Mohon tunggu...
Healthy

Gangguan Sadisme Seksual

24 Januari 2016   14:52 Diperbarui: 24 Januari 2016   15:22 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terdapat 3 jenis prevensi yang dapat diberikan terhadap gangguan seksual sadisme sebagai berikut;

a.  Prevensi Primer

Pencegahan Primer merupakan upaya untuk menghilangkan kemungkinan munculnya gangguan dan mengembangkan kesehatan mental yang positif. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya;

  • Tidak melakukan aktivitas seksual yang menyimpang dengan makukan hal-hal positif agar penyaluran stres tidak merusak perilaku dan kebiasaan lainnya.
  • Memperkuatkan iman, bagaimanapun iman merupakan benteng terbaik sebagai pencegahan penyimpangan perilaku.
  • Self control dengan mengontrol dorongan rasa ingin tahu, mencoba atau pengaruh teman dengan penuh kesadaran dan pengetahuan akan dampak-dampak buruk dari perilaku tersebut.
  • Mengurangi atau tidak surfing atau melihat pornografi yang bebas bisa di dapat dari internet atau media lainnya, serta membiasakan hidup sehat untuk mengurang stres, termasuk olahraga teratur, nutrisi yang seimbang dan pengalaman spiritual dan religius.
  • Adanya usaha hukum seperti halnya yang dilakukan di Amerika yang dikenal sebagai Megan’s Law, hukum tersebut memungkinkan warga sipil untuk mendeteksi keberadaan mantan pelaku kejahatan seksual, yang dianggap berbahaya. Dengan hukum ini, diharapkan masyarakat dapat waspada, dan para mantan pelaku tidak berkesempatan untuk mengulangi kejahatannya.

b.  Prevensi Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak, lama dan berkembangnya masalah gangguan yang telah ada agar tidak menjadi parah. Pencegahan ini menekankan deteksi dini dan treatment segera terhadap tingkahlaku maladaptif dalam keluarga dan komunitas. Dapat dilakukan dengan memberitahukan jenis-jenis perawatan yang dapat membantu mengontrol perilaku dengan baik dan menunjukkan efek negatif yang timbul apabila tidak dilakukan treatment, memberikan intervensi paradoksikal, dengan mengekspresikan keraguan bahwa orang tersebut memiliki motivasi untuk menjalani perawatan. dapat pula dengan menjelaskan bahwa akan ada pemeriksaan psikofisiologis terhadap rangsangan seksual pasien; dengan demikian kecenderungan seksual pasien dapat diketahui tanpa harus diucapkan atau diakui oleh pasien (Garland & Dougher, 1991).

c.  Prevensi Tertier

Prevensi tertier yaitu upaya untuk mengurangi konsekuensi jangka panjang gangguan atau masalah yang serius. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan pihak yang berwajib, seperti rumah sakit, psikiater dan lain-lain. Dalam pencegahan tertier dapat dilakukan beberapa terapi diantaranya sebagai berikut;

  1. Terapi Psikoanalisis. Terapi yang membuat pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah pada bawah sadar yang berlebihan. Mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.
  2. Dengan cara orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka memberi respon seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.
  3. Teknik Kognitif, yang digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain.
  4. Teknik Biologis, intervensi biologis yang sempat banyak diberikan adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate. Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan seksual. Walaupun demikian, terdapat masalah etis daripenggunaan obat, karena pemakaian waktu yang tidak terbatas serta efek samping yang mungkin muncul dari pemakaian jangka panjang.
  5. Pengobatan gangguan paraphilia biasanya berusaha untuk mengurangi dorongan seksual dan perilaku melalui terapi perilaku, digunakan untuk mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan dan mengarahkan perilaku mereka dalam cara-cara yang sesuai sosial, dan melalui penggunaan intervensi psychopharmaceutical (The American Psychiatric Association, 2013). Penggunaan antiandrogen, termasuk medroxyprogestrone dan cyproterone, bersama dengan antipsikotik mengurangi reaksi fisik dan gejala psikologis yang berkaitan dengan kelainan seksual sadisme (Kafka, 1995).

 

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, The (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.

Fedoroff, Paul J. “Sadism, Sadomasochism, Sex, and Violence”. Canadian Journal of Psychiatry, 2008, 53 (10): 637-646.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun