Dahulu, pertama masuk ke daerah Kerinci, saya pernah menangis  sendiri di dalam selimut. Teringat badan sebatang kara di rantau orang.  Kenapa tidak. Dari jauh sayup-sayup irama tale membelah sunyi.  Entah kenapa.  Saat itu bisa-bisanya diri ini terbawa perasaan. Padahal saya belum mengerti pantun apa yang mereka dendangkan, jaraknya pun jauh entah berapa kilo meter dari kediaman saya, yang berbatas dengan lahan sawah.
Rupanya,  tukang tale berkisah tentang perjalanan haji dan rangkaian-rangkaian  ibadah yang akan diamalkan kelak selama berada di Tanah Haram. Sedangkan di antara  orang-orang yang berkisah sendiri belum pernah menginjakkan kakinya di tanah Arab. Mereka hebat  luar biasa.
Setiap desa punya grup tale tersendiri. Makanya hampir tiada gelap tanpa tale melewati malam bulan Zulkaedah .
Mulai zaman saya (2009), dalam kegiatan manasik, pihak penyelenggara haji dalam hal ini karyawan Kementrian Agama yang ditunjuk, mengimbau agar kegiatan pertalean dihentikan. Minilal dikurangi. Cukup satu atau dua kali saja. Alasannya, agar tidak mengganggu tidur calon jamaah yang dikhawatirkan berefek buruk pada kesehatannya.
Larangan tersebut suatu kemustahilan. Siapa yang berani menolak, jika ada tamu yang mau datang.Â
- Pelepasan resmi dari masyarakat
Sempai di Masjid acara, dimulai dengan kata sambutan berisi pesan dan pelepasan dari perwakilan ulama atau tetua. Ditutup dengan doa dan bersalam-salaman. Azan berkumandang untuk kedua kalinya di depan pintu Masjid, mengantarkan jamaah beranjak pergi.
Dari Masjid, calon jamaah diarak lagi ramai-ramai dengan salawat dan zikir menuju jalan raya. Di sana mobil angkutan siap menanti membawa rombongan ke ibu kota kabupaten. Selanjutnya bergabung dengan jamaah dari kecamatan lain.Â
Acara belum berakhir. Masih ada agenda yang harus mereka ikuti. Yakni, kegitan pelepasan oleh Bupati dan Kepala Kantor Kementrian Agama Kerinci.
Sebagai informasi tambahan, gara-gara ikut berpartisipasi, pada hari keberangkatan jamaah haji tidak seorang pun murid SD yang  hadir ke sekolah (khusus desa saya). Sampai berbusa pun mulut Bapak dan Ibu Guru menyerukan, agar tetap ke sekolah dan belajar seperti biasa, mereka tidak mengubris. Kondisi ini telah berlangsung sejak dahulu kala. Sehingga telah membudaya dan mendarah daging. Semoga tahun ini  hal serupa tidak terulang. Karena  rencana  jamaah bertolak dari kabupaten, Selasa malam tanggal 7 Agustus 2018. Berarti pelepasan dari desa dilaksanakan Selasa sore, di luar jam sekolah.