Usaha tak pernah membohongi hasil. Dari sekian banyak kompetisi yang saya ikuti, jebol ke final dua kali. Yaitu, Lomba Karya Tulis Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional. Â Pertama tahun 2002. Â Ah, senangnya tak terkira. Dan yang paling berkesan, seluruh finalis priode itu diundang ke Istana. Bertemu Ibu Megawati dan Taufik Kemas. Tahun berikutnya kalah, 2004 masuk final lagi, Ketemu SBY di Istora (GBK). Saya berpikir, inilah honor termahal yang saya terima dari hasil menulis.
"Ya, ialah. Tidak semua orang dapat meraihnya."
Setelah itu, tiga kali berturut-turut saya mengirim naskah. Ketiganya tereliminasi dan tak pernah diperhitungkan lagi.
Ajuan berikutnya ke golongan IV/C. Enam bulan menjelang pensiun, angka kreditnya menyusul. Sayangnya kurang dua poin. Karena kejar-kejaran dengan masa pensiun, tak ada kesempatan lagi untuk melakukan penelitian tambahan. Ya sudah. Â Saya cukup puas dengan golongan yang ada. Pencapain ini didukung oleh kegiatan menulis. Meskipun kemampuan saya berdiksi sangat miskin.
Yang membesarkan hati, di usia senja ini saya berkesempatan bergabung di Kompasiana, bertemu penulis-penulis jempolan. Secara tidak langsung saya banyak belajar dari tulisan-tulisan mereka yang super keren.
Terakhir saya mohon maaf sekiranya kisah ini terkesan ria. Niat saya hanya menyemangati  diri. Syukur-syukur  kaula muda juga termotivasi. Salam santun dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Simpang Empat Danau Kerinci, 21092018
Nenek 4R