Mohon tunggu...
nurnoviyanti
nurnoviyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bakrie

Halo Perkenalkan Nama Saya Nur Noviyanti dari Universitas Bakrie jurusan Multimedia, Untuk hobi saya suka mewarnai dan menuli kata-kata (Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Media Sosial dalam Mempopulerkan Fenomena Blind Box Sonny Angel di Indonesia

21 November 2024   20:00 Diperbarui: 21 November 2024   20:47 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia mainan di Indonesia beberapa tahun terakhir digemparkan dengan fenomena blind box. Salah satu merek yang paling menonjol dalam kategori ini adalah Sonny Angel, boneka mini yang dikenal dengan desainnya yang imut dan sistem penjualan yang unik berhasil mencuri hati jutaan penggemar, terutama di kalangan generasi muda. 

Media sosial berperan besar dalam mempopulerkan Sonny Angel, menciptakan komunitas kolektor yang antusias dan mendorong perilaku konsumsi yang terkadang berlebihan.

Apa itu Blind Box dan Sonny Angel?

Blind box adalah kemasan mainan yang tidak mencantumkan jenis mainan di dalamnya. Pembeli baru akan mengetahui jenis mainan yang mereka dapatkan setelah membuka kemasan. Kejutan semacam inilah yang memang menjadi daya tarik utama blind box.

Dengan desainnya yang unik dan menggemaskan, Sonny Angel adalah merek boneka mini asal Jepang yang telah menarik hati banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Boneka ini dikenal dengan desainnya yang sederhana. 

Namun, menggemaskan dengan wajah polos dan ekspresi melamun. Sonny Angel berhasil menarik perhatian banyak orang. Boneka ini hadir dalam berbagai varian dengan pose dan aksesori yang berbeda-beda, membuat setiap unboxing menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Boneka Sonny Angel pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 oleh Dreams Inc., sebuah perusahaan asal Jepang. Desainnya yang unik merupakan karya seniman Jepang, Toru Soeya. Boneka koleksi kecil dengan tema malaikat ini memiliki desain unik yang membuatnya digemari. Setiap boneka memiliki tubuh mungil tanpa pakaian dengan penutup kepala berbentuk hewan atau buah-buahan.

Konsep Sonny Angel terinspirasi dari patung-patung malaikat yang ada di gereja-gereja di Eropa. Wajah polos dan ekspresi sederhana Sonny Angel melambangkan kepolosan dan kemurnian seorang malaikat. Nama 'Sonny' berasal dari bahasa Inggris 'Son' yang berarti anak laki-laki, sedangkan 'Angel' melambangkan kepolosan dan kemurnian. 

Jadi, Sonny Angel dapat diartikan sebagai 'Malaikat Kecil'. Salah satu ciri khas dari Sonny Angel adalah konsep blind box. Setiap boneka dikemas dalam kotak tertutup tanpa memperlihatkan desain di dalamnya. Hal ini membuat pembeli penasaran dan merasa seperti mendapatkan kejutan saat membukanya.

Konsep Blind Box

Sistem blind box adalah salah satu daya tarik utama dari Sonny Angel. Pembeli tidak mengetahui varian apa yang akan mereka dapatkan sebelum membuka kotak, menambah unsur kejutan dan antisipasi. Konsep ini tidak hanya membuat pengalaman membeli lebih menarik tetapi juga memicu keinginan untuk mengoleksi lebih banyak. Bagi banyak orang, mencari karakter langka atau edisi terbatas menjadi semacam "perburuan" yang seru.

Komunitas yang Kuat

Para penggemar Sonny Angel seringkali membentuk komunitas yang erat. Mereka saling berbagi informasi, bertukar koleksi, dan mengadakan acara-acara khusus. Media sosial seperti Instagram menjadi ajang bagi para penggemar untuk memamerkan koleksi mereka dan berinteraksi dengan sesama kolektor.

Peran Media Sosial dalam Mempopulerkan Sonny Angel

Media sosial telah menjadi platform utama dalam menyebarluaskan popularitas Sonny Angel. Berikut adalah beberapa cara di mana media sosial berkontribusi terhadap fenomena ini:

Platform seperti Instagram dan TikTok memungkinkan pengguna untuk memamerkan koleksi Sonny Angel mereka. Pengguna sering membagikan video unboxing, di mana mereka menunjukkan kegembiraan saat membuka kotak dan menemukan karakter baru. Hal ini tidak hanya menarik perhatian tetapi juga mendorong orang lain untuk ikut membeli. Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi platform utama bagi para penggemar Sonny Angel untuk memamerkan koleksi mereka. Hashtag seperti #sonnyangelindonesia, #sonnyangelcollection, dan #unboxingsonnyangel seringkali menjadi trending topic.

Media sosial telah membantu membangun komunitas penggemar Sonny Angel. Banyak pengguna membuat grup atau forum untuk berbagi informasi, tips, dan pengalaman terkait koleksi mereka. Ini menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan di antara para kolektor.

Beberapa influencer di media sosial telah berperan penting dalam mempromosikan Sonny Angel. Ketika influencer terkenal memposting tentang koleksi mereka atau melakukan unboxing, hal ini dapat menyebabkan lonjakan minat, permintaan dari pengikut mereka dan berikan ulasan tentang koleksi terbaru.

Selain pameran koleksi, media sosial juga dipenuhi dengan meme dan konten kreatif terkait Sonny Angel. Ini tidak hanya menambah kesenangan tetapi juga memperluas jangkauan audiens yang mungkin sebelumnya tidak tertarik dengan produk tersebut.

Platform e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia telah membuat pembelian produk Sonny Angel dari berbagai penjual menjadi lebih mudah bagi para penggemar.

Perusahaan sering merilis edisi terbatas yang membuat kolektor merasa harus memiliki karakter tersebut. Kolaborasi dengan merek lain atau seniman terkenal juga dapat meningkatkan popularitas Sonny Angel. Bagi sebagian orang, Sonny Angel membangkitkan nostalgia akan masa kecil dan mainan kesukaan mereka.

Faktor Lain yang Mempengaruhi

Salah satu tantangan terbesar bagi para kolektor Sonny Angel adalah harganya yang cenderung tinggi, terutama untuk edisi terbatas atau desain yang langka. Ukurannya yang kecil membuat Sonny Angel mudah dibawa ke mana saja dan dipajang di berbagai tempat. Hal ini membuat tidak semua orang mampu memiliki seluruh koleksi yang diinginkan. Meskipun secara umum harga Sonny Angel masih terjangkau bagi banyak orang. 

Karena popularitasnya, Sonny Angel seringkali cepat habis terjual. Hal ini membuat para kolektor harus bersaing untuk mendapatkan figure yang mereka inginkan, terutama untuk edisi baru atau yang sudah lama tidak diproduksi. Dengan tingginya permintaan, muncul pula produk tiruan atau palsu.

Para kolektor harus berhati-hati dan jeli dalam membedakan Sonny Angel asli dengan yang palsu. Seiring bertambahnya koleksi, para konsumen juga dihadapkan pada masalah ruang penyimpanan. Figur-figur kecil ini membutuhkan tempat khusus agar tidak rusak atau hilang.

Beberapa pihak memandang Sonny Angel sebagai sebuah investasi. Hal ini memunculkan kontroversi terutama saat harga jual kembali jauh di atas harga beli. Beberapa orang menganggapnya hanya spekulasi semata dan tidak sejalan dengan semangat mengumpulkan hobi.

Harga Kenaikan Sekunder di Pasaran

Kenaikan permintaan terhadap Sonny Angel juga berdampak pada harga di pasar sekunder. Figur-figur langka sering kali dijual dengan harga jauh lebih tinggi daripada harga asli saat rilis. Praktik ini dikenal sebagai reselling, di mana individu membeli produk dalam jumlah besar untuk dijual kembali dengan markup yang signifikan. Hal ini menciptakan siklus di mana konsumen merasa perlu untuk terus membeli agar tidak ketinggalan

Dampak Terhadap Konsumsi

Meskipun popularitas Sonny Angel membawa banyak kesenangan bagi para kolektor, ada juga dampak negatif terkait perilaku konsumsi yang muncul. Fenomena overconsumption atau konsumsi berlebihan sering kali terjadi ketika individu merasa tertekan untuk mengikuti tren atau mendapatkan barang-barang langka.

Banyak produk Sonny Angel dirilis dalam edisi terbatas, menciptakan rasa urgensi di kalangan kolektor untuk segera membeli sebelum kehabisan. Strategi pemasaran ini memanfaatkan psikologi kolektor yang menginginkan barang-barang eksklusif.

Praktik penjualan kembali (reselling) juga semakin umum terjadi. Beberapa kolektor membeli lebih banyak kotak blind box dengan harapan mendapatkan figur langka dan kemudian menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi, menciptakan pasar sekunder yang sangat kompetitif. Fenomena Sonny Angel juga dikaitkan dengan budaya konsumerisme. 

Beberapa orang berpendapat bahwa membeli banyak figur hanya untuk koleksi adalah bentuk pemborosan. Produksi massal Sonny Angel juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap lingkungan. Penggunaan plastik dan bahan-bahan lainnya dalam pembuatan figur dapat menghasilkan limbah yang sulit terurai.

Dampak Fenomena Sonny Angel

Fenomena Sonny Angel telah mendorong pertumbuhan industri mainan di Indonesia, terutama untuk produk-produk yang berkaitan dengan blind box. Kolektor semakin tertarik dengan produk-produk yang memiliki nilai estetika dan kolektivitas. Mendukung munculnya berbagai bisnis, seperti toko khusus Sonny Angel, jasa custom, dan event komunitas. Sonny Angels ini telah menjadi bagian dari budaya pop Indonesia, menemukan jalan mereka ke dalam berbagai bentuk kreasi penggemar, seperti seni penggemar, cosplay, dan merchandise.

Tantangan dan Potensi di Masa Depan

Meskipun popularitasnya terus meningkat, fenomena Sonny Angel juga menghadapi beberapa tantangan, seperti pemalsuan produk dan fluktuasi harga. Namun, dengan dukungan kuat dari komunitas dan inovasi yang dilakukan oleh produsen, diharapkan di masa depan, Sonny Angel akan terus menjadi fenomena yang menarik.

Kesimpulan

Media sosial menjadi katalisator utama dalam mempopulerkan fenomena blind box Sonny Angel di Indonesia. Melalui pameran koleksi, video unboxing, dan pembentukan komunitas online, media sosial tidak hanya meningkatkan visibilitas produk tetapi juga menciptakan keinginan kolektif di kalangan anak muda untuk mengoleksi figur-figur ini. 

Namun, yang terpenting harus disadari adalah dampak negatif dari tren ini, seperti risiko over-consumption dan kenaikan harga yang tidak terkendali di pasar sekunder. Dengan kecenderungan ini terus berkembang, kesadaran perilaku konsumsi yang bertanggung jawab menjadi semakin penting bagi para penggemar dan konsumen Sonny Angel di Indonesia.

Dengan menciptakan komunitas yang aktif dan interaktif, media sosial tidak hanya membantu meningkatkan penjualan tapi juga membentuk budaya koleksi yang unik di kalangan generasi muda. Seiring terus berkembangnya tren ini, perlu nomor satu memperhatikan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan serta bagaimana industri akan beradaptasi dengan permintaan terus meningkat.

Sonny Angel memang memiliki pesona yang unik. Ia dapat lebih dekat dengan masyarakat dengan keberadaannya. Namun, sebagaimana fenomena populer lainnya, nampaknya fenomena ini juga tak luput dari berbagai tantangan dan kontroversi. Penggemar harus bisa bijak mengelola koleksi dan mempertimbangkan dampak dari hobinya tersebut terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Media sosial telah memainkan peran yang sangat penting dalam mempopulerkan fenomena blind box Sonny Angel di Indonesia. Dengan memfasilitasi pameran koleksi melalui platform-platform digital, para penggemar dapat terhubung berbagi informasi membangun komunitas penggemar, menciptakan komunitas yang solid, serta mendukung promosi melalui influencer, media sosial telah mengubah cara orang berinteraksi dengan produk ini. 

Namun, perlu diingat bahwa popularitas ini juga membawa tantangan terkait perilaku konsumsi yang perlu diperhatikan oleh para kolektor agar tetap berada dalam batas wajar. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kekuatan media sosial dalam membentuk tren, tetapi juga mencerminkan bagaimana teknologi modern dapat memengaruhi budaya kolektor dan menciptakan tren baru yang menarik sekaligus kompleks perubahan dalam perilaku konsumen dan budaya pop di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun