Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Memahami ala Jenderal Nagabonar

8 Maret 2021   02:08 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:58 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kuncinya? 

"Saya cuma orang bodoh, tidak lulus SD. Yang saya tahu saya bertanggung jawab atas anak-anak saya," jawab polos sang janda tua di hadapan wartawan.

Dalam skala yang berbeda, aku baru memahami makna perlakuan ibuku bertahun-tahun lalu. 

Sewaktu SD, sejak mulai diajari mengetik (dengan mesin tik manual) dan menulis oleh kakak sulungku di kelas 3, aku keranjingan menulis apa saja. Puisi, cerpen, artikel sampai komik aku buat dalam sebuah buku tebal pemberian salah seorang tetanggaku, Mas Pendi. 

Tetanggaku itu juga yang berjasa mendongengiku tentang kisah-kisah pewayangan mulai dari Bharatayudha, Ramayana sampai Makuta Rama. Termasuk memasok buku-buku pewayangan yang dikumpulkannya dari serial pewayangan di harian Berita Yudha yang diklipingnya sendiri. Legenda perjuangan para kesatria wayang itulah yang kerap menjadi inspirasi tulisan-tulisanku saat itu. 

Jika sudah bergairah menulis, kadang sejak sepulang sekolah sampai larut malam. Terlebih lagi jika liburan sekolah. Biasanya ibuku akan segera menarik buku dan pena dari tanganku, jika demikian.

"Udah, tidur sono!" ujarnya tegas. 

Ibuku seorang yang periang dan humoris. Tapi ia tegas dan disiplin. Barangkali bawaan tomboy semasa remaja. 

Ketika sudah menikah pun, ibu sering menggantikan ayah memanjat pohon nangka untuk mengambil buahnya untuk dijual, atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang cukup maskulin lainnya.

Dulu aku sering kesal jika ibu sudah menarik buku dan pena dari tanganku. 

Dulu aku bilang,"Ibu nggak ngerti sih!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun