup sehat.  Agar masyarakat mencuci tangan sesering mungkin pakai sabun. Terutama sebelum dan sesudah berbelanja. Tujuannya, tentu saja agar si empunya tangan dan masyarakat desa umumnya  tidak mudah tertular Virus Corona.  

Momen ini limpahan rahmat bagi Zarkani dan keluarganya. Karena setahu saya, di Kerinci dan Kota Sungai  Penuh hanya dialah satu-satunya berkompetensi di bidang pergalonan.

Proses pemasangan kran. Foto/NURSINI RAIS
Proses pemasangan kran. Foto/NURSINI RAIS
Saat saya menyambangi kediamannya  pagi kemarin, Zarkani sedang fokus  bagian pembuatan rak/almari  untuk perangkat depot air minum.  "Masih ada pesanan orang Kota Sungai Penuh yang belum siap, Bu," katanya.

Untuk pemasangan kran,  dia  mengerahkan beberapa tenaga  kerja. Mereka adalah tetangga dan para keponakannya.

Ketika diajak berbincang tentang usaha yang sedang digelutinya itu, Zarkani terkesan malu-malu.

 "Beliau kurang mau gaweannya ini diekspos, Bu. Tak enak, seolah-olah pamer. Cuman usaha rumahan kecil-kecilan hebohnya sejagat," kata  Lis isterinya.

Wanita 38 tahun itu mengaku, selama 2 bulan terakhir suaminya menerima order 4 ribu galon kran.

Ember kran (sampel). Foto/NURSINI RAIS
Ember kran (sampel). Foto/NURSINI RAIS
Galon dan pernak-pernik lainnya  dipasok secara online dari Jakarta. Kadang-kadang juga dari Padang dan Jambi. "Sekarang persedian galonnya sering  kosong.  Sebagai alternatif kami terpaksa menggunakan ember," kata Lis

Saat ditanya berapa harga jualnya per lusin, Lis manjawab, "Tidak sebarapa Bu. Hitungannya per biji. Cuman tiga puluhan ribu," katanya tersipu-sipu.

Kepada saya Lis sempat curhat. Bagaimana suaminya memulai usahanya dari menawarkan galon kosong ke warung-warung dan toko. "Puluhan kali ditawar belum tentu laku satu," kenangnya. Sampai akhirnya sang mantan TKI Malaysia tersebut dikenal sebagai satu-satunya orang yang bisa memproduksi depot air minum isi ulang di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Zarkani dan isterinya Lis. Foto/NURSINI RAIS
Zarkani dan isterinya Lis. Foto/NURSINI RAIS
Ini hanya secercah pelangi di balik reruntuhan tatanan kehidupan manusia, akibat terjangan Covid 19. Masih banyak pelangi lainnya yang timbul tenggelam silih berganti.  Tetapi kita sering lupa mensyukurinya. Salam #DariRumahAja, di Pinggir Danau kerinci.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun