Klien itu termasuk klien yang rajin menyuplai order kepada saya. Hubungan bisnis kami pun sudah terbina dua tahun lamanya. Saya sudah berpikir ia akan memasukkan saya dalam daftar hitam penerjemah, yang artinya saya bakal sepi order.
Memang setelah itu order terjemahan sepi. Dalam dua pekan saya hanya dapat satu order terjemahan dokumen 20 halaman. Anjlok. Biasanya 4 sampai 5 dokumen sepekan.Â
Untungnya saya hobi menulis sehingga dapat mengisi waktu yang lowong dengan menulis.Â
Namun hikmahnya adalah dalam waktu sekitar tiga pekan kosong tanpa order terjemahan saya punya banyak waktu luang untuk menemani ngobrol ayah saya yang pensiunan.
Bekerja di rumah tidak serta-merta menjamin kita bisa dekat dengan keluarga atau orang-orang yang kita sayangi. Terlebih jika Anda tipe orang yang gila kerja (workaholic) dan tidak mempekerjakan orang lain untuk membantu pekerjaan Anda.
Saya juga jadi tahu ada tagihan Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang belum dibayar ayah saya.Â
Saya tahu itu setelah melihat gelagat aneh beliau.Â
Ayah, yang pensiunan montir mobil, tampak tercenung di suatu siang sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Setelah saya ajak ngobrol, barulah beliau terbuka tentang besarnya tagihan PBB.
Dalam hitungan ayah, sangatlah riskan untuk menggunakan uang hasil kontrakan rumah hanya untuk membayar uang PBB sebesar Rp2,8 juta setahun. Sementara kebutuhan rumah tangga masih banyak.Â
Saat itu di rumah, selepas wafatnya ibu dan beberapa saudara kandung saya, tinggal empat kepala yang tinggal . Ayah, saya, kakak perempuan dan adik bungsu saya.Â
Namun yang berpenghasilan lumayan barulah saya dan kakak saya yang nomor dua yang sudah berkeluarga. Sementara kakak perempuan saya yang merupakan anak tertua adalah pengajar TK Al-Qur'an yang bergaji pas-pasan. Dan adik saya baru masuk bekerja sebagai kerani administrasi di sebuah bimbingan belajar.