Mohon tunggu...
Nur RahmawatiBusyro
Nur RahmawatiBusyro Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan PPP pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad 21

26 Maret 2024   00:47 Diperbarui: 26 Maret 2024   01:35 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 bnp.jambiprov.go.id

Pancasila adalah dasar filosofis resmi negara Indonesia. Terdiri dari lima prinsip yang mencerminkan nilai-nilai fundamental bagi bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip ini menjadi pijakan dalam pembentukan identitas nasional, pembangunan masyarakat, dan arah kebijakan negara. Pancasila menjadi dasar bagi sistem pemerintahan, hukum, dan norma-norma sosial di Indonesia. Prinsip-prinsip Pancasila dipandang sebagai panduan yang mengarahkan negara dan masyarakat Indonesia menuju kedamaian, keadilan, dan kemajuan bersama.

Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. Sebagai entitas, Pancasila merupakan hal unik yang tentunya hanya dimiliki oleh Indonesia. Artinya, Pancasila menjadi entitas yang hanya ada pada bangsa Indonesia, tidak pada bangsa-bangsa lain. 

Keunikan dan kekhasan ini tidak terlepas dari bangsa Indonesia yang mempunyai kemajemukan atau keberagaman. Selain itu, sebagai entitas, Pancasila mencerminkan identitas kolektif bangsa Indonesia dan menjadi landasan filosofis, ideologis, dan moral dalam membangun dan memperkokoh kesatuan serta keberagaman bangsa.

Selain sebagai entitas, Pancasila juga menjadi identitas bangsa Indonesia. Sebagai identitas Pancasila menjadi sumber atau arahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia, sehingga manusia Indonesia memiliki tujuan yang sudah seharusnya selaras dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. 

Pancasila juga mencerminkan nilai-nilai, prinsip, dan karakteristik yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu, sebagai identitas bangsa, Pancasila menjadi refleksi atau cerminan diri bangsa yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Identitas ini juga menandakan adanya suatu ciri khas yang berbeda dari bangsa lain karena seluruh masyarakatnya selalu berefleksi terhadap nilai-nilai atau pedoman yang terkandung pada Pancasila.

Pendidikan abad 21 dicirikan dengan perubahan yang terjadi dalam kurikulum dan pembelajaran dimana saat ini pembelajaran lebih berfokus pada peserta didik (student centered), yang menggantikan pembelajaran dahulu yang cenderung berfokus pada guru dengan metode konvensionalnya (teacher centered). Penerapan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam pendidikan Abad-21 dilakukan melalui program Profil Pelajar Pancasila. 

Pendidikan yang menciptakan pelajar Pancasila adalah Pendidikan yang berusaha untuk memerdekakan peserta didik serta memenuhi berbagai kebutuhan belajar mereka dengan memperhatikan perbedaan karakteristik seperti gaya belajar, minat, bakat, motivasi, tingkat pengetahuan dan keterampilan serta latar belakangnya. 

Seorang guru dapat menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi untuk memfasilitasi pembelajaran dengan perbedaan karakteristik peserta didik tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang memerdekakan peserta didik, memanfaatkan media pembelajaran yang mendukung gaya belajar mereka sehingga peserta didik memiliki kebebasan dalam belajar serta terfasilitasi dalam kebutuhan belajarnya. 

Kompetensi yang harus dimiliki peserta didikpun disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman dari perkembangan IPTEK yang begitu cepat.

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila dalam pendidikan abad 21, ialah adanya kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai luhur pancasila yaitu Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berbhinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif. 

Dimensi Profil Pelajar Pancasila tersebut sesuai dengan tuntutan kompetensi abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini juga dijalankan dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di tiap sekolah, yang sangat baik sebagai solusi untuk menghadapi masalah pendidikan saat ini yaitu dekadensi moral peserta didik dan untuk menanamkan budi pekerti baik kepada peserta didik dengan tetap memperhatikan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Berdasarkan hal tersebut, dalam menghayati Pancasila Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 masih memiliki beberapa tantangan, diantaranya.

  • Masih kurang maksimalnya peran orang tua dalam Pendidikan anak. Orang tua merupakan pendidik pertama yang ditemui anak di rumah, karena sebelum anak mengenal pendidikan di sekolah formal orang tualah yang memperkenalkan pendidikan pada anak mereka. Dalam keluarg, Orang Tua adalah pendidik alamiah karena pada masa awal kehidupan anak, orang tualah yang secara alamiah dapat selalu dekat dengan anak-anaknya karena itu sudah seharusnya yang paling berkewajiban dalam mendidik anak adalah Orang tuanya. Akan tetapi, dalam mendidik anak, masih banyak Orang tua yang kurang dalam mendidik anaknya serta melimpahkan tugas untuk mendidik anaknya di lingkungan tempat mereka bersekolah seperti guru dan lainnya. Namun pada dasarnya, tugas untuk mendidik anak tidak bisa sepenuhnya dilepaskan pada sekolah, Orang tua juga harus turut berperan aktif dalam memberikan perhatian dan didikan untuk Pendidikan anak mereka sehingga mereka dapat bimbingan, perhatian dan pendidikan lebih penuh baik di rumah maupun di sekolah. Kurang maksimalnya peran dan perhatian orang tua yang biasanya hanya focus pada perekmbangan aspek intelektual anak dengan berfokus pada hasil kognitif mereka disekolah mengakibatkan kurang maksimalnya penanaman dan penghayatan nilai-nilai Pancasila sebagai karakter dalam pendidikan anak yang telah diajarkan di sekolah mereka. Menurut Abdullah dalam Heriyani (2010) peran dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tidak hanya terkait Pendidikan intelektual semata, tetapi orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan iman, akhlaq, fisik, psikis, dan sosial anak- anak mereka. Maka dari itu Peran orang tua atau keluarga dalam Pendidikan terutama untuk membentuk karakter anak sangatlah penting. Sebagaimana menurut Ki Hadjar Dewantara Lingkungan keluarga adalah pusat pendidikan utama dan pertama yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak baik dalam segi karakter, budi pekerti maupun cara berpikir.
  • Tantangan Teknologi dan Transformasi Digital. Perkembangan teknologi dan transformasi digital memengaruhi cara individu berinteraksi dan memperoleh informasi. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga ikut berkembang dengan begitu pesatnya. Semua informasi yang ingin diketahui dapat diakses dengan sangat mudah melalui internet oleh orang dari segala usia. Apabila disalah gunakan oleh anak-anak maka hal tersebut dapat menyebabkan anak-anak kurang memiliki tata karma dan sopan santun dalam berperilaku. Tantangan teknologi dalam penghayatan Pancasila bagi peserta didik dapat berasal dari beberapa aspek, termasuk pengaruh media sosial, akses informasi yang tidak terkontrol, dan kurangnya kesadaran akan dampak negatif teknologi terhadap nilai-nilai Pancasila. eserta didik dapat terpapar pada berbagai informasi di internet, termasuk yang tidak diverifikasi, hoaks, atau berita palsu yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat membingungkan dan merusak pemahaman mereka tentang nilai-nilai tersebut. Selain itu, media sosial yang sering menjadi platform utama di mana peserta didik berinteraksi dan mendapatkan informasi. Namun, penggunaan media sosial juga dapat meningkatkan risiko eksposur pada konten yang tidak mendukung nilai-nilai Pancasila, seperti radikalisme, intoleransi, dan kekerasan. Maka, dalam pendidikan perlu membiasakan peserta didik untuk bersikap sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila, hendaknya guru berkerja sama dengan orang tua dalam memberikan arahan dan batasan dalam mengakses informasi khususnya dari dunia digital. Pendidikan perlu mengintegrasikan teknologi secara bijaksana untuk mendukung pemahaman yang lebih baik tentang Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pergaulan dan Pengaruh Lingkungan Peserta Didik. Tantangan ketiga dalam penghayatan Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke 21 adalah pengaruh lingkungan pergaulan peserta didik. Lingkungan peserta didik dapat mempengaruhi tentang bagaimana mereka bergaul dan pembentukan karakternya. Peserta didik yang tumbuh dan berkembang dilingkungan yang positif maka akan positif pula karakter dan tingkah laku di dalam dirinya. Sebaliknya, peserta didik yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang negative maka akan terbentuk karakter dan tingkah laku yang yang tak jarang mendominasi sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal ini, tantangan yang dapat dilihat dalam penghayatan Pancasila ini adalah kesulitan bagi Guru dalam menciptakan Pendidikan yang berpihak kepada peserta didik akibat beragamnya tingkah laku peserta didik yang berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Salah satu aspek dari lingkungan yang mempengaruhi pergaulan mereka adalah aspek teman sebaya. Teman sebaya memiliki peran penting dalam membentuk sikap, nilai, dan perilaku peserta didik. Jika lingkungan sosial di sekitar mereka cenderung mendukung nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila, Peserta didik akan cenderung berperilaku seperti itu dan guru akan kesulitan membawa mereka ke arus yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu lingkungan pergaulan anak atau peserta didik sangatlah mempengaruhi dalam pembentukan karakter anak sehingga hal ini termasuk menjadi tantangan dalam penghayatan Pancasila dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila yang telah diajarkan di sekolah.
  • Pengaruh Globalisasi. Pengaruh globalisasi memberikan tantangan tersendiri dalam penghayatan Pancasila bagi peserta didik. Pengaruh globalisasi, terutama melalui media sosial dan budaya populer, dapat memperkenalkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila. Globalisasi bisa menyebabkan kehilangan identitas nasional dan budaya lokal di tengah arus informasi dan pengaruh global. Ini bisa mengakibatkan peserta didik kehilangan rasa bangga dan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila sebagai bagian dari identitas nasional mereka. Pendidikan harus mampu membentengi generasi muda dari pengaruh negatif tersebut dan memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-nilai Pancasila.

Penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dapat diterapkan di ekosistem sekolah melalui program Profil Pelajar Pancasila (PPP) untuk mwujudkan Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21. Perwujudam terhadap penghayatan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah (kelas) ini dapat dilakuakn dengan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan 6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila (PPP), sebagai berikut.

  • Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan Ibadah sesuai dengan agama yang mereka anut. Contohnya, untuk umat muslim membiasakan sholat berjamaah, merayakan hari-hari besar islam, one day one ayat, dan lain-lain.

2. Membiasakan peserta didik untuk berdo'a baik sebelum maupun sesudah sesudah belajar

3. Membudayakan kepada peserta didik 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) kepada guru, orang yang lebih tua dan kesesama teman.

4. Mengajarkan kepada peserta didik untuk dapat menghormati dan menghargai guru dan teman serta menunjukkan rasa toleransi kepada semua warga sekolah.

  • Berkebinekaan Global, dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Memasukkan unsur-unsur kearifan lokal dalam pembelajaran. Contoh: sejarah adat atau tradisi di lingkungan setempat dan nilai-nilai yang dapat diambil dari adat tersebut.

2. Memperingati hari besar nasional seperti upacara hari proklamasi kemerdekaan, memakai baju adat saat Hari Peringatan Sumpah Pemuda, dan lain-lain.

3. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan penelitian tentang isu-isu budaya global seperti perdagangan budaya, pengaruh budaya pop, atau perkawinan lintas budaya. Mereka kemudian dapat berbagi hasil penelitian mereka dalam bentuk presentasi atau makalah di kelas.

4. Melaksanakan pembelajaran terkait sejarah akan multicultural dan keberagaman yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran sejarah dan mengajarkan kepada peserta didik tentang bagaimana caranya agar dapat menghargai perbedaan.

  • Bergotong Royong dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Mengajarkan tentang membantu Teman yang Kesulitan. Peserta didik dapat mengembangkan sikap tolong-menolong dan empati dengan saling membantu teman yang kesulitan dalam belajar atau dalam aktivitas sehari-hari di lingkungan kelas. Dengan membentuk lingkungan yang inklusif dan peduli, mereka dapat menciptakan atmosfer yang kondusif untuk belajar dan berkembang bersama.

2. Guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan kolaboratif menggunakan metode diskusi atau kerja kelompok untuk melatih kerja sama dan semangat gotong peserta didik. Kegiatan ini dapat mengajarkan kepada peserta didik untuk dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan serta menghargai berbagai perbedaan pendapat yang muncul selama proses diskusi.

3. Mengadakan kegiatan bersih lingkungan sekolah bersama-sama. Contoh: pada hari jumat peserta didik diajak untuk bergotong royong dalam membersihkan lingkungan kelas

  • Mandiri, dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dapat diselesaikan berdasarkan kemampuan dan pemahaman mereka secara mandiri

2. Proyek Mandiri. Memberikan siswa kesempatan untuk memilih dan mengeksekusi proyek mandiri yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka. Ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitas, inisiatif, dan tanggung jawab diri.

3. Penyusunan Peta Rencana Studi (PRS). Meminta setiap siswa untuk menyusun PRS mereka sendiri berdasarkan tujuan akademis mereka. Ini melibatkan siswa dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka sendiri serta mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan mereka.

  • Bernalar Kritis dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Diskusi Kelompok. Peserta didik dapat diberikan topik atau masalah kontroversial yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti pluralisme, keadilan sosial, atau demokrasi. Mereka kemudian dibagi menjadi kelompok kecil untuk berdiskusi, menganalisis berbagai sudut pandang, dan mencari solusi atau kesimpulan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Guru mengaitkan pembelajaran dengan konteks nyata seperti meminta pendapat peserta didik terkait kejadian nyata yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

3. Menggunakan model-model pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa untuk berpikir kritis seperti model pembelajaran Project Based Learning.\

  • Kreatif dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu.

1. Guru mengadakan pembelajaran dengan penyelidikan dan presentasi. Siswa melakukan penelitian tentang tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila, seperti Soekarno atau Kartini, lalu membuat presentasi sesuai dengan kreativitasnya untuk dibagikan kepada teman-teman sekelas. Ini membantu mereka mengidentifikasi dan menghargai kontribusi individu dalam membangun dan memperkuat ideologi Pancasila dan kreativitas dalam menghasilkan sebuah proyek presentasi.

2. Guru memberikan tugas kepada peserta didik yang mampu mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Contoh meminta peserta didik untuk membuat mind map, peta konsep, atau infografis terkait tugas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun