Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau (dooor)
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
***
Semua pasti ingat lirik lagu diatas. Keyakinan saya, bahwa semua anak kecil di negeri ini hampir semua pernah mempelajari dan menyanyikannya. Menurut hemat saya, lagu ini memiliki filosofi yang kuat tentang keberagaman, toleransi dan kerukunan. Bahkan ini sebenarnya sangat bagus diajarkan kepada anak-anak tentang konsep keberagaman, toleransi dan kerukunan tersebut yang terdapat dalam masyarakat.
Itu sih menurut pendapat saya, gak tahu kalau pembaca atau penciptanya. Coba perhatikan penggalan lirik berikut!
Balonku Ada Lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Bukankah dengan lirik itu mengajarkan keragaman? Ada warna hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru. Seandainya hijau semua? Atau biru? Bagaimana pandangan anak kecil? Saya yakin dia tidak akan tertarik. Justru karena warna-warni itulah balon tersebut membuat semakin menarik. Bukan begitu? Kalau tidak percaya tanya saja deh anak kecil! Hitung-hitung survey kecil-kecilan. Pertanyaannya bisa begini……
“Nak pilih mana? Punya lima balon tapi semua warnanya sama, atau pilih lima balon tapi berwarna-warni?” Yakin deh….. anak tersebut akan memilih yang warna warni. Tapi kalau sudah di survey buat tulisan ya! Hehehe….
Secara tidak sadar, sebenarnya si anak sejak kecil telah bisa diajari tentang ilmu keberagaman dengan cara sederhana, yakni dengan mainan yang ada ditangannya. Mereka bisa diajarkan bahwa masyarakat kita juga demikian, bahwa di negeri kita ini masyarakatnya cukup beragam (majemuk), mulai dari agama, bahasa, etnis, ras, golongan, budaya, dan lain sebagainya.
Dengan menganalogikan bahwa masyarakat akan terlihat indah karena beragam, ibarat balon yang ada ditangannya anak tersebut. Sebagai orang tua kita berharap, semoga hal itu bisa menjadi pelajaran yang melekat dan kuat dalam ingatannya, sehingga kelak ketika bergaul dengan teman-temannya dan ketika mereka terjun di masyarakat, mereka pun siap menerima perbedaan, bahkan bisa melihat keindahan dan kekayaan dari keragaman tersebut.
Meletus balon hijau (dooor)
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
Wah ini lebih menarik. Menggambarkan anak galau dan sangat sedih ketika ada balonnya (yang hijau) meletus. Bahkan si anak pun mulai belajar dari kejadian itu, bahwa dia tidak mau kehilangan balonnya yang lainnya lagi. Sebab dengan berkurang satu aja sebenarnya warni-nya sudah beda, tentu keindahannya tidak seindah ketika keseluruhan masih lengkap.
Untuk itu si anak harus diajari teori untuk mempertahankan balon tidak pecah. Misalnya, balon itu bisa pecah karena dua faktor, pertama factor dari dalam (internal) dan kedua dari luar (eksternal). Untuk itu si anak diberitahu untuk meminimalisir gesekan-gesekan, atau mengurangi tekanan udaranya.
Nah… pengalaman tentang penyebab kehancuran masyarakat pun bisa diajarkan kepada anak. Bahwa gesekan-gesekan di masyarakat yang tidak dikendalikan dengan baik dan benar, ternyata bisa menimbulkan perpecahan. Bukan itu saja, tekanan yang tidak terkendali dari dalam masyarakat, seperti memanggap diri lebih baik dan lebih penting ternyata bisa menjadi pemicu untuk membenci pihak lain, dan itu dapat menimbulkan perpecahan juga kan?
Gimana….lagunya menarik bukan? Mari kita ajari anak kita dengan lagu ini, tapi lengkap dengan filosofi dan maknanya ya! Istilahnya beli satu dapat dua. Sehingga kemudian hari anak-anak kita menjadi orang yang menghargai perbedaan, toleransi dan kerukunan.
Udah…. Kalau begitu saya mau lanjutin ngajarin Balonku Ada Dua ke anak saya.
Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H