Mohon tunggu...
Nurmalasari
Nurmalasari Mohon Tunggu... Konsultan - Public Health Specialist

Passionate in Youth4Health & Mental Health | SDGs, Social Network, & Indigenous Enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokok VS Biofuel: Dari Tembakau untuk Bahan Bakar Masa Depan

26 Juli 2016   14:48 Diperbarui: 18 September 2018   15:34 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain berbagai cara dan upaya di atas, juga dilakukan pengendalian terhadap tembakau. Namun, pengendalian tembakau ini dianggap membangkrutkan industri rokok yang mengakibatkan Pemutusan Hukum Kerja (PHK) masal, juga akan menggulung eksistensi petani tembakau. Tudingan ini sebenarnya hanya isapan jempol. Karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), industri tembakau bukanlah penyerap tenaga kerja besar di  tingkat nasional. Industri ini hanya menduduki peringkat 48 dari 66 sektor yang berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja (Solikhah, 2010). Industri rokok berkontribusi kurang dari  1% terhadap total tenaga kerja nasional sejak tahun 1970-an, hingga kini (bandingkan, misalnya dengan sektor jasa konstruksi yang berkontribusi 5,4%, atau sektor pertambangan yang berkontribusi 4,6%). Tren menurunnya penyerapan tenaga kerja akan terus terjadi, karena industri rokok melakukan mekanisasi.

Industri rokok sendiri masih mematok harga beli tembakau sesuka hatinya. Harga dan kualitas daun tembakau sepenuhnya ditentukan oleh pihak industri rokok tanpa sepengetahuan petani tentang standar kriteria yang digunakan. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Temanggung (APTT) Wisnu Broto mengatakan, harga jual tembakau bahkan pernah mencapai harga di bawah rata-rata yang hanya sebesar Rp 5-10 ribu per kilogram. Padahal, dengan rata-rata produksi petani 600-700 ton tembakau per hektar, seharusnya harga jual yang cukup wajar di atas Rp 22 ribu per kilogram (Petani keluhkan harga jual tembakau, 2004).

Studi yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyebut tiga penghasil utama tembakau (Bojonegoro, Kendal, dan Lombok Timur) baru-baru ini menemukan bahwa upah rata-rata buruh tani per bulan adalah Rp 413.000 atau 47% dari upah rata-rata nasional (Alviah, 2010).

Data Statistik Upah 2005 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa upah petani tembakau per hari sebesar Rp 3.637,00 yang adalah terendah di antara enam komoditas pertanian (Alviah, 2010). Selain itu, jumlah pekerja industri rokok menurun seiring dengan adanya era mekanisasi. Selama tahun 2006, rata-rata upah bulanan pekerja industri rokok adalah Rp 670 ribu. Upah ini lebih rendah dari rata-rata upah pekerja industri makanan (Rp 851 ribu) dan pekerja semua industri (Rp 962 ribu). Menjadi ironis memang ketika pendapatan petani yang berada di bawah angka rata-rata upah nasional dibandingkan dengan keuntungan industri rokok.

Tembakau Tidak Hanya Sekedar Asap Rokok

Tembakau untuk Biofuel (sustainable.org)
Tembakau untuk Biofuel (sustainable.org)

Berdasarkan masalah dan fakta yang ada tersebut, kita semua dituntut untuk berpikir cerdas terkait solusi terbaik untuk masalah rokok di negara kita ini. Semua masalah pasti ada solusinya, begitu juga dengan masalah rokok ini. Karena ternyata, bahan baku rokok yaitu tembakau yang terkenal hanya mengandung zat-zat beracun bagi tubuh, ternyata memiliki manfaat positif. Tembakau dapat menjadi reaktor dalam menghasilkan protein anti-kanker yang ditemukan oleh Dr. Budi Witarto MEng seorang peneliti dari LIPI (2007), untuk melepas gigitan lintah, obat diabetes, serta biofuel. Biofuel sendiri adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan, ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik atau tumbuh-tumbuhan yang juga disebut Non-Fossil Energy (Donny, 2008). Berbeda dengan bahan bakar yang banyak kita kenal saat ini yang kebanyakan termasuk kelompok Fossil Energy.

Kesadaran akan makin berkurangnya cadangan bahan bakar berbasis Fossil Energy, diiringi dengan banyaknya kritik tentang emisi karbon yang dihasilkan oleh bahan bakar ini, membuat para perusahaan raksasa minyak dunia pun mulai beralih melakukan penelitian dan bahkan investasi di Non-Fossil Energy ini, sehingga biofuel menjadi primadona dengan kemasan yang ramah lingkungan. Meski begitu, ada juga pihak yang masih meragukan biofuel ini dengan alasan akan adanya pertarungan antara food untuk manusia dan food untuk kendaraan bermotor dan industri mengingat tanaman yang digunakan adalah tanaman pangan (Donny, 2008).

Namun masalah ini segera terjawab karena sebuah penelitian yang dilakukan Vyacheslav Andrianov, Ph.D., di Thomas Jefferson University, menyatakan bahwa tembakau sebagai bahan utama pembuat rokok ternyata bisa menghasilkan biofuel lebih efisien dibandingkan tanaman pangan lainnya (Tim Planethijau, 2010). Selain itu, tembakau sangat menarik untuk diimplementasikan sebagai biofuel karena ide yang diambil adalah menggunakan tanaman yang tidak digunakan dalam produksi makanan.

Menurut Andrianov, tembakau adalah tanaman tradisional yang tumbuh di berbagai negara dan akan sangat mudah menumbuhkan tembakau sebagai biofuel, terutama ketika permintaan akan tembakau sebagai bahan baku rokok semakin menurun karena setiap orang berusaha untuk hidup lebih sehat (Kukuh, 2010). Ide bahan bakar dari tembakau ini akan menuntun peralihan fungsi tembakau dari bahan industri rokok kepada bahan bakar yang nilai jualnya lebih tinggi. Inilah mengapa banyak orang yang melihat bahan bakar alternatif sukses.

Petani tembakau tentunya akan berpikir banyak untuk energi alternatif ini jika memang benar-benar potensial di pasar bahan bakar. Apalagi dengan pengetatan aturan merokok dan akibat yang ditimbulkan nikotin. Jika hal ini terjadi, maka harga rokok akan mahal dan masyarakat akan berpikir ulang untuk membeli rokok yang harganya bisa mencekik leher. Hal ini, akan berimbas pada penurunan konsumsi rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun