Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Patah Hati Itu Biasa, "Move On" Itu Baru Luar Biasa

3 April 2021   17:22 Diperbarui: 3 April 2021   20:14 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, ya sudahlah, hidup harus berjalan terus. Move on dong, Bro!

Ikhtiarku pun tak berhenti begitu saja. Kali ini lewat jalur lain, melalui murobbi alias guru ngaji, aku mengajukan proposal ta'aruf untuk seorang akhwat (aktivis perempuan) teman seangkatanku semasa kuliah. 

Fisik sang akhwat notabene biasa saja namun yang aku kagumi adalah semangat dakwah dan komitmennya dalam beramal semasa kami berdua aktif dalam kegiatan dakwah kampus di tingkat fakultas dan universitas. 

Namun, setelah menunggu jawaban nyaris dua bulan lamanya, ia ternyata menolakku---melalui jawaban lisan dari sang murobbiyah---karena dianggap "kurang soleh". Ah, nasib!

"Afwan ya, Lam. Sebetulnya si akhwat udah mau. Dia kan seangkatan antum. Jadi tahu kiprah antum di organisasi kampus. Tapi ada poin yang memberatkan. Jadi, atas rekomendasi murobbiyahnya, antum ditolak." 

Konon demikianlah jawaban sang akhwat melalui lisan sang murobbi. 

Saat itu guruku berusaha menyampaikan dengan hati-hati dan empatik. Namun apa pun bentuk penyampaiannya, hatiku terlanjur luluh-lantak.

Ya Allah, rasanya aku punya stempel dosa di dahi yang tak terhapus. Kisah pertemuan dengan 'cinta pertama' yang sudah beberapa tahun lewat jadi bayang-bayang yang menghambat perjodohanku. Dua ta'aruf berikutnya juga bernasib sama. Bahkan tanpa alasan yang jelas. Ya, sudahlah!

Hingga akhirnya aku berkenalan dengan seorang gadis Palembang yang awalnya sahabat penaku selama lima tahun. Tanpa ada tendensi apa-apa pada awalnya. 

Aku mengenalnya melalui rubrik sahabat pena di sebuah majalah Islam. Karena ia hobi membaca, aku sering kirimi ia tulisan-tulisanku. Dan ia juga seorang pengapresiasi dan kritikus yang baik. Kami sering berdiskusi via telepon dan surel. 

Awalnya tidak ada rasa apa-apa di antara kami. Hanya saja ia memang teman diskusi yang enak. Sama juga sebetulnya seperti para "kandidat" sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun