Namun belakangan ada fitur Premium yang berekses membeda-bedakan Kompasioner berdasarkan koceknya. Yang sanggup atau siap bayar (Rp25 ribu sebulan atau Rp69 ribu untuk paket 3 bulan atau sekian ratus ribu untuk paket setahun) dapat kemudahan akses lebih cepat,sementara yang tidak mampu atau tidak bersedia membayar haruslah banyak bersabar dengan persoalan akses dan "gangguan" tampilan iklan.
Nah, ultah Kompasiana yang dikemas dengan label "12 Tahun Kompasiana" yang menjadikan Kompasiana blog sosial tertua di Indonesia semestinya menjadi titik tolak bagi pihak manajemen Kompasiana dan Tim Admin untuk menengok akar Kompasiana sekaligus mengantisipasi peluang dan tantangan ke depan, terutama di era Adaptasi Kebiasaan Awal (AKB) atau New Normal dan era digital 4.0.
Quo vadis, Kompasiana?
Atau dalam bahasa kaum milenial, "mau dibawa kemana Kompasiana ini?"
Untuk melangkah bersama, sebagai pemangku kepentingan (stakeholder), patutlah suara Kompasioner turut didengar pula oleh pihak manajemen Kompasiana dan Tim Admin Kompasiana.
Ada sedemikian banyak usulan kreatif dan konstruktif dari para Kompasioner.
Seperti misalnya, penghapusan fitur rating "Tidak Menarik" yang dikhawatirkan berdampak merusak hubungan harmonis Kompasioner. Juga usulan diberikannya akses bagi Kompasioner untuk dapat mengetahui poin dan kalkulasi Google Analytics untuk tiap artikel yang ditulisnya.
Contoh usulan lainnya, sebagaimana yang pernah disoalkan oleh Kompasioner Steven Chaniago, juga perlu dipertimbangkan adanya seksi atau bagian khusus Kompasiana untuk artikel-artikel berbahasa Inggris agar juga mendapat tempat sebagai Artikel Pilihan atau bahkan Artikel Utama (AU) atau Headline.
Dengan pertimbangan langkah Kompasiana go international atau menyigi ceruk pasar internasional, usulan tersebut sebetulnya usulan yang menarik secara komersial dan finansial.
Lagipula bukankah itu juga selaras dengan jargon Kompasiana saat ini yang berbunyi "beyond blogging"?
Dan banyak lagi usulan menarik lainnya yang dapat digali dan tergali sepanjang ada upaya untuk mendengarkan, dan bukan hanya mendengar, apalagi sekadar terdengar. Lebih buruk lagi, jika diabaikan begitu saja.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!