Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jauh-jauh dari Sumatera, Ketemu "Menteri Jaman Now" dan Kompasianer

14 Desember 2018   07:21 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:54 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Opa Yopi dan kompasianers lainnya. Dokumen Pribadi

Berkenalan dengan Mbak Nindy
Ini adalah keberkahan yang tiada tara atas kebersamaan saya dan Umi Sakdiyah yang cepat tanggap. 

Melihat tayangan di layar monitor bahwa yang sedang diwawancarai host adalah Mbak Nindy Editor Kompasiana, Umi langsung mengajak saya merayap di sela kepadatan pengunjung, mencari di mana gerangan wanita cantik itu ngumpet. 

Memory Indah bersama Mbak Nindy. Dokumen Pribadi
Memory Indah bersama Mbak Nindy. Dokumen Pribadi
Rupanya Mbak Nindy berada di balik layar. Umi mengenalkan saya, "Mbak, ini nenek dari Jambi." Mbak Nindy menatap saya, "Oh, ya. Ibu Nursini Rais." He he. Senang dan kaget bercampur aduk. Sebelum dikenalkan, Mbak Nindy duluan mengenal saya.

Teringat filosofi bapak dan ibu guru di sekolah. Yang paling diingat guru di antara ribuan siswa pernah diasuhnya berada pada tiga "level paling". Pertama peserta didik paling pintar. Kedua, siswa paling bandel, dan ketiga siswa paling bodoh. 

Nah, boleh jadi Mbak Nindy mengenal saya karena tulisan saya yang paling jelek dan bikin kepalanya pusing. Hm .... 

Ngopi Bareng Kompasianer dari Seluruh Indonesia
Hari merangkak sore, perut mulai keroncongan.  Saya merapat ke lesehan beralaskan karpet hijau. Posisinya di sudut area kompasianival. 

Di sana pihak penyelenggara menggelarkan snack beserta kopi dan teh hangat. Mereka menamakannya Kompasianer Zone. Ruang tersebut  sengaja dikondisikan sedemikian rupa, guna memjembatani  dialog sesama Kompasianer yang hadir. Oh, ya ada juga permainan, untuk bagi-bagi hadiah.

Menteri Ketenagakerjaan di tengah Kompasianers. Dokumen Pribadi
Menteri Ketenagakerjaan di tengah Kompasianers. Dokumen Pribadi
Rupanya begitu turun dari panggung tadinya, Pak Hanif langsung nangkring di Kompasianer Zone. Beliau dikelilingi oleh belasan Kompasianer. Ditemani kacang, ubi, dan pisang rebus, serta secangkir kopi atau teh panas mereka seperti terlibat diskusi terbuka. 

Sayangnya, saya dan Umi Sakdiyah terlambat datang. Sehingga tak tahu persis hal penting apa yang menjadi topik obrolan mereka.

Kami berdua memilih duduk di meja lain, menyantap sayur asin buatan ibunda Mas Reno. Dalam hati saya berencana, "Habis minum, saya ikut mengerubungi Pak Hanif."

Di sela itu, saya masih gencar menambah kenalan dengan menanyakan identitas siapa saja yang berada di sekeliling saya. Wajah mereka berbinar. Tanpa adanya sekat antara satu dengan lainnya. Entah dia seorang birokrat, dosen, atau profesional berilmu tinggi. Gelak tawa pun berderai-derai.

Selfie bersama Menteri Jaman Now. Dokumen Pribadi
Selfie bersama Menteri Jaman Now. Dokumen Pribadi
Belum lima menit saya di Kompasianer Zone, Pak Hanif Dhakiri pamit pergi. Sigap Umi Sakdiyah menarik tangan saya, "Pak pengen foto bareng. Ini nenek dari Jambi."

Pak Hanif mengehentikan langkahnya. "Oh, ya.  Mau difoto atau selfie?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun