Barangkali kurang komunikasi. Atau boleh jadi begitulah gaya hidup keluarga konglomerat.Â
Sepuluh tahun Reynhard di Inggris biaya hidupnya seratus persen ditanggung orangtuanya. Tinggal di apertemen mewah, mau melakukan apa ya, terserah.
Berbeda dengan mahasiswa Indonesia umumnya yang sedang kuliah di sana. Mereka menggantungkan hidupnya pada beasiswa.
Andai benar Reynhard melakukan perbuatan haram tersebut atas dasar suka sama suka, Tentu ceritanya akan lain. Setidaknya dia bisa bebas dari jeratan hukum. Mau serumah atau hamil tanpa nikah, mau bermesum dengan lawan jenis, atau sesama kaum homo, itu lumrah. Negara Elizabeth itu tidak melarang.
Saya pernah terperangah menyaksikan kencan terbuka sepasang gay. Saat itu saya dan anak cucu menunggu taksi dari Rumah Sakit mau pulang.
Mula-mula sebuah sedan putih meluncur dari arah depan,  yang dikemudikan cowok bule. Di sampingnya duduk  manja seorang gadis  kulit hitam. Gayanya norak, berkaca mata hitam, asesoris melilit di lengan dan lehernya. Dilengkapi syal kayak syurban ala Timur Tengah.
Sedan tersebut berhenti kurang lebih jarak 2 meter dari kami berdiri. Ternyata ceweknya mau turun. Sebelum pintu mobil dibuka mereka bercipika-cipiki, saling peluk layaknya sepasang kekasih akan berpisah.
Setelah ceweknya keluar, pemandangan serupa berlanjut. Separoh badan si cewek menjulur ke dalam mobil. Aksinya justru lebih bringas dari sebelumnya.
Saya beritighfar, malu setengah mati. Maklum, nenek-nenek ndeso. Tetapi mata ini sempat juga melirik. He he ....  Saat itulah saya terlihat, ada jakun pada  leher si kulit gelap tadi. Bibirnya berkumis tipis. Bawaannya kasar dan super jantan.
Ah, mengerikan hidup di negara sekuler seperti UK. Jangankan anak muda yang jauh dari orangtua, oknum ibu rumah tangga mendampingi suami pun bisa teperdaya. Berangkat berempat. Lulus kuliah  suaminya pulang sendirian. Dua anak perempuannya nyangkut di sana ikut emaknya dikawini sama bule. Penampilannya berubah eropahan benaran.Â
Tetapi jangan negatif tinking dulu. Cuman sedikit manusia yang bermental bejad begitu. Â Tergantung individunya. Â