Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Sendu Wanita Jempolan, Si Buruh Dapur yang Suka Berbagi

2 Mei 2019   08:59 Diperbarui: 4 Mei 2019   22:40 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Tutik lagi ngiris kentang. Dokumen pribadi

Mbak Tutik lagi ngiris kentang. Dokumen pribadi
Mbak Tutik lagi ngiris kentang. Dokumen pribadi

Saya candai dia.  "Ngomong-ngomong apa tak minat cari penggati, nih?".

"Gak kok, Bu. Dulu pernah. Tapi ketipu." Wajah Mbak Tuti mendadak sendu. "Setelah menikah, saya dan dia buka kebun di Muaro Bungo. Orang sana nyebutnya sistem maro. Tuan tanah menyiapkan  lahan 8 hektar, kita yang menggarap. Dengan perjanjian setelah menghasilkan, kebun sekalian tanahnya dibagi dua.  Empat hektar untuk bos, sisanya yang 4 hektar bagian saya dan suami".

"Usai kebun itu ditanam, suatu hari saya pulang ke Rimbo Bujang untuk suatu urusan. Taunya, kebun itu dijual sama dia.  Duitnya dibawanya kabur, pulang ke kampungnya di Jawa, Jepara sana.  Satu sen pun tiada dia ngasih saya. Padahal saya juga  ikut bekerja. Mulai merintis, menyemprot,  sampai badan saya kurus dan  hitam  kering," kenangnya. "Ya, udah. Dasar bukan rezeki.  Saya tak mau berlarut-larut," lanjutnya.

"Kok bisa ketipu, Mbak?"

"Saya tertarik pada dia karena solatnya taat, pandai ngaji, rajin berjamaah ke Masjid. Sama seperti almarhum suami  pertama.  Tahunya jadi begini. Rupanya di kampungnya dia punya anak isteri malah  ada cucunya juga".

Saya ikut terhanyut. Agak menyesal juga. Tersebab keusilan saya luka di hatinya terkulik kembali.

 "Selama bekerja di proyek ini, apa suka duka yang pernah Mbak alami?"

"Maksudnya?"

"Ya, susahnya apa. Semisal sering diganggu lelaki iseng. Kan Mbak sendirian tuh, perempuan. Mereka semua pada jauh dari isteri."

"Nggak kok Bu. Mereka orang baik, semua sejalur saya, keponakan-keponakan saya.  Empat masih bujangan, lima sudah beristeri. Hubungan kami sepert  ibu dan anak," balasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun