Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jauh-jauh dari Sumatera, Ketemu "Menteri Jaman Now" dan Kompasianer

14 Desember 2018   07:21 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:54 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Pembukaan Kompasianival. Dokumen Pribadi

Bagi saya, hadir diperhelatan sekelas Kompasianival 2018 merupakkan traveling jiwa yang mengasyikkan. Selain ganti-ganti pemandangan, menambah wawasan, bersilaturrahmi dengan dengan sobat kompasianers setanah air dapat memberikan energi positif untuk menjalani hari-hari berikutnya.

Semula saya mengganggap ajang kopi darat yang diselenggarakan di Lippo Mall Kemang Jakarta ini hanya dihadiri oleh bloggers dan warganet Kompasiana saja. Ternyata, di sana berhimpun bloggers, youtubers, penulis, dari puluhan komunitas dan penggiat literasi lainnya.

Apa saja manfaat yang saya peroleh pada pesta tahunan Kompasiana tersebut? Berupa materi tentu saja tidak ada. Namun pertemuan yang penuh kekeluargaan ini membuat saya berbahagia. Yang tak dapat dibayar dengan uang.

Bertemu Pejabat Penting
Sesuai jadwal, panggung Kompasianival  disemarak oleh kehadiran tokoh-tokoh  penting dan kompeten di bidangnya sebagai nara sumber. Dua darinya Gubernur DKI Bapak Anies Baswedan, dan Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri.

Gubernur DKI,Bapak Anies Baswedan. Dokumen Pribadi
Gubernur DKI,Bapak Anies Baswedan. Dokumen Pribadi
Dengan mengenakan kaos berlabel "Menteri Jaman Now", dilengkapi  topi warna abu-abu,  Pak Hanif  menyampaikan materi bahasannya  dengan antusias. Jika ada kawula muda khususnya yang mengaku dirinya kaum milenial yang tidak termotivasi oleh penjelasan beliau, maka kadar semangat hidupnya patut dipertanyakan.

Saya saja manula mendekati kepala tujuh, seakan mau memutar roda usia ini mundur dua atau tiga puluh tahun ke belakang. Agar dapat bersaing di era yang penuh tantangan ini.

Di  antara sekian banyak wejangan dari Pak Hanif, satu yang paling membekas di benak saya. "Facebook adalah perusahaan media terbesar di dunia. Tidak punya jurnalis. 

Siapa Jurnalisnya? Kalian semua. Kita semua, yang menjadi  jurnalis sukarela. Gak usah dibayar. Nge-upload semua, mulai dari berita sedih sampai berita senang. Mulai dari hal buruk sampai ke hal baik ...."

Menteri Ketenagakerjaan Bapak Hanif Dhakiri Dokumen Pribadi
Menteri Ketenagakerjaan Bapak Hanif Dhakiri Dokumen Pribadi
Sontak, kesadaran saya tergugah. Selama ini saya dan facebookers lainnya ikut andil membesarkan perusahaan milik Mark Zuckerberg  ini. Pertanyaannya, saya dapat apa? Syukur tidak stress saja dengan postingan-posingan negatif yang berkonten makian.

Meskipun harus diakui juga bahwa ada segelintir orang  yang memetik keuntungan dari rupiah-rupiah yang telah mereka hamburkan untuk membeli pulsa. Mereka adalah individu-individu yang responsif terhadap perubahan zaman.

Jumpa Kangen dengan Kompasianers
Sebelum acara dimulai, saya menggunakan trik jemput bola. Asal terlihat wajah-wajah yang mirip poto profil yang pernah saya kenal, saya langsung merapat, mengulurkan tangan sekaligus mengenalkan diri. 

Foto bersama Opa Yopi dan kompasianers lainnya. Dokumen Pribadi
Foto bersama Opa Yopi dan kompasianers lainnya. Dokumen Pribadi
Tak jarang yang ditanya bukan warga Kompasiana, tetapi bloggerdari komunitas lain. Namun, mereka menjawab sapaan saya dengan santun.

Reunian Bersama Rekan Sekomunitas  Lain
Momen penting ini mepertemukan saya dengan dinda Umi Sakdiyah Sodwijo, salah satu member Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang sekaligus Kompasianer. 

Selama ini kami cuma berinteraksi via facebook. Kini, kehangatan pelukannya benar-benar menempel sampai ke lubuk hati paling dalam. 

Bersama salah satu Sahabat KBM Umi Sakdiyah Sodwijo Dokumen Pribadi
Bersama salah satu Sahabat KBM Umi Sakdiyah Sodwijo Dokumen Pribadi
Apa yang saya bayangkan tentang ibunda Naila Yumna Salsabila penulis Kecil-Kecil  Punya Karya berjudul Rahasia Aisyah ini tak jauh beda dengan asumsi saya sebelumnya. Benar kata orang bijak, dari tulisannya kita dapat mengenal karakter seseorang. Pokoknya, ibu empat anak ini super asyik diajak teman.

Berkenalan dengan Mbak Nindy
Ini adalah keberkahan yang tiada tara atas kebersamaan saya dan Umi Sakdiyah yang cepat tanggap. 

Melihat tayangan di layar monitor bahwa yang sedang diwawancarai host adalah Mbak Nindy Editor Kompasiana, Umi langsung mengajak saya merayap di sela kepadatan pengunjung, mencari di mana gerangan wanita cantik itu ngumpet. 

Memory Indah bersama Mbak Nindy. Dokumen Pribadi
Memory Indah bersama Mbak Nindy. Dokumen Pribadi
Rupanya Mbak Nindy berada di balik layar. Umi mengenalkan saya, "Mbak, ini nenek dari Jambi." Mbak Nindy menatap saya, "Oh, ya. Ibu Nursini Rais." He he. Senang dan kaget bercampur aduk. Sebelum dikenalkan, Mbak Nindy duluan mengenal saya.

Teringat filosofi bapak dan ibu guru di sekolah. Yang paling diingat guru di antara ribuan siswa pernah diasuhnya berada pada tiga "level paling". Pertama peserta didik paling pintar. Kedua, siswa paling bandel, dan ketiga siswa paling bodoh. 

Nah, boleh jadi Mbak Nindy mengenal saya karena tulisan saya yang paling jelek dan bikin kepalanya pusing. Hm .... 

Ngopi Bareng Kompasianer dari Seluruh Indonesia
Hari merangkak sore, perut mulai keroncongan.  Saya merapat ke lesehan beralaskan karpet hijau. Posisinya di sudut area kompasianival. 

Di sana pihak penyelenggara menggelarkan snack beserta kopi dan teh hangat. Mereka menamakannya Kompasianer Zone. Ruang tersebut  sengaja dikondisikan sedemikian rupa, guna memjembatani  dialog sesama Kompasianer yang hadir. Oh, ya ada juga permainan, untuk bagi-bagi hadiah.

Menteri Ketenagakerjaan di tengah Kompasianers. Dokumen Pribadi
Menteri Ketenagakerjaan di tengah Kompasianers. Dokumen Pribadi
Rupanya begitu turun dari panggung tadinya, Pak Hanif langsung nangkring di Kompasianer Zone. Beliau dikelilingi oleh belasan Kompasianer. Ditemani kacang, ubi, dan pisang rebus, serta secangkir kopi atau teh panas mereka seperti terlibat diskusi terbuka. 

Sayangnya, saya dan Umi Sakdiyah terlambat datang. Sehingga tak tahu persis hal penting apa yang menjadi topik obrolan mereka.

Kami berdua memilih duduk di meja lain, menyantap sayur asin buatan ibunda Mas Reno. Dalam hati saya berencana, "Habis minum, saya ikut mengerubungi Pak Hanif."

Di sela itu, saya masih gencar menambah kenalan dengan menanyakan identitas siapa saja yang berada di sekeliling saya. Wajah mereka berbinar. Tanpa adanya sekat antara satu dengan lainnya. Entah dia seorang birokrat, dosen, atau profesional berilmu tinggi. Gelak tawa pun berderai-derai.

Selfie bersama Menteri Jaman Now. Dokumen Pribadi
Selfie bersama Menteri Jaman Now. Dokumen Pribadi
Belum lima menit saya di Kompasianer Zone, Pak Hanif Dhakiri pamit pergi. Sigap Umi Sakdiyah menarik tangan saya, "Pak pengen foto bareng. Ini nenek dari Jambi."

Pak Hanif mengehentikan langkahnya. "Oh, ya.  Mau difoto atau selfie?"

"Selfie aja Pak." Jawab Umi Sakdiyah.

"Biar saya yang nekan. Nenek di sebelah sana," kata Pak Hanif. 

Klik ... Foto pun jadi.

Sungguh di luar dugaan.  "Menteri Jaman Now" ini rendah hati. Semoga Allah memberkahi setiap langkah kaki Pak Hanif dalam berbuat kebajikan demi negara dan bangsa Indonesia tercinta ini. Amiin ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun