Mohon tunggu...
Inovasi

Mengenal Lebih Dalam Si Imut Marmut Merah Jambu

28 Februari 2018   18:13 Diperbarui: 28 Februari 2018   18:22 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dari sekian banyak novel karya Raditya Dika salah satu novel yang cukup menarik perhatian adalah salah satu bukunya yang berjudul Marmut Merah Jambu.Novel ini mejadi cukup diminati dikalangan remaja masa kini. Diterbitkan pada tahun 2010, Novel ini langsung digandrungi pecinta novel di Indonesia, dengan membawa kisah lika-liku percintaan seorang Raditya Dika yang menarik dan dibalut dengan dengan komedi jenaka yang menjadi ciri khas dari seorang Raditya Dika.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, sangat mudah ditebak buku ini bertemakan percintaan. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas pembahasan pada setiap babnya adalah tentang kisah cinta Raditya Dika seperti pada bab Misteri Surat Cinta Ketua Osis(hal. 17), Cinta di Atas Sepotong Chatting(hal. 183), Dabel Trabel(hal.199),dan masih banyak lagi. Kisah percintaan di novel ini pun dikemas dengan sangat menarik dengan ditambahkannya sedikit bumbu-bumbu komedi di dalamnya.

Pada novel Marmut Merah Jambuini juga sama dengan Raditya Dika lainnya, yakni diangkat dari kisah nyata atau masa lalu dari Raditya Dika. Dengan menceritakan masa lalunya membuat novel ini memiliki alur mundur, sama dengan mayoritas novel dari Raditya Dika. Alur mundur ini salah satunya di jelaskan pada kutipan pada bab Orang yang Jatuh Cinta Diam-Diamberikut ini.

"Sewaktu kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam sama Widya, cewek kelas sebelah." (hal. 1)

Pada kutipan bab diatas terdapat kata "Sewaktu kelas dua SMP..."yang mengartikan bahwa sang penulis atau Raditya Dika sedang menceritakan kembali masa lalunya. Selain itu terdapat penjelasan alur pada bab lain juga seperti pada bab Pertemuan Pertama dengan Ina Mangunkusumoberikut ini.

"Di caturwulan pertama kelas 2 SMA, gue jatuh cinta."(hal. 59)

Pada kutipan tersebut Raditya Dika juga menceritakan kembali kisah cinta yang ia alami ketika SMA. Dari kedua bukti tersebut dapat terlihat dimana Raditya Dika mencoba menggunakan alur mundur, dimana ia menceritakan kisanya dari awal SMP ketika ia jatuh cinta dengan teman wanitanya hingga kisah cintanya dengan pacar terbarunya.

Karena novel ini menceritakan tentang kisah percintaan Raditya Dika dari SMP hingga Remaja, dari satu perempuan ke perempuan lainnya, secara tidak langsung menciptakan banyak tokoh yang ikut mengambil peran dalam membangun kisah hidup Raditya Dika pada buku ini. Tentu saja tokoh utama pada novel ini adalah sang penulis sendiri yakni Raditya Dika atau Dika. Pada novel ini Dika memiliki watak pesimis dalam hal percintaan pada teman-teman wanitanya seperti yang ia katakan.

'Emang ada yang suka sama kita?' (hal. 9)

 Selain itu Dika juga memiliki sifat sok tahu kepada teman wanitanya. Ketika teman wanitanya bertannya tentang sesuatu hal yang tidak dimengerti oleh Dika maka Dika akan selalu meresponnya seakan ia mengerti akan apa yang dibicarakan temannya agar ia terlihat lebih keren.

'Iya!' seru gue, memasang tampang setuju, padahal kaga ngerti apa-apa.(hal. 72)

Selain Dika pada novel ini juga ada salah satu tokoh yang cukup sering muncul pada tiap babnya yaitu Mama Dika. Mama Dika memiliki sifat parnoanatau ketakutan berlebih kepada anak-anaknya. Hal ini dibuktikan seperti pada kutipan berikut.

'Nyokap juga memang tipe nyokap parnoan yang selalu takut anaknya salah bergaul, tapi dengan pemikiran-pemikiran yang salah.'(hal. 150)

Pada beberapa bab juga terdapat salah satu tokoh yang dibahas secara mendalam yaitu Ina Mangunkusumo. Ina adalah salah satu teman Dika ketika SMA yang ia sukai. Ina memiliki watak gengsian dimana ia memiliki sikap berbeda ketika ia bersama Dika saat hanya berdua dan ketika mereka berdua saat di sekolah. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.

'Lucunya, walaupun kita cukup sering pergi bareng, di sekolah kita seolah tidak saling mengenal. Setiap hari di kelas, Ina gak pernah ngajak gue ngobrol sama sekali.'(hal. 81)

'Setiap gue menghampiri Ina di antara teman-temannya, pasti dia tidak menanggapi obrolan gue, seolah gue orang yang asing. Ini sangat berbeda dengan sikapnya sewaktu kita keluar berduaan.'(hal. 82)

Lalu dalam novel ini Dika juga memiliki seorang sahabat yang memiliki sifat hampir sama dengannya. Sahabatnya itu bernama Aldi, ia bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP. Aldi memiliki sifat dungu terhadap wanita. Aldi dungu bukan seperti dungu yang berarti bodoh, melainkan dungu dalam menarik perhatian wanita. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.

'Aldi memng dongo, tetapi bukan berarti dia bertindak seperti idiot yang ngeces-ngeces, dan lari berkeliaran pukul dua pagi buat ngubek-ngubek comberan. Dia dongo dalam hal mencoba menarik perhatian Widya. Dia bahkan tidak tahu gimana cara kenalan yang baik dan benar dengan Widya.'(hal. 1)

Jika Raditya Dika membicarakan kisah cintanya ketika masa sekolah, maka Sekolah akan menjadi tempat yang penuh dengan kisah kasih yang paling berkesan dalam hidupnya. Mulai dari SMP nya sampai sekolahnya Ketika SMA yang menjadi salah satu saksi bisu kisah dari seorang Raditya Dika. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bagian-bagian cerita yang terjadi sekolahnya seperti pada kutipan berikut ini.

 'Di dalam kelas 2 SMP Tarakanita ini gue bahkan belum membuka ayam goreng yang gue beli di kantin.'(hal. 18)

'Di caturwulan pertama kelas 2 SMA, gue jatuh cinta.'(hal. 59)

Lalu rumah Dika juga menjadi tempat yang paling penting yang memiliki banyak peristiwa yang terjadi dalam novel ini. Rumah ini menjadi saksi dari beberapa peristiwa seperti ketika Aldi menginap di rumah Dika saat mereka menelpon Widya, saat si kembar Nina dan Nini datang terus-menerus ke rumah Dika, dan masih banyak lagi. Salah satu yang menjadi bukti dari hal ini adalah kutipan dari bab Dabel Trabelsebagai berikut.

'Dua minggu kemudian, sewaktu gue lagi di rumah, lalu pembantu gue dateng nyamperin ke dalem. Dia bilang, 'Bang, di depan ada tamu.' (hal. 203)

Dalam novel tersebut juga terdapat sebuah mall yang juga menjadi saksi biksu kisah cinta Raditya Dika, mall tersebut adalah mall Pondok Indah Mall. Di mall ini Dika sering melakukan banyak hal dengan perempuan-perempuan yang sering dekat dengannya. Saat di Pondok Indah Mall Raditya Dika sering mengajak perempuan yang ia taksir untuk nonton, dinner, atau hanya sekedar bertemu dengan perempuan yang ia sukai. Hal ini dibuktikan pada bab How I Meet You, Not Your Mothersebagai berikut.

'Gue di Starbucks Pondok Indah Mall 1 dan dia di Starbucks Pondok Indah Mall 2.'(hal. 146)

Selain itu 'PIM' juga menjadi saksi saat Dika akan bertemu unutk pertama kalinya dengan Githa, salah satu perempuan yang ia sukai ketika SMP. Hal itu dibuktikan pada bab Cinta di Atas Sepotong Chatting.

'Satu jam sebelum waktu yang ditentukan, gue udah ada di Gramedia Pondok Indah Mall.'(hal. 189)

Tentu saja dengan kisah cinta yang sering tak terbalaskan, suasana hati Dika pun sangat mudah tergambarkan. Hati Dika lebih sering merasakan sakit dalam menjalani kehidupan cintanya. Mulai dari seperti tidak enak dalam melakukan hal apapun atau yang ia sebut 'menghilangkan rasa selai kacang di lidah', dan tidak bisa berpikir lurus seperti yang tergambarkan pada kutipan berikut.

'satu hal yang ia tidak tahu adalah, gue pernah suka banget sama dia. Dan dia, waktu itu, tidak pernah menunjukkan hal yang sama. Ini yang ironis, Ina adalah orang yang menghilangkan rasa selai kacang di lidah gue... Dari rumahnya di Kemang, gue gak bisa mikir lurus. Pikiran gue masih mengawang.'(hal. 92 dan 93)

Karena lebih sering menceritakan tentang dirinya, pembaca bisa melihat bahwa buku ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Dengan Dika sebagai Raditya Dika sendiri lalu ia mengalami berbagai macam masalah dengan orang lain dan juga penggunaan kata gueyang digunakan pada novel ini cukup membuktikan bahwa sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama pelaku utama, seperti pada kutipan berikut ini.

'Gue adalah orang yang sangat mudah terpengaruh dengan apapun yang gua lihat, tonton, dan baca... Gue ingat, bahwa gue mencoba untuk bersikap lucu... Di jalan pulang gue dan Ina sama-sama diam.'(hal. 17, 83, dan 87)

Selain itu dengan penggunnaan kata gue, novel ini sangat terlihat menggunakan gaya Bahasa 'gaul' atau yang sering digunakan remaja masa kini. Dan dikarenakan cerita ini bercerita tentang kehidupan remaja dan pembaca yang dituju juga para remaja, Raditya Dika mencoba untuk menggunakan Bahasa sehari-hari sehingga sangat mudah dipahami bagi pembacanya. Seperti kutipan berikut.

'Sewaktu kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam sama Widya, cewek kelas sebelah. Aldi adalah temen sekelas gue, dan dia sebenarnya bisa dengan mudah mendapatkan Widya... Aldi memang dong, tetapi bukan berarti dia bertindak seperti idiot yang ngeces-ngeces, dan lari berkeliaran pukul dua pagi buat ngubek-ngubek comberan. Dia dongo dalam hal mencoba menarik perhatian Widya.'(hal.1)

Mungkin sudah cukup kita membahas tentang novel dari Raditya Dika ini. Sekarang mari kita lebih mengenal seorang Raditya Dika lebih dalam. Dika Angkasaputra Moerwani atau lebih dikenal dengan Raditya Dika lahir di Jakarta, 28 Desember1984 yang saat ini berumur 33 tahun adalah seorang penulis, komedian, sutradara & aktor. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller. Buku tersebut menampilkan kehidupan Dika (Raditya Dika) saat kuliah di Australia. 

Tulisan pria yang akrab disebut Raditya Dika itu bisa digolongkan sebagai genre baru. Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay). Raditya Dika menjalani sekolah menengahnya di SMP Tarakanita, lalu dilanjutkan di SMU 70 Bulungan, University of Adelaide, dan akhirnya melanjutkan ilmu sosial dan ilmu politiknya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Indonesia.

Dengan latar belakang ilmu sosial dan ilmu politiknya, Raditya Dika juga menyertakan atau menyalurkan beberapa pengetahuan ilmu sosial dan politiknya di dalam novelnya ini. Di novelnya ini Raditya sempat mengirimkan surat kepada Menteri Perdagangan pada masa itu tentang melonjaknya beberapa harga bahan makanan pokok saat itu. Walaupun surat yang dikirimkan tidak unutk hal serius atau bahkan lebih seperti bercanda, namun hal ini menunjukan tentang bagaimana reaksi dari seorang Raditya Dika sebagai orang yang cukup mengerti dalam ilmu sosial dan politik dalam menanggapi hal ini. Kutipan dari surat tersebut sebagai berikut.

'... Dengan Hormat,

Selamat siang Ibu, apa kabar? Mungkin ibu tidak kenal saya, karena saya tidak kenal sama Ibu. Mungkin Ibu kenal sama Joko, pedagang teh botol di depan Departemen Perdagangan ...'(hal. 108)

Tentu saja selain dari pengalaman pendidikan, pengaruh dari pengalaman cinta dan sosial di sekitar Raditya Dika juga sangat mempengaruhi cerita dalam novel ini. Seperti saat ibunya yang mendukung Dika saat akan pergi ke rumah teman perempuannya. Selain itu ia juga menggunakan kata guedan elokarena Raditya Dika tumbuh dan besar di Jakarta, dimana kehidupan di sekitarnya yang meggunakan gaya Bahasa seperti itu.

Dengan alur percintaan yang seperti itu bukan berarti novel ini memiliki makna atau pengaruh yang buruk bagi remaja. Banyak sekali amanat yang bisa diambil dari novel ini. Salah satu amanat yang penulis atau Raditya Dika coba sampaikan adalah bagaimana sesorang menjalani kehidupannya, jangan mudah tertegun dan depresi merenungi nasib yang telah terjadi, seperti kehidupan cinta. Tetapi, cobalah untuk tetap tegar dan jangan pernah menganggap kehidupan percintaan adalah suatu hal yang sepele.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun