'Dua minggu kemudian, sewaktu gue lagi di rumah, lalu pembantu gue dateng nyamperin ke dalem. Dia bilang, 'Bang, di depan ada tamu.' (hal. 203)
Dalam novel tersebut juga terdapat sebuah mall yang juga menjadi saksi biksu kisah cinta Raditya Dika, mall tersebut adalah mall Pondok Indah Mall. Di mall ini Dika sering melakukan banyak hal dengan perempuan-perempuan yang sering dekat dengannya. Saat di Pondok Indah Mall Raditya Dika sering mengajak perempuan yang ia taksir untuk nonton, dinner, atau hanya sekedar bertemu dengan perempuan yang ia sukai. Hal ini dibuktikan pada bab How I Meet You, Not Your Mothersebagai berikut.
'Gue di Starbucks Pondok Indah Mall 1 dan dia di Starbucks Pondok Indah Mall 2.'(hal. 146)
Selain itu 'PIM' juga menjadi saksi saat Dika akan bertemu unutk pertama kalinya dengan Githa, salah satu perempuan yang ia sukai ketika SMP. Hal itu dibuktikan pada bab Cinta di Atas Sepotong Chatting.
'Satu jam sebelum waktu yang ditentukan, gue udah ada di Gramedia Pondok Indah Mall.'(hal. 189)
Tentu saja dengan kisah cinta yang sering tak terbalaskan, suasana hati Dika pun sangat mudah tergambarkan. Hati Dika lebih sering merasakan sakit dalam menjalani kehidupan cintanya. Mulai dari seperti tidak enak dalam melakukan hal apapun atau yang ia sebut 'menghilangkan rasa selai kacang di lidah', dan tidak bisa berpikir lurus seperti yang tergambarkan pada kutipan berikut.
'satu hal yang ia tidak tahu adalah, gue pernah suka banget sama dia. Dan dia, waktu itu, tidak pernah menunjukkan hal yang sama. Ini yang ironis, Ina adalah orang yang menghilangkan rasa selai kacang di lidah gue... Dari rumahnya di Kemang, gue gak bisa mikir lurus. Pikiran gue masih mengawang.'(hal. 92 dan 93)
Karena lebih sering menceritakan tentang dirinya, pembaca bisa melihat bahwa buku ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Dengan Dika sebagai Raditya Dika sendiri lalu ia mengalami berbagai macam masalah dengan orang lain dan juga penggunaan kata gueyang digunakan pada novel ini cukup membuktikan bahwa sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama pelaku utama, seperti pada kutipan berikut ini.
'Gue adalah orang yang sangat mudah terpengaruh dengan apapun yang gua lihat, tonton, dan baca... Gue ingat, bahwa gue mencoba untuk bersikap lucu... Di jalan pulang gue dan Ina sama-sama diam.'(hal. 17, 83, dan 87)
Selain itu dengan penggunnaan kata gue, novel ini sangat terlihat menggunakan gaya Bahasa 'gaul' atau yang sering digunakan remaja masa kini. Dan dikarenakan cerita ini bercerita tentang kehidupan remaja dan pembaca yang dituju juga para remaja, Raditya Dika mencoba untuk menggunakan Bahasa sehari-hari sehingga sangat mudah dipahami bagi pembacanya. Seperti kutipan berikut.
'Sewaktu kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam sama Widya, cewek kelas sebelah. Aldi adalah temen sekelas gue, dan dia sebenarnya bisa dengan mudah mendapatkan Widya... Aldi memang dong, tetapi bukan berarti dia bertindak seperti idiot yang ngeces-ngeces, dan lari berkeliaran pukul dua pagi buat ngubek-ngubek comberan. Dia dongo dalam hal mencoba menarik perhatian Widya.'(hal.1)