Stephen King sendiri mengaku membaca 70-80 buku per tahun, atau 6-7 buku sebulan, atau 2 buku sepekan. Karena, menurutnya, membaca adalah pusat kreatif kehidupan seorang penulis. Ia membawa buku kemana pun ia pergi, dan selalu membaca di setiap kesempatan yang memungkinkan.
"Kiatnya adalah mengajari dirimu sendiri untuk membaca sedikit demi sedikit serta membaca langsung dalam waktu lama," demikian petuah dari penulis legendaris kelahiran Portland, Maine, Amerika Serikat, pada 1947 ini.
"Kalau engkau ingin menjadi penulis, ada dua hal yang harus kau lakukan: banyak membaca dan banyak menulis...Tiap buku yang kau baca mengandung pelajaran, dan sering buku yang jelek jauh lebih banyak memberikan pelajaran daripada buku yang bagus. Dan tulisan yang bagus mengajarkan kepada calon penulis tentang gaya tulisan, narasi yang indah, pengembangan alur cerita, penciptaan tokoh-tokoh yang meyakinkan, dan penuturan yang benar," lanjut Stephen King.
Stephen King yang pernah menjadi buruh pabrik dan guru bahasa Inggris itu sangat menekankan pentingnya membaca sebagai dasar kekuatan bagi para penulis. Sebab, "Kau tidak dapat mempesona orang lain dengan kekuatan tulisanmu sebelum ada orang lain yang melakukan hal serupa itu kepadamu."
Menurut King, banyak membaca dapat membuat kita mengenali pelbagai tulisan, terutama yang agak buruk dan sangat buruk.Â
Dan pengalaman seperti itu membantu kita mengenali hal-hal buruk tersebut saat mereka pelan-pelan masuk ke dalam karya kita sendiri. Dan dengan mengenali, kita dapat menghalaunya sampai bersih.
Kita juga membaca untuk mengukur kemampuan kita sendiri dalam menghadapi hal-hal yang bagus dan hebat, dan untuk mendapatkan pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat dilakukan. Dan kita membaca untuk mengenali gaya-gaya tulisan yang berbeda-beda.
"Kalau kau tidak punya waktu untuk membaca, kau tidak punya waktu (atau peralatan) untuk menulis," tegas penulis novel Bag of Bones tersebut.
Secara khusus, bagi para calon penulis, Stephen King sangat menganjurkan untuk mengurangi waktu menonton televisi. Menurutnya, "Jika kita sudah berhenti dari kebutuhan sesaat akan televisi, banyak orang akan memperoleh kesenangan dengan menghabiskan waktunya untuk membaca."
Andai SKOW ditulis di era media sosial, barangkali King juga akan menyarankan mengurangi waktu bermedsos ria, yang dapat dialihkan untuk lebih banyak membaca dan berlatih menulis.
Jurus kedua: Terus gigih menulis
Stephen King punya kebiasaan sejak remaja, sewaktu masih berusia di bawah 14 tahun, untuk memakukan slip penolakan karyanya dari penerbit atau majalah pada dinding kamarnya.Â