Mohon tunggu...
nurnoviyanti
nurnoviyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bakrie

Halo Perkenalkan Nama Saya Nur Noviyanti dari Universitas Bakrie jurusan Multimedia, Untuk hobi saya suka mewarnai dan menuli kata-kata (Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Media Sosial dalam Mempopulerkan Fenomena Blind Box Sonny Angel di Indonesia

21 November 2024   20:00 Diperbarui: 21 November 2024   20:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor Lain yang Mempengaruhi

Salah satu tantangan terbesar bagi para kolektor Sonny Angel adalah harganya yang cenderung tinggi, terutama untuk edisi terbatas atau desain yang langka. Ukurannya yang kecil membuat Sonny Angel mudah dibawa ke mana saja dan dipajang di berbagai tempat. Hal ini membuat tidak semua orang mampu memiliki seluruh koleksi yang diinginkan. Meskipun secara umum harga Sonny Angel masih terjangkau bagi banyak orang. 

Karena popularitasnya, Sonny Angel seringkali cepat habis terjual. Hal ini membuat para kolektor harus bersaing untuk mendapatkan figure yang mereka inginkan, terutama untuk edisi baru atau yang sudah lama tidak diproduksi. Dengan tingginya permintaan, muncul pula produk tiruan atau palsu.

Para kolektor harus berhati-hati dan jeli dalam membedakan Sonny Angel asli dengan yang palsu. Seiring bertambahnya koleksi, para konsumen juga dihadapkan pada masalah ruang penyimpanan. Figur-figur kecil ini membutuhkan tempat khusus agar tidak rusak atau hilang.

Beberapa pihak memandang Sonny Angel sebagai sebuah investasi. Hal ini memunculkan kontroversi terutama saat harga jual kembali jauh di atas harga beli. Beberapa orang menganggapnya hanya spekulasi semata dan tidak sejalan dengan semangat mengumpulkan hobi.

Harga Kenaikan Sekunder di Pasaran

Kenaikan permintaan terhadap Sonny Angel juga berdampak pada harga di pasar sekunder. Figur-figur langka sering kali dijual dengan harga jauh lebih tinggi daripada harga asli saat rilis. Praktik ini dikenal sebagai reselling, di mana individu membeli produk dalam jumlah besar untuk dijual kembali dengan markup yang signifikan. Hal ini menciptakan siklus di mana konsumen merasa perlu untuk terus membeli agar tidak ketinggalan

Dampak Terhadap Konsumsi

Meskipun popularitas Sonny Angel membawa banyak kesenangan bagi para kolektor, ada juga dampak negatif terkait perilaku konsumsi yang muncul. Fenomena overconsumption atau konsumsi berlebihan sering kali terjadi ketika individu merasa tertekan untuk mengikuti tren atau mendapatkan barang-barang langka.

Banyak produk Sonny Angel dirilis dalam edisi terbatas, menciptakan rasa urgensi di kalangan kolektor untuk segera membeli sebelum kehabisan. Strategi pemasaran ini memanfaatkan psikologi kolektor yang menginginkan barang-barang eksklusif.

Praktik penjualan kembali (reselling) juga semakin umum terjadi. Beberapa kolektor membeli lebih banyak kotak blind box dengan harapan mendapatkan figur langka dan kemudian menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi, menciptakan pasar sekunder yang sangat kompetitif. Fenomena Sonny Angel juga dikaitkan dengan budaya konsumerisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun