Mohon tunggu...
Nur Rachi Saniyyah
Nur Rachi Saniyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Andalas

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sindrom Asperger, "Si Genius" di Serial Extraordinary Attorney Woo

18 Agustus 2022   12:45 Diperbarui: 18 Agustus 2022   12:51 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dirilis pada tanggal 29 Juni 2022, serial Extraordinary Attorney Woo terus mengalami peningkatan rating hingga pada episode 6 lalu mencapai 9,1 dan menempati peringkat satu dalam Global Top 10 Non-English TV Charts. 

Dibintangi oleh Park Eun-bin sebagai Woo Young Woo, serial ini menceritakan sosok pengacara autisme pertama di Korea yang memulai kariernya di firma hukum ternama bernama Hanbada. 

Berdasarkan laporan dari WHO tahun 2021, karakter Woo dianggap istimewa karena diperkirakan hanya dimiliki oleh 16% orang di dunia. Namun, seperti yang diterangkan dalam salah satu adgean di episode 3 bahwa karakter Woo merupakan salah satu satu dari berbagai jenis sindrom autisme lainnya yang dapat dialami oleh anak-anak. Lalu apa sajakah jenis dari sindrom autisme?

Pertama, jenis Pervasive Developmental Disorder, Not Otherwise Specified atau PDD-NOS yang termasuk dalam spektrum jenis ringan hingga menengah, dengan sejumlah gejala seperti tidak meratanya perkembangan keterampilan yang dimiliki anak, keterlambatan perkembangan bahasa, melakukan ekolalia, dan menunjukkan reaksi yang tidak biasa terhadap hal yang disukai dan tidak disukai.

Kedua, gangguan autistik yang bisa menyerupai PDD-NOS tetapi jenis ini memiliki frekuensi perilaku yang lebih intens. Biasanya seseorang yang mengalami gangguan ini memiliki sejumlah gejala seperti sulit melakukan interaksi sosial, masalah pada komunikasi, menunjukkan perilaku berulang, mengalami tantrum sampai meledak-ledak, memiliki gangguan tidur dan makan, serta kurang peka terhadap dunia luar karena didominasi oleh imajinasi sendiri.

Ketiga, Childhood Disintegrative Disorder yang biasanya muncul pada perkembangan anak setelah beberapa tahun pertama dengan tanda-tanda pada penurunan beberapa keterampilan yang diperoleh secara signifikan seperti bahasa, komunikasi, sosial, bermain, merawat diri sendiri, motorik, serta kemampuan kontrol usus dan kantung kemih.

Keempat, Rett’s Syndrome yang lebih sering terjadi pada anak perempuan dengan rentang usia 1-4 tahun dengan tanda-tanda seperti kemunduran atau kehilangan kemampuan yang dimiliki, dan kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan tangan berulang-ulang.

Dari keempat jenis di atas, karakter Woo memiliki penjelasan sendiri karena tidak sepenuhnya dikategorikan sebagai gangguan autisme. Mengapa? Mari menilik lebih jauh tentang sindrom "profesor kecil" yang dialami oleh Woo.

Lebih Dekat dengan Keistimewaan Sindrom “Profesor Kecil”

Sindrom "profesor kecil" yang dialami oleh Woo merupakan sebutan lain dari sindrom asperger, sebuah gangguan neurologis dengan beberapa keterbatasan yang dikategorikan dalam gangguan autisme seperti keterbatasan pada komunikasi, interaksi sosial, perilaku, serta minat. 

Sebutan "profesor kecil" muncul karena pengidap sindrom ini menunjukkan keunikan pada perilaku, cara berpikir, dan berkomunikasi (Desmaniar, 2016: 278). 

Seperti yang dikatakan oleh penemunya, Asperger, seorang dokter berkebangsaan Austria, sindrom ini memiliki tingkat intelegensi rata-rata atau bahkan lebih dan tidak mengalami kesulitan dalam berbahasa. 

Keunikan kognitif tersebut meliputi kemampuan mengingat yang baik, pembendaharaan kata yang banyak, serta mampu memahami, menyerap dan mengolah informasi, pengetahuan, dan ilmu yang mereka dapat dengan baik. 

Kemampuan kognitif yang luar biasa, memiliki keterampilan bahasa, serta mempunyai rasa ingin tahu terhadap dunia luar inilah yang menjadi pembeda sindrom asperger dengan jenis sindrom autisme lainnya. 

Namun, gejala yang dialami oleh Woo seperti sulit mengalihkan pembicaraan yang sudah berkenaan dengan topik yang ia sukai, termasuk ke dalam beberapa gejala lain yang menunjukkan gejala seperti para pengidap gangguan autisme. Beberapa gejala lainnya yang juga termasuk dalam gejala autisme adalah:

  • Tidak dapat melakukan kontak mata dengan lawan bicara
  • Canggung atau minim melakukan komunikasi dan interaksi sosial
  • Sulit untuk memahami emosi dan bahasa tubuh orang lain
  • Sensitif terhadap sesuatu seperti cahaya, suara, tekstur tertentu
  • Sulit mengatur volume bicara
  • Mengalami gangguan empati

Itulah mengapa beberapa celetukan dari rekan, orang sekitar, masyarakat bahkan dari pribadi Woo sendiri yang menyatakan dirinya sebagai pengidap gangguan autisme karena beberapa gejala di atas yang dialaminya tergolong dalam gejala sindrom autisme. 

Gejala lain yang biasanya juga dialami pengidap sindrom asperger yaitu menyukai lingkungan dengan rutinitas, terstruktur, dan suka terhadap hal yang detail. 

Jika kamu ingat salah satu kebiasaan karakter Woo ketika ia selalu merapikan botol air minum di kulkas kantor, atau saat Woo mengalami kesulitan untuk beradaptasi di luar dari kebiasaannya ketika ia menginap di rumah sahabatnya maka kamu akan memahami beberapa gejala tersebut adalah gejala umum yang biasanya dialami oleh para pengidap sindrom asperger.

Lalu, sebenarnya bagaimana sindrom asperger ini bisa dialami oleh anak-anak? Sampai saat ini, penyebab pasti terjadinya sindrom asperger belum teridentifikasi. 

Namun berdasarkan hasil temuan para ilmuwan bahwa anak-anak dengan sindrom ini memiliki perbedaan fungsional dan struktural pada daerah tertentu di otak mereka, sehingga para ahli meyakini bahwa kelainan pada otak menjadi salah satu faktor terbesar terjadinya sindrom ini. 

Selain itu, para ahli juga meyakini bahwa kondisi sindrom asperger bisa disebabkan oleh faktor genetik, sebab sebagian pasien pengidap sindrom asperger yang dirawat memiliki riwayat keluarga yang juga pengidap sindrom asperger atau bentuk lain dari sindrom autisme. 

Akan tetapi, gen khusus seperti apa yang berperan penting dalam kondisi tersebut belum diidentifikasikan secara spesifik oleh para ilmuwan hingga saat ini. 

Pendapat lain dari para peneliti juga mengungkapkan bahwa ada faktor eksternal seperti kecanduan obat-obatan, penggunaan narkoba, rokok, serta mengalami tekanan yang berat atau tuntutan tinggi, baik oleh sang anak ataupun ibu saat mengandung menjadi penyebab terjadinya sindrom asperger.

Walaupun sindrom Asperger dikategorikan ke dalam spektrum rendah, para pengidapnya tetap harus menjalankan beberapa terapi untuk menangani gejala yang timbul agar pengidap bisa nyaman melakukan aktivitas keseharian. Adapun jenis terapinya seperti yang dijelaskan oleh Sugiarti dalam Majalah Plus Psikologi (2008), yaitu:

  • Psikoterapi-suportif  merupakan terapi yang dibutuhkan pengidap untuk menangani kesulitan adaptasi serta fungsi sosial.
  • Terapi okupasi yang berfungsi untuk melatih koordinasi gerak motorik pada pengidap.
  • Farmakologi yang merupakan jenis terapi untuk membantu menghilangkan gejala dan psikopatologi terutama jika muncul gejala agresivitas.
  • Terakhir, terapi yang berkaitan dengan nutri seperti diet bebas zat adiktif.

Beberapa terapi di atas perlu dilakukan berdasarkan arahan dari tenaga profesional seperti psikiater, pediatrik, dokter dan lainnya. 

Meskipun begitu, perlu adanya bantuan dari orang sekitar seperti orang tua, guru atau pendidik, saudara dan masyarakat yang tinggal di sekitar pengidap sindrom asperger dengan memahami terlebih dahulu kondisi yang dialami oleh pengidap sindrom asperger atau jenis autisme lainnya, serta meluangkan waktu untuk melatih kemampuan mereka baik secara interaksi sosial, komunikasi, motorik dan lainnya yang dapat mendukung kapasitas fungsional mereka serta mengurangi gejala autisme. 

Walaupun tidak sepenuhnya sembuh, bantuan dari orang sekitar ini sangat berarti bagi mereka untuk menjalankan kehidupan. 

Bukan tidak mungkin untuk pengidap autisme baik sindrom asperger atau lainnya yang memiliki ide-ide cemerlang dapat membantu peradaban manusia seperti yang dilakukan oleh Albert Einstein, Issac Newton, Nicola Tesla, Bill Gates dan tokoh dunia lainnya.

 

Referensi:

Anurogo, Dito. (2021). Menggapai Optimisme Meskipun Autis. (https://www.antaranews.com/berita/2090718/menggapai-optimisme-meskipun-autis, 15 Juli 2022)

Anurogo, Dito dan Ikrar Taruna. (2015). Sindrom Asperger. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 42 (2). https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1039/760.

Desmaniar, Putri Andiny dan Johanes Krisdianto. (2016). Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya. Jurnal Sains dan Seni (5)2. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Latifa, Lela. 4 Jenis Gangguan Spektrum Autisme. (https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/4-jenis-gangguan-spektrum-autisme, 15 Juli 2022)

Liedia, Ga Ayu dan Kang. (2021). Mengenal dan Memahami Anak Autisme. https://www.rsia-limijati.com/post/mengenal-dan-memahami-anak-autisme, 15 Juli 2022)

Lisinu, Rafael dan Pastiria Sembiring. (2020). Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling). Medan: Yayasan Kita Menulis.

Sugiarti, L. Rini. 2008. Psikologi Plus: Empati yang Menyembuhkan Vol 1 (3). Semarang: PT. Nico Sakti.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun