Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tahun Baru Imlek 2571 di daerah kami sepi. Tak ada pesta  kembang api. Tiada pula bagi-bagi angpao bersampul merah.
Singkat kata, tiada acara apapun untuk memeriahkan hari raya kebanggaan saudara kita etnis Tionghoa itu di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah, Danau Kerinci.
Alasannya, seratus persen penduduknya Melayu Kerinci beragama Islam.Â
Tapi tenang! Jangan sedih dulu! Mulai akhir Desember 2019 sampai sekarang, pasar pagi, pasar sore, dan pekan mingguan tradisional sedikit lebih ramai dari biasanya.Â
Hal ini mungkin terkait dengan peredaran uang, yang dibawa pulang oleh TKI dari Malaysia. Sebab,  setiap akhir tahun para pahlawan devisa tersebut  ramai-ramai pulang kampung. Mereka memanfaatkan libur Imlek plus minta cuti kerja pada tokenya disana untuk bebarapa hari. Bahkan sampai satu bulan.
Kondisi ini mengingatkan saya pada pasca pileg tahun 2019 lalu. Yang mana, pasar penuh sesak, daya beli masyarakat miningkat tajam. Karena mereka membelanjakan uang angpao, hadiah  lima tahunan dari para caleg.
Namun, pada Tahun Baru Imlek 2020 ini, suasana pasar-pasar  jauh lebih  sepi dibandingkan kondisinya sesudah pemilihan legislatif.
Terlepas dari itu, momen musiman begini  membawa berkah tersendiri bagi para  pedagang. Mulai penjual ikan, barang harian, sampai ke toko dan tukang bangunan beserta pekerjanya.Â
Karena  di antara TKI yang mudik,  sebagiannya memanfaatkan waktu cutinya untuk menyelesaikan rumahnya yang masih terbengkalai. Ada juga yang mulai membuat bangunan baru.
Tidak hanya itu,  beberapa TKI yang menjomblo pun menyengajakan pulang  untuk menikah. Ada yang membawa calon jodoh dari sana, tak sedikit pula yang mencomot pasangan dari desa. Usai menikah isteri/suaminya diboyong pergi.
Tentu ada pihak lain yang diuntungkan. Baik segi ekonomi maupun sosial. Untuk keperluan pesta, banyak pedagang yang keciprat berkahnya. Mulai penjual bahan masak-memasak, cabe, kelapa, bawang, dan sebagainya, sampai ke pedagang ayam potong, ikan, daging dan lain-lain.Â