ANALISIS UNSUR BUNYI DAN MAKNA DALAM KUMPULAN PUISI NARATIF INSPIRASI TANPA API KARYA TRI BUDHI SASTRIO
Â
1Nurmin, 2Sri Utami, 3Tri Budhi SastrioÂ
Universitas Dr.Soetomo, Indonesia
1nurminmarzuki76@gmail.com, 2sri.utami.mpd@unitomo.ac.id, 3tribudhis@yahoo.com.
 Abstrak
Artikel ini membahas tentang menganalisis unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui unsur bunyi dan makna dalam puisi Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
Jenis penelitian yang digunakan deskriptif  kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi naratif  Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio yang diterbitkan oleh penerbit C.V Jejak Publisher Tahun 2018. Metode pengumpulan data yang  digunakan yaitu pustaka, baca, dan catat. Teknik analisis data menggunakan teknik  analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis) untuk menemukan unsur bunyi dan makna dalam puisi Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
Berdasarkan hasil penelitian unsur bunyi dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio diperoleh gambaran bahwa aspek bunyi asonansi (pengulangan huruf vokal) pada puisi (1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang bunyi vokal di setiap akhir larik yang dominan bunyi vokal /a/, /i/, dan variasi bunyi /a/, dan /i/. Aspek bunyi aliterasi (pengulangan huruf konsonan pada setiap larik) berkonsonan bunyi /s/, /k/, /t/, /n/, /g/, dan /r/.Â
Aspek anafora (pengulangan kata di awal larik puisi) terdapat pada kata:Â tidak, undang-undang, Zhang, di, tetapi, bukti, merdeka, dan sambil. Aspek epifora (pengulangan kata di akhir larik puisi) terdapat pada kata: lahir, dunia, istimewa, raksasa, saja, istimewa, senja, ini, semesta, dan lantang.Â
Dan makna kias yang terdapat dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio diperoleh gambaran bahwa makna kias simile (perumpamaan), dan makna kias metafora terdapat pada puisi yang berjudul: (1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang, antara lain: Dan khusus seperti kejadian-kejadian nan istimewa (makna kias simile), Perjuangan Sang Putri Pemberani perajut label negeri (makna kias metafora) dan tidak memiliki makna kias personifikasi.
Kata-kata kunci: puisi, unsur bunyi, makna kias
Abstract
This article discusses analyzing the elements of sound and meaning in the collection of Inspirational Narrative Poems Without Fire by Tri Budhi Sastrio. The purpose of this article is to find out the elements of sound and meaning in the poetry of Tri Budhi Sastrio's Inspirational Narrative Poetry Collection.
The type of research used is descriptive qualitative. The data source for this research is a collection of narrative poems Inspiration Without Fire by Tri Budhi Sastrio published by C.V Jejak Publisher in 2018. The data collection methods used are literature, reading, and taking notes. The data analysis technique used descriptive analysis and content analysis to find the elements of sound and meaning in the poetry of Tri Budhi Sastrio's Inspirational Narrative Poetry Collection.
Based on the results of the research on the sound element in the Inspirational Narrative Poetry Collection Without Fire by Tri Budhi Sastrio, it can be seen that the aspect of assonance (repetition of vowels) in poetry is (1) Eleven... Eleven... Eleven..., (2) Happy Tears for Zhang Chinese Girl, ( 3) Kartini the Woman Warrior, the vowel sounds at the end of each line are dominant with the vowels /a/, /i/, and variations in the sounds /a/, and /i/.Â
Aspects of alliteration sound (repeating consonants in each array) consonant sounds /s/, /k/, /t/, /n/, /g/, and /r/. The anaphora aspect (the repetition of words at the beginning of a line of poetry) is found in the words: no, law, Zhang, in, but, proof, merdeka, and while. The epiphora aspect (the repetition of words at the end of a line of poetry) is found in the words: born, world, special, giant, only, special, twilight, this, universe, and loud.Â
And the figurative meanings contained in the collection of Inspirational Narrative Poetry Without Fire by Tri Budhi Sastrio, it can be seen that the figurative meaning of simile (parable), and the figurative meaning of metaphor are found in the poem entitled: (1) Eleven... Eleven... Eleven..., (2) Tears Happy for Zhang the Chinese girl, (3) Kartini the woman warrior, among others: And special events such as special events (simile meaning), the struggle of the brave princess knitting a national label (metaphoric meaning) and has no figurative meaning of personification.
Keywords: poetry, sound elements, figurative meaning
PENDAHULUAN
Puisi diartikan sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat karena memang pada dasarnya dengan menciptakan puisi maka penyair telah membangun, membuat, atau membentuk sebuah dunia baru, secara lahir maupun batin (Tjahjono dalam Rokhmansyah, 2014: 13). Sedangkan Puisi adalah salah satu karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.Â
Menurut Kosasih (2014: 97) puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Sedangkan menurut Samosir (2013:18) puisi adalah sebuah ciptaan manusia berupa ungkapan jiwa yang ditampilkan secara ekspresif dituangkan dalam bentuk bahasa indah, kata-kata yang estetis, rangkaian bunyi yang anggun dan memiliki daya tarik bagi para pembaca.Â
Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi yang disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa.Â
Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Puisi adalah karya sastra yang padat kata. Kata-kata yang membangun puisi dipilih dengan selektif dan secermat mungkin untuk mengomunikasikan maksud yang hendak disampaikan. Kata-kata yang digunakan dalam karya sastra puisi dapat mengungkapkan banyak hal (multi makna).Â
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata (Suarta dan Dwipayana, 2014: 173). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah kegiatan yang diciptakan melalui proses berfikir manusia dengan menekankan perasaan dan membangkitkan imajinasi kepada pembaca melalui unsur fisik dan unsur batin pada puisi.Â
Di dalam puisi terdapat makna kias yang termasuk pada unsur fisik puisi berupa bahasa figuratif atau majas. Makna kias merupakan salah satu kajian yang terdapat dalam ilmu semantik.Â
Dalam semantik terdapat kajian tentang makna kias. Adanya bahasa kiasan menyebabkan sajak menjadi menarik menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan.Â
Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa kiasan terdapat tujuh jenis antara lain perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), allegori, personifikasi, metonimia, dan sinekdoki (synecdoche).Â
Menurut Pratiwi (2018: 112) menyatakan bahwa fungsi makna kias pada suatu bahasa yaitu diantaranya (1) memperindah bahasa pada karya sastra yang khususnya berupa puisi, (2) menyembunyikan sesuatu dengan cara menggunakan bahasa yang sulit dipahami maknanya oleh pembaca, (3) menciptakan suasana tertentu dengan tulisan yang digunakan oleh penulis, (4) mempunyai tujuan untuk membujuk, mengingatkan, dan meyakinkan pembaca yang dituangkan dalam bentuk bahasa yang digunakan oleh penulis, (5) bahasa yang digunakan yaitu berupa sindiran agar pembaca mengerti dan memahami maksud dari penulis.
Selain makna kias adapula unsur bunyi yang membentuk keindahan sebuah puisi. Bunyi dalam puisi beragam jenisnya. Di antaranya: asonansi, aliterasi, anafora dan epifora. Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara berulang-ulang dalam satu baris sajak.Â
Sama halnya dengan aliterasi, hanya pengulangan bunyi-bunyi vokal. Efek yang diharapkan muncul dari pemanfaatan bunyi vokal secara berulang ini adalah kemerduan bunyi. Pengulangan bunyi dalam satu rangkai kata-kata yang berdekatan (dalam satu baris) berupa bunyi konsonan disebut aliterasi (Pradopo, 2014: 16).Â
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. Keraf (2016: 127) menyatakan anafora adalah repetisi yang berwujud perulangan pada kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Sedangkan Ratna (2012: 442) berpendapat bahwa anafora adalah kata atau kelompok kata diulang pada baris berikutnya.Â
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa anafora adalah gaya bahasa perulangan pada kata pertama yang sama pada kalimat selanjutnya. Keraf (2016: 136) berpendapat bahwa epifora adalah pengulangan pada gaya bahasa epifora adalah gaya bahasa dengan mengulang kata diakhir atau di tengah kalimat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan menganalisis Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio yang  berfokus pada unsur bunyi dan makna kiasan, yaitu aspek bunyi (1) asonansi, (2) aliterasi, (3) anafora, (4) epifora.Â
Sedangkan makna kias berfokus pada majas perbandingan tentang (1) simile, (2) metafora, (3) personofikasi. Peneliti memilih Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio karena dalam kumpulan puisinya penulis disini mempermainkan bunyi bahasa yang berakhir dengan asonansi, aliterasi, anafora, dan epifora dan memiliki makna kias. Â
Dalam kumpulan puisi tersebut terdapat 50 judul puisi naratif dan peneliti hanya mengambil 3 judul puisi naratif untuk dianalisis unsur bunyi dan makna, yaitu: Â (1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang. Â
Peneliti memilih 3 judul puisi di atas karena ke 3 judul tersebut memiliki tingkat analisis yang mudah dalam artian gambaran mengenai unsur bunyi puisi dan makna kias pada ketiga puisi tersebut.
Pada artikel ilmiah ini, penulis akan menganalisis unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui unsur bunyi dan makna dalam puisi Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
Aspek bunyi berkaitan dengan unsur bunyi vokal dan konsonan yang dapat menimbulkan kesan-kesan yang khas pada puisi. Bunyi dalam puisi beragam jenisnya. Di antaranya: asonansi, aliterasi, anafora dan epifora. Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara berulang-ulang dalam satu baris sajak. Sama halnya dengan aliterasi, hanya pengulangan bunyi-bunyi vokal. Efek yang diharapkan muncul dari pemanfaatan bunyi vokal secara berulang ini adalah kemerduan bunyi (Pradopo, 2012: 16).
Arti kias sebenarnya ibarat atau perbandingan. Maksudnya,dengan arti kiasan di sini adalah arti kata atau bentuk linguistik yang lain (kelompok kata atau frase, klausa, kalimat) bukan arti sebenarnya (Subroto, 2011: 145). Jadi, arti kiasan adalah arti linguistik tertentu (umum) bukan dalam arti sebenarnya.Â
Sedangkan menurut Pateda, (2010: 108) bahwa makna kiasan dalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makna kias adalah pemakaian kata dan kalimat yang maknanya tidak sebenarnya.Â
Makna kias bahasanya tidak menggunakan bahasa pada umumnya atau merupakan cara lain untuk mengatakan suatu yang lain dari cara yang biasanya atau dalam hal ini bahasa yang digunakan. Dengan kata lain, bahasa kiasan adalah bahasa yang mengekspresi sebuah makna secara tidak langsung.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif, yaitu metode atau cara menggambarkan atau memaparkan secara apa adanya, berupa data-data yang diperoleh melalui pencataan-pencataan data yang didapat dari sumber tertulis (Arikunto, 2014: 234).Â
Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang unsur bunyi dan makna kias dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.Â
Sumber data adalah Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio yang diterbitkan oleh penerbit C.V Jejak Publisher di Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng  Kab. Sukabumi, Jawa Barat Cetakan pertama Agustus 2018, 199 halaman, 14 x 20 cm.
Pedoman instrumen yang digunakan berupa kartu data tentang unsur bunyi yang menjadi kajian penelitian ini berfokus pada unsur bunyi, yaitu aspek bunyi (1) asonansi, (2) aliterasi, (3) anafora, (4) epifora. Dan makna kias berfokus pada majas perbandingan tentang (1) simile, (2) metafora, (3) personofikasi. dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu pustaka, baca, dan catat (Hikmat 2011: 71):
1. Metode pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber tertulis (tesis, skripsi, jurnal). Teknik ini digunakan untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan tentang unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
2. Membaca berulang-ulang Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio
3. Mencatat data di kartu data, kutipan teks (dialog, kata, frasa, dan kalimat) tentang unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
3. Mengklasifikasikan data berdasarkan aspek unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio
4. Mendeskripsikan data yang diperoleh tentang unsur bunyi dan makna  dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
5. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori. Triangulasi teori memanfaatkan beberapa teori atau lebih untuk dipadukan. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik pustaka dan baca, dan catat. Selanjutnya teori-teori tersebut kemudian dipadukan untuk mengecek data-data yang telah diperoleh guna dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya (Sutopo, 2010: 78).
6. Teknik analisis data dalan penelitian ini menggunakan teknik  analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis). Analisis deskriptif adalah melukiskan dan menafsirkan keadaan yang sekarang.  Metode analisis isi merupakan metode menganalisis isi atau kandungan isi.Â
Teknik ini digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti buku, surat kabar, roman, dan novel (Arikunto, 2014: 126). Teknik analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis) untuk menemukan unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
Prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Memilih dan menentukan puisi yang akan diteliti. Dalam kumpulan puisi tersebut terdapat 50 judul puisi naratif dan peneliti hanya mengambil 3 judul puisi naratif untuk dianalisis unsur bunyi dan makna, yaitu: Â (1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang.
2. Mencatat data yang ditemukan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, berupa kata, frasa, kalimat, ungkapan-ungkapan, pernyataan yang berkaitan langsung dengan unsur bunyi  dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
3. Mengidentifikasi dan mengelompokkan data berdasarkan unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
4. Membuat kartu data berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi berdasarkan unsur bunyi dan makna  dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
5. Mendeskripsikan data berdasarkan unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
6. Menganalisis data berdasarkan unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
7. Menyimpulkan hasil analisis berdasarkan unsur bunyi dan makna dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio.
8. Menyusun laporan hasil penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Â Analisis Unsur Bunyi dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio
Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: 1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang berfokus pada unsur bunyi, yaitu aspek bunyi (1) asonansi, (2) aliterasi, (3) anafora, (4) epifora sebagai berikut.
1. AsonansiÂ
Asonasi   merupakan   bentuk   pengulangan   huruf   vokal   pada   sajak   yang berurutan.  Pegulangan  huruf  vokal  dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio. Pengulangan  bunyi  juga  dimaksudkan  untuk  membangkitkan suasana  tertentu.  Asonasi  dapat  menimbulkan  irama.  Asonasi  yang  terdapat  pada puisi Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Karya Tri Budhi Sastrio pada bait ke-4 larik ke-8 sampai ke larik ke-12 sebagai berikut.
Kesadaran pada perintah utama mengedepan sehinggaÂ
Tak hanya paham di batas wacana tapi juga berani setiaÂ
...
 (Hal. 19)
Berdasarkan data di atas menunjukan adanya pengulangan bunyi berupa asonasi di akhir larik. Pada bait ke-4 per larik ke-8 sampai ke larik ke-12 asonasi yang terdapat pada puisi Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Api Karya Tri Budhi Sastrio yaitu asonasi yang berurutan bunyi  /a/ di setiap akhir larik.
Asonasi  yang  terdapat  pada puisi Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 sampai bait 4 dalam setiap lariknya menggunakan asonansi berurutan  bunyi /a/ di setiap akhir larik. Hal ini dapat dilihat pada bait 1 yang terdiri dari lari ke-1 sampai larik ke-21 sebagai berikut.
Berkaos merah menyala bertuliskan huruf S putih di dada
Disertai dengan senyum menawan, maka lengkap ini daraÂ
...
 (Hal. 21)
Berdasarkan data di atas menunjukan adanya pengulangan bunyi berupa asonasi di akhir larik. Pada bait 1 sampai bait 4 menggunakan asonansi yang berurutan bunyi  /a/ di setiap akhir larik ke-1 sampai larik ke-21.
Asonasi  yang  terdapat  pada puisi Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 sampai bait 3 dalam setiap lariknya menggunakan asonansi berurutan  bunyi /a/, /i/ dan divariasikan dengan bunyi /a/, dan /i/ di setiap akhir larik. Hal ini dapat dilihat pada bait 1 yang terdiri dari larik ke-1 sampai larik ke-29 dan bait 3 larik ke-1 sampai larik ke-13 menggunakan asonansi bunyi /i/ dan bunyi /a/sebagai berikut.
Di sini ada banyak pemudi reinkarnasi pendekar putri
Pujaan hati yang menjadi siluet abadi negeri kami ini.Â
....
(Hal. 56)
Bait 2 yang terdiri dari larik ke-1 sampai larik ke-23 pada puisi Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio menggunakan asonansi variasi bunyi /i/, dan /a/ di setiap larik akhir sebagai berikut.
Pernah di suatu masa ketika goresan pena meraja hatiÂ
Yang sempat dilayangkan nun jauh di sana satu negeriÂ
....
Pada semua olah jiwa kembara wahai putri yang  jelitaÂ
Lahir di pantai utara Jawa dipuja-puja rona nusantara,Â
....
 (Hal. 57)
Berdasarkan data di atas menunjukan adanya pengulangan bunyi berupa asonasi di akhir larik. Pada bait 2 menggunakan asonansi yang bervariasi berurutan bunyi  /i/ di setiap akhir larik ke-1 sampai larik ke-8. Dan  asonansi bunyi /a/ di setiap akhir larik ke-1 sampai larik ke-21.
Bait 3 yang terdiri dari larik ke-1 sampai larik ke-13 pada puisi Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio menggunakan asonansi bunyi /a/ di setiap larik akhir pada larik ke-9 sampai larik ke-23 sebagai berikut.
Nun jauh di sana ada Haumia, Kanaloa, Rhea Silvia,Â
Serta Tane Mahuta, Tangaroa, Bellona, Bona DeaÂ
...
 (Hal. 58)
Berdasarkan data di atas menunjukan adanya pengulangan bunyi berupa asonasi di akhir larik. Pada Bait 3 yang terdiri dari larik ke-1 sampai larik ke-13  menggunakan asonansi yang berurutan bunyi  /a/ di setiap akhir larik.
2. Aliterasi
Aliterasi  adalah  pengulangan  bunyi  konsonan  dalam  baris  sajak. Â
Aliterasi  yang terdapat pada puisi Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio. Pengulangan  bunyi  konsonan pada akhir larik  terdapat  pada puisi Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 larik ke-10, pada bait 2 larik ke-1 sampai larik ke-3, larik ke-10, larik ke-11, larik ke-13, dan larik ke-15 berkonsonan bunyi /s/, /k/, /t/, /n/, /t/, /t/, /g/, dan /r/  sebagai berikut.
Leonardo DiCaprio dan Demi Moore yang juga lurusÂ
Pada ini tanggal dan bulan istimewa mungkin sibuk
 Menyiapkan pesta ulang tahun yang hebat dahsyatÂ
Tidak terkira, hanya saja di sana ada ribuanÂ
....
Juga walaupun amat terlambat hingga semua orang
...
 (Hal. 17).
Berdasarkan data di atas menunjukan adanya pengulangan bunyi berupa aliterasi di akhir larik yang berbunyi /s/, /k/, /t/, /n/, /t/, /t/, /g/, dan /r/. dan aliterasi yang diulang di akhir larik adalah aliterasi yang berbunyi /t/.
Puisi Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 sampai bait 4 dalam setiap lariknya tidak terdapat aliterasi bunyi konsonan di akhir larik. Dan puisi Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio pada paragraf bait 1 sampai bait 3 dalam setiap lariknya tidak terdapat aliterasi bunyi konsonan di akhir larik.Â
3. Anafora
Anafora merupakan pengulangan kata yang sama pada awal larik-larik atau kalimat yang berurutan dengan tujuan memperoleh kesan tertentu. Pada buku kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio. Puisi yang menggunakan anafora Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Karya Tri Budhi Sastrio pada bait ke-2 larik ke-4, larik ke-6, dan larik ke-15 sebagai berikut.
...
Tidak terkira , hanya saja ada di sana ada ribuan sesama
....
Tidak sempat dan mungkin juga mereka tak mampu
...
Tidak ingat, semua orang lupa, puisi ini boleh juga
...
(Hal. 18).
Berdasarkan puisi Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Karya Tri Budhi Sastri. Melalui permainan beberapa unsur bunyi anafora pada kutipan di atas, penyair menciptakan satu kesan ditujukan kepada pembaca untuk mempermudah dalam pemaknaan.Â
Dapat dipahami bahwa puisi ini ingin secara tegas dalam menyampaikan maksudnya. Hanya satu pemakaian unsur bunyi anafora terdapat pada larik dengan mengulang kata "tidak". Bunyi anafora yang mendominasi puisi ini bukan hanya untuk pelengkap atau sebagai penunjang estetika semata, melainkan ada maksud yang dituju seperti penegasan makna dan memberi kesan sugestif untuk pembaca tentang argumen penyair.
Puisi Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina Karya Tri Budhi Sastrio menggunakan bunyi anafora pada bait 2 larik ke-4, larik ke-6 (undang-undang) bait 3 larik ke-1, dan larik ke-11 (Zhang) sebagai berikut.
....
Undang-undang harus ke sekolah dan tak boleh bekerja?
...
Undang-undang wajib bersekolah bagi anak serta remaja
....
(Hal. 22).
Zhang yang ada di Cina da nada di tempat-tempat lainnya.
....
Zhang mungkin hanya si  gadis penarik gerobak bau bata.
(Hal. 23)
Puisi Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 sampai bait 3 dalam setiap lariknya terdapat bunyi anafora  yang diulang di awal kata. Hal ini dapat dilihat pada bait 1 larik ke-1 dan larik ke-2 (Di), larik ke-4, dan larik ke-9 (tetapi), larik ke-16 dan larik ke-17 (bukti), larik ke-21 dan larik ke-22 (merdeka), larik ke-28 sampai larik  ke 29 (sambil). Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Di sini ada banyak pemudi reinkarnasi pendekar putri
....
Tetapi jiwamu wahai Kartini, pendekar putri nan senja
....Â
Tetapi juga tidak henti pancarkan sinar mentari pagi.Â
....
Bukti bagi bumi, bukti bagi bukit gunung di negeri ini,Â
Bukti bahwa yang dulu dengan gigih kau rintis sendiri
Di jalan sarat onak duri akhirnya berhasil purna bakti
....
Merdeka negeri, merdeka putri; merdekalah tanah ini,Â
Merdeka semua jiwa dan nurani, tidak ada terkecuali.Â
....
Tetapi dengan hati mekar berbunga dan riang berseri
Sambil mengajak kami semua terjun bebas berdiskusi
Sambil mengenang kembali larut taut makna serta arti
(Hal. 55-58)
 Berdasarkan puisi Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina Karya Tri Budhi Sastri yang terbanyak anaphora penguangan pada kata larik pertama pada bait 1 (di sini) dan bait 3 (tetapi, bukti, tetapi, merdeka, dan sambil).
4. Epifora
Epifora merupakan majas reptisi atau perulangan yang menempatkan kata atau kelompok kata yang sama di belakang baris dalam bentuk puisi secara berulang. Pengulangan kata yang sama, sehingga menimbulkan perulangan bunyi yang sama beberapa kali, dapat menimbulkan kesan sugestif pada sebuah sajak.Â
Kesan sugestif ini diharapkan dapat membujuk pembaca untuk melebur dengan sajak yang sedang dinikmati.Â
Unsur bunyi epifora dalam buku kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio dapat dilihat pada puisi yang menggunakan epifora Sebelas... Sebelas...Sebelas ... Karya Tri Budhi Sastrio pada bait ke-2 larik ke-1, larik ke-16 kata 'lahir', pada bait 4 larik ke-2 dan larik ke-12 kata 'dunia' bait 5 larik ke-10 dan larik ke-12 kata 'istimewa' sebagai berikut.
Leonardo DiCaprio dan Demi Moore yang juga lahir
....
Diguna mengenang Diponegoro, yang dicatat lahirÂ
....
Jalin menjalin, pintal memintal, itu jadi catatan dunia,Â
....
Ingin terus menerus didapat semasa hidup dalam dunia.
....
Hari ini si multi eka dapat saja memang sangat istimewaÂ
....
Merayakan hari kelahiran pada tahun eka yang istimewa
...
(Hal. 17-20).
Puisi yang menggunakan epifora Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 2 larik ke-11 dan larik ke-17 kata 'raksasa', larik ke-16 dan larik ke-20. Pada bait 4 larik ke-2 dan larik ke-12 kata 'dunia' bait 5 larik ke-10 dan larik ke-12 kata 'istimewa' sebagai berikut.
...
Cuma anehnya yang miskin pada ini negara naga raksasaÂ
...
Pertanyaannya bagaimana bisa di negara maha raksasa
...
Sementara usianya tak lebih dari lima belas tahun saja?Â
...
Jika ingin menangis dan berduka ria tentu bisa-bisa saja
...Â
Jalin menjalin, pintal memintal, itu jadi catatan dunia,Â
....
Ingin terus menerus didapat semasa hidup dalam dunia.
....
Hari ini si multi eka dapat saja memang sangat istimewaÂ
....
Merayakan hari kelahiran pada tahun eka yang istimewa
....
Dapat makan layak walaupun mungkin hanya hari ini saja.Â
Guna sekedar menyambung nyawa walaupun sehari sajaÂ
...
Mereka harus bekerja mulai dari rona fajar ke jingga senjaÂ
....
Dan harus bekerja keras mulai dari pagi hari sampai senja
(Hal. 21-24).Â
Â
Puisi yang menggunakan epifora Kartini Sang Wanita Pejuang Karya Tri Budhi Sastrio pada bait 1 larik ke-2, ke-16, dan ke-20 kata 'ini'. Bait 3 larik ke-6 dan larik ke-12 kata 'semesta', larik ke-16 dan larik ke-20. Pada bait 4 larik ke-3, ke-10, dan ke-27 kata 'lantang'.
...
Pujaan hati yang menjadi siluet abadi negeri kami ini
....
Bukti bagi bumi, bukti bagi bukit gunung di negeri ini,Â
....
Merdeka negeri, merdeka putri; merdekalah tanah ini,Â
....
Karena mereka itu pemilik dunia dan alam semesta.Â
....
Karena memang merekalah empunya alam semesta
....
Kaum wanita telah bebas teratas berbicara lantang.Â
....
Asyik dilagukan tak berkesudahan garang dan lantang
Tepat di barisan paling depan sambil berseru lantangÂ
....
(Hal. 56-59)
Bunyi epifora dengan pengulangan kata di akhir larik menggambarkan suatu yang sangat berkesan dan penting. Bunyi epifora akan sangat menunjang keindahan dari sebuah puisi jika ditempatkan atau digunakan dengan baik seperti kutipan di atas.
B. Analisis Makna Kias dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio
Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: 1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang berfokus pada makna kias, (1) simile, (2) metafora, dan (3) personifikasi sebagai berikut.
1. Makna Kias Simile (Perumpamaan)
Perbandingan atau perumpamaan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain, serta menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo, 2012: 63).Â
Maka makna kias perbandingan ini menjelaskan bahasa yang mengungkapkan suatu hal yang sama dengan hal lain serta menggunakan kata-kata pembanding. Berikut data yang tergolong makna kias perbandingan dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Sebelas...Sebelas...Sebelas....terdapat pada bait 1.
Dan khusus seperti kejadian-kejadian nan istimewa
Lakukan hal hebat luar biasa seperti mereka berdua
(Hal. 17-18)
Pada larik di atas menunjukkan makna kias perbandingan yang ditunjukkan pada kata "seperti". Apabila tidak ada kata "seperti" pada larik tersebut, maka secara langsung penyair menyebutkan orang itu serupa kejadian istimewa  seperti Leonardo Decaprio dan Demi Moore yang lahir ditanggal sebelas.
Makna kias perbandingan dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina terdapat pada bait 2.
...jauh lebih mengenaskan, umpama dibandingkan remaja
Serta anak-anak Indonesia
(Hal. 22).
Pada larik di atas menunjukkan makna kias perbandingan yang ditunjukkan pada kata "umpama" membandingkan kisah Zhang Si Gadis Cina sebagai pengangkut Batu yang bekerja  tak kenal siang ataupun malam dibandingkan dengan anak-anak Indonesia yang harus bersekolah dan tak boleh bekerja berdasarkan undang-undang.
Makna kias perbandingan dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Kartini Sang Wanita Pejuang terdapat pada bait 3.
Maka tentulah segantang harapan berhasil didulang.
(Hal. 59).
Pada larik di atas menunjukkan makna kias perbandingan yang ditunjukkan pada kata "segantang" membandingkan sebuah harapan yang terwujud.
2. Makna Kias Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding. Metafora melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain dan menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungghunya tidak sama (Pradopo, 2012: 67).Â
Berikut data yang tergolong makna kias metafora dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: 1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang terdapat pada bait 1.
Nah, pada merekalah larik-larik baris sederhana ini
(Hal. 18).
Pada larik di atas Nah, pada merekalah larik-larik baris sederhana ini berupa makna kias metafora yang ditunjukkan pada kata "larik-larik baris sederhana". Maksud makna kias tersebut bahwa sang penyair menulis puisi narasi untuk yang lahir pada tanggal sebelas.
Makna kias metafora dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina terdapat pada bait 2.
Dengan tenaga kerja semangat baja miliaran jumlahnya.
(Hal. 22).
Pada larik di atas Dengan tenaga kerja semangat baja miliaran jumlahnya berupa makna kias metafora yang ditunjukkan pada kata "semangat baja miliaran". Maksud makna kias tersebut bahwa Zhang gadis Cina yang masih belia harus bekerja keras dengan semangatnya bersama gerobaknya mengangkut batu bata yang dimuat di gerobaknya.
Makna kias metafora dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Kartini Sang Wanita Pejuang terdapat pada bait 1.
Perjuangan Sang Putri Pemberani perajut label negeri
(Hal. 57).
Pada larik di atas Perjuangan Sang Putri Pemberani perajut label negeri berupa makna kias metafora yang ditunjukkan pada kata "perajut label negeri".Â
Maksud makna kias tersebut bahwa raden Ajeng Kartini sebagai pelopor perempuan yang berjuang membela hak-hak perempuan bahwa perempuan sama kedudukannya dengan laki-laki dalam menuntut ilmu. Dan Raden Ajeng Kartini sebagai penyatu perempuan Indonesia.
3. Makna Kias Personifikasi
Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat hidup, berpikir, dan sebagainya seperti manusia (Pradopo, 2012: 6).Â
Berikut data yang tergolong makna kias personifikasi dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio pada puisi yang berjudul: Sebelas...Sebelas...Sebelas..., Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, dan Kartini Sang Wanita Pejuang pada judul puisi tersebut tidak ditemukan makna kias personifikasi.
Â
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian unsur bunyi dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio diperoleh gambaran bahwa aspek bunyi asonansi (pengulangan huruf vokal) pada puisi (1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang bunyi vokal di setiap akhir larik yang dominan bunyi vokal /a/, /i/, dan variasi bunyi /a/, dan /i/.Â
Aspek bunyi aliterasi (pengulangan huruf konsonan pada setiap larik) berkonsonan bunyi /s/, /k/, /t/, /n/, /g/, dan /r/. Aspek anafora (pengulangan kata di awal larik puisi) terdapat pada kata: tidak, undang-undang, Zhang, di, tetapi, bukti, merdeka, dan sambil. Aspek epifora (pengulangan kata di akhir larik puisi) terdapat pada kata: lahir, dunia, istimewa, raksasa, saja, istimewa, senja, ini, semesta, dan lantang.
Makna kias yang terdapat dalam Kumpulan Puisi Naratif Inspirasi Tanpa Api Karya Tri Budhi Sastrio diperoleh gambaran bahwa makna kias simile (perumpamaan), dan makna kias metafora terdapat pada puisi yang berjudul:Â
(1) Sebelas...Sebelas...Sebelas..., (2) Airmata Bahagia bagi Zhang Gadis Cina, (3) Kartini Sang Wanita Pejuang, antara lain: Dan khusus seperti kejadian-kejadian nan istimewa (makna kias simile), Perjuangan Sang Putri Pemberani perajut label negeri (makna kias metafora) dan tidak memiliki makna kias personifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hikmat. (2011). Metode Penelitian. Yogyakara: Graha Ilmu.
Keraf, Gorys. (2016). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. (2014). Jenis-Jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
Pateda, Mansoer. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pradopo, Rachmat Djoko. (2012). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Madah University Press.
Pratiwi, Anantasia Tita. (2018). Jenis Dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan Pada Lirik Lagu Band Naif  dan Payung Tedung. Universitas Sanata Dharma.
Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samosir. (2013). Apresiasi Puisi. Bandung: Yrama Widya.
Sastrio, Tri Budhi. 2018. Inspirasi Tanpa Api. Sukabumi: Jejak Publisher.
Suarta, I Made dan Kadek Adi Dwipayana. (2014). Teori Sastra. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Subroto, Edi. (2011). Pengantar Studi Semantik Dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.
Sutopo. (2010). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas. Sebelas Maret Press.
Triandana dan Rahmayanti (2021). Analisis Unsur Bunyi dalam Puisi Kita Saksikan Karya Sapardi Djoko Damono Kajian Stilistika. Jurnal Online. The Cross Culture, and Challenge of Sustanability. https://www.conference.unja.ac.id/ICMI/article/view/133
WS, Hasanuddin. .(2012). Membaca dan Menilai Sajak, Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Angkasa.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI