Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Cerita Rakyat] Tiga Jurus Hikmah dari Si Pitung

10 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 10 Januari 2021   23:00 5226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Si Pitung yang menjadi Museum Si Pitung di Marunda, Jakut/Foto: historia.id

Sayangnya upaya pengajuan Si Pitung sebagai pahlawan nasional selalu kandas dikarenakan kurangnya dokumentasi sejarah tertulis tentang sosok Si Pitung.

Hikayat Si Pitung

Si Pitung, yang bernama asli Salihoen, adalah putera Betawi kelahiran Kampung Pengumben, Rawa Belong, Jakarta Barat, di abad 19 (pada sekitar 1864). Ia adalah anak keempat atau anak bungsu dari pasangan Bang Piun dan Mbak Pinah.

Sebagaimana galibnya anak Betawi di zaman itu, Salihoen belajar mengaji dan maen pukulan (baca: pencak silat) di sebuah pesantren pimpinan Haji Naipin, seorang tokoh agama dan pendekar terkemuka di Rawa Belong.

Awal kisah Salihoen bertransformasi menjadi Si Pitung terjadi ketika uang penjualan kambing yang dijual Salihoen dibegal para rampok. Ayahnya, Bang Piun, yang marah mengetahui uang penjualan kambingnya amblas, segera memerintahkan si bontot merebut kembali uang tersebut.

Bersama-sama teman-teman pesantrennya, Salihoen mencari para perampok tersebut dan bertarung merebut kembali uangnya.

Singkat cerita, Salihoen berhasil mendapatkan kembali uangnya. Selanjutnya Salihoen, setelah mengalahkan para begal itu, justru diangkat menjadi pemimpin mereka dan mengubah namanya menjadi Si Pitung.

Dalam versi lain, nama Pitung, alih-alih merujuk pada nama seseorang, tetapi mengacu pada akronim nama gerakan Pituan Pitulung, yang berasal dari bahasa Jawa, yang artinya "tujuh sekawan yang saling tolong menolong".

Gerakan perlawanan terhadap Kompeni Belanda itu digerakkan oleh tujuh santri alumni pesantren binaan Haji Naipin di Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta. Hal ini berdasarkan kitab Al-Fatawi karya Datuk Meong Tuntu (1910) yang mengisahkan silsilah para pejuang Jayakarta termasuk Gerakan Pituan Pitulung.

Dalam versi pertama, Si Pitung mengubah kelompok begal yang dipimpinnya menyasar para tuan tanah kaya dan kalangan Belanda yang sering menindas dan mengintimidasi kalangan petani dan buruh di Batavia, terutama di kawasan Ommelanden (sekarang Jabodetabek) atau kawasan di luar tembok Kota Batavia.

Mereka merampok kedua kelompok berkuasa tersebut dan membagi-bagikan harta rampokannya kepada fakir miskin dan dhuafa yang tertindas. Persis sebagaimana yang dilakukan kelompok Robin Hood dari hutan Sherwood, Britania Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun