Sang epigon primitif ini tidak akan pernah mengungguli para pengarang aslinya.
Tidak, menjadi epigon tidak salah apabila kita memperlakukan masa peniruan yang entah seberapa tahun lamanya itu sekadar sebagai masa pendadaran, yakni masa awal pembelajaran yang tentu saja kurun waktunya tidak mungkin selamanya.
Anggap saja fase menjadi epigon itu sekadar fase ketika kita mulai menaiki bahu-bahu raksasa agar kita dapat melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas.
Hingga akhirnya tibalah saatnya tumbuh sayap-sayap keberanian kita untuk melompat dan terbang lebih tinggi. Dan bebaslah kita, seperti bebasnya ekor cecak yang masih sanggup bergerak-gerak sendiri ketika terputus dari tubuh inangnya.
Jika kita berani mandiri seperti, sebuah contoh yang sangat minimalis, ekor cecak yang terlepas untuk mengecoh musuhnya, maka kita adalah para epigon kreatif.
Para epigon kreatif inilah yang berhak punya sayap-sayap keberanian sebagaimana berhaknya bayi untuk tumbuh gigi sebagai tanda berjalannya proses kedewasaan yang lumrah.
Sayap-sayap keberanian itu sendiri tidak mungkin tumbuh tanpa (menurut formula untuk menjadi pengarang atau penulis yang baik menurut William Faulkner) 99% disiplin dan 99% kerja.
"Jangan sibuk berusaha menjadi lebih baik dari para pengarang yang lebih dahulu tapi cobalah menjadi lebih baik dari dirimu sendiri," pesan sang sastrawan peraih Nobel Sastra dari Prancis tersebut.
Jakarta, 10 Desember 2020
Baca Juga:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!