Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perawan Itu Mutlak atau Pilihan?

2 September 2020   03:40 Diperbarui: 17 September 2020   18:10 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock.com

Novel karya sastrawan feminis Mesir/Sumber: goodreads.com
Novel karya sastrawan feminis Mesir/Sumber: goodreads.com

Sebagaimana dituturkan Nawal El Saadawi dalam novel Woman at Point Zero (1975) (versi terjemahan bahasa Indonesianya berjudul Perempuan Di Titik Nol yang diterbitkan Pustaka Obor Indonesia) mengenai kebiasaan masyarakat tradisional Arab mengarak potongan kain bernoda darah keperawanan seorang pengantin wanita pada malam pertamanya. 

Sebuah tradisi yang dilestarikan untuk menjunjung nilai sebuah keperawanan sebagai simbol peradaban moral. Namun juga sebuah tradisi yang dapat dikatakan naif.

 Dalam tinjauan medis, seorang pengantin yang paling perawan sekalipun bisa saja tidak mengeluarkan darah pada malam pertamanya disebabkan alotnya hymen alias selaput dara yang dimilikinya. Atau justru ia kehilangan "keperawanan" saat memanjat pohon atau gemar bersepeda sewaktu remaja. Lagi-lagi, karena tipisnya si selaput dara.

Perawan tulen atau perawan teknis?

Di belahan bumi Eropa pada abad pertengahan, para bangsawan kerajaan juga tak kalah naifnya. Para perawan mereka dilengkapi dengan chastity belt, sabuk keperawanan, yang terbuat dari besi yang dilengkapi gembok dan lubang kunci untuk menjaga kesucian mereka. Benar-benar sebuah penjagaan dalam arti sebenarnya.

Dalam film Robinhood: Prince of Thieves (1991) yang dibintangi oleh Kevin Costner, digambarkan seorang bandit rival Robinhood yang ingin menodai Marion, kekasih Robinhood, harus berjibaku berebut anak kunci guna melampiaskan birahinya. Karena kendati busana sang puteri jelita sudah tuntas terlucuti namun niatnya terhalang sabuk keperawanan yang dikenakan Marion. Alhasil, penyelesaian akhir pun kandas!

Sabuk keperawanan itu sebetulnya ide kreatif. Permasalahannya, bagaimana jika sang bakal korban sendiri yang secara sukarela membukanya atau, dalam bahasa populer kasus perzinaan, suka sama suka?

"Keperawanan hanyalah masalah selisih beberapa detik saja," tulis Pramoedya Ananta Toer dalam salah satu kumpulan cerpennya. Ini masalah teknis saja, maksudnya.

Secara teknis, seorang wanita bisa jadi masih perawan semata-mata hanya karena tidak ada penetrasi alat tumpul ke dalam gua garbanya. Tapi, bagaimana secara hakikatnya?

Inilah makna di balik ucapan populer berbahasa Inggris," Don't touch me!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun