Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perawan Itu Mutlak atau Pilihan?

2 September 2020   03:40 Diperbarui: 17 September 2020   18:10 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock.com

Sama relatifnya seperti, dalam pandangan teori relativitas, usia seseorang astronot di luar angkasa dan ketika berada di muka bumi. Ada standar-standar yang berbeda yang tak ketemu jika dikompromikan.

Di sinilah titik benturan yang keras dengan nilai-nilai moral dan agama yang, dalam pandangan sebagian orang, dianggap rigid atau kaku.

Bujang tapi bukan perjaka

Masih terkait perihal relativitas, bagaimana jika soal keperawanan ditudingkan balik kepada kaum laki-laki?

Kenapa tidak?

Jika seorang perempuan dihadapkan pada masalah originally virgin atau technically virgin, sesungguhnya lelaki berhak pula dipertanyakan kadar "keperawanan" yang dimilikinya.

Dalam bahasa Inggris, kata virgin atau virginity juga berlaku sama bagi kedua gender. Bagi laki-laki, lebih tepatnya diterjemahkan sebagai "keperjakaan".

Terlepas dari fakta anatomis bahwa lelaki cenderung tidak memiliki "bekas" ketika sudah tidak "perjaka", merupakan diskursus yang menarik ketika seorang lelaki dikatakan "bujang tapi bukan perjaka". Persis sebagaimana seorang perempuan yang disebut "gadis tapi bukan perawan", atau, lebih ekstremnya "gadis rasa janda".

Apakah si lelaki juga "perjaka tulen" dalam artian tidak pernah berhubungan seks maupun aktivitas seks yang menjurus seperti masturbasi, petting (bercumbu) atau seks oral (fellatio atau cunnilingus)?

Ataukah ia hanya "perjaka teknis" yakni "hanya" tidak pernah berhubungan seks dalam artian senggama, sementara yang lain sudah khatam dijalaninya?

Soal relevansi keperawanan atau keperjakaan sebagai standar moral dalam masyarakat yang berubah cepat seiring turbulensi berbagai sistem nilai dan peradaban ini tampaknya sealot kepentingan syahwat yang melingkupinya baik syahwat politik, bisnis atau syahwat seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun