Menggelorakan kembali peranan khalifah di bumi Indonesia
Indonesia, negeri yang kaya akan sumber daya alam serta keindahan alamnya. Anugerah tersebut merupakan karunia dari Allah Swt. untuk manusia Indonesia. Nampak ironi apabila kita berkaca pada kenyataan saat ini. Kerusakan alam terus terjadi. Muda-mudi enggan untuk merawat lingkungan hidup sekitarnya, sibuk bergaya dan menyumbangkan kerusakan yang lebih banyak.
Pemerintah lebih sibuk lagi mengatur kebijakan yang bertentangan terhadap pelestarian alam dan lingkungan. Masyarakat Indonesia dan pemerintah terkesan apatis dalam menengok bumi yang dipijaknya sendiri. Isu kerusakan alam dan lingkungan menjadi tambah krusial ketika perusahaan kapitalis mencoba terus menggerus sumber daya yang ada tanpa mempertimbangkan pengaruhnya untuk masa depan bumi Indonesia.
Badan Pusat Statistik mempublikasi hasil survei di tahun 2010 yang menjelaskan komposisi penduduk menurut agama. Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia dengan jumlah pemeluknya sebesar 207.176.162 jiwa atau 87,18% dari seluruh jumlah penduduk.
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ - ٢٠٥
Artinya: Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan. (Q.S. Al-Baqarah: 205)
Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk mulia memiliki peran yang sama dengan manusia dalam memperlihatkan keindahan yang diciptakan oleh Allah Swt. Rasulullah Saw memandang bahwa alam ini harus dijaga secara utuh. Hubungan asasi dan timbal balik antara manusia dan alam didasarkan pada keyakinan bahwa kerusakan akan membahayakan keselamatan dunia beserta isinya. Karena itu, Rasul meletakkan prinsip umum dalam melestarikan lingkungan berupa larangan melakukan kerusakan di muka bumi.
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡعَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum: 41)