Mohon tunggu...
Inovasi

Mengenal Lebih Dalam Si Imut Marmut Merah Jambu

28 Februari 2018   18:13 Diperbarui: 28 Februari 2018   18:22 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sudah cukup kita membahas tentang novel dari Raditya Dika ini. Sekarang mari kita lebih mengenal seorang Raditya Dika lebih dalam. Dika Angkasaputra Moerwani atau lebih dikenal dengan Raditya Dika lahir di Jakarta, 28 Desember1984 yang saat ini berumur 33 tahun adalah seorang penulis, komedian, sutradara & aktor. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller. Buku tersebut menampilkan kehidupan Dika (Raditya Dika) saat kuliah di Australia. 

Tulisan pria yang akrab disebut Raditya Dika itu bisa digolongkan sebagai genre baru. Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay). Raditya Dika menjalani sekolah menengahnya di SMP Tarakanita, lalu dilanjutkan di SMU 70 Bulungan, University of Adelaide, dan akhirnya melanjutkan ilmu sosial dan ilmu politiknya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Indonesia.

Dengan latar belakang ilmu sosial dan ilmu politiknya, Raditya Dika juga menyertakan atau menyalurkan beberapa pengetahuan ilmu sosial dan politiknya di dalam novelnya ini. Di novelnya ini Raditya sempat mengirimkan surat kepada Menteri Perdagangan pada masa itu tentang melonjaknya beberapa harga bahan makanan pokok saat itu. Walaupun surat yang dikirimkan tidak unutk hal serius atau bahkan lebih seperti bercanda, namun hal ini menunjukan tentang bagaimana reaksi dari seorang Raditya Dika sebagai orang yang cukup mengerti dalam ilmu sosial dan politik dalam menanggapi hal ini. Kutipan dari surat tersebut sebagai berikut.

'... Dengan Hormat,

Selamat siang Ibu, apa kabar? Mungkin ibu tidak kenal saya, karena saya tidak kenal sama Ibu. Mungkin Ibu kenal sama Joko, pedagang teh botol di depan Departemen Perdagangan ...'(hal. 108)

Tentu saja selain dari pengalaman pendidikan, pengaruh dari pengalaman cinta dan sosial di sekitar Raditya Dika juga sangat mempengaruhi cerita dalam novel ini. Seperti saat ibunya yang mendukung Dika saat akan pergi ke rumah teman perempuannya. Selain itu ia juga menggunakan kata guedan elokarena Raditya Dika tumbuh dan besar di Jakarta, dimana kehidupan di sekitarnya yang meggunakan gaya Bahasa seperti itu.

Dengan alur percintaan yang seperti itu bukan berarti novel ini memiliki makna atau pengaruh yang buruk bagi remaja. Banyak sekali amanat yang bisa diambil dari novel ini. Salah satu amanat yang penulis atau Raditya Dika coba sampaikan adalah bagaimana sesorang menjalani kehidupannya, jangan mudah tertegun dan depresi merenungi nasib yang telah terjadi, seperti kehidupan cinta. Tetapi, cobalah untuk tetap tegar dan jangan pernah menganggap kehidupan percintaan adalah suatu hal yang sepele.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun