Mohon tunggu...
Healthy

Gangguan Sadisme Seksual

24 Januari 2016   14:52 Diperbarui: 24 Januari 2016   15:22 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Adapun perspekif Biopsikososiokultural dari gangguan seksual sadisme adalah sebagai berikut;

1.  Biologis

Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya. Penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.

2.  Psikologis

  • Dalam teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut pengebirian. Pada kasus-kasus lain, kepuasan seksual sudah dapat dicapai lewat tindakan-tindakan sadis itu sendiri tanpa adanya hubungan seksual.
  • Berdasarkan perspektif psikodinamika, kecemasan kastrasi yang tidak terselesaikan dari masa kanak-kanak yang menyebabkan rangsangan seksual dipindahkan pada objek atau aktivitas yang lebih aman. Orang sadisme biasanya memandang seks sebagai sesuatu yang penuh dosa sehingga dengan memberikan pukulan dan siksaan pada pasangan seksualnya, ia merasa dapat mengurangi dosa seksual.
  • Berdasarkan perspektif teori belajar, stimulus yang tidak biasa menjadi stimulus terkondisi untuk rangsangan seksual akibat pemasangannya dengan aktivitas seksual di masa lalu, serta stimulus yang tidak biasa dapat menjadi erotis dengan cara melibatkannya dalam fantasi erotis dan masturbasi. Selain itu memiliki pengalaman dimana rangsangan seksual dan orgasme diasosiasikan dengan tindakan menyakiti orang atau sasaran lain. Pemaparan seks yang prematur, atau traumatik, dalam bentuk penyiksan seksual masa anak-anak. Umumnya baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki devisiasi seksual ini memiliki trauma-trauma dalam kehidupannya sebelum menikah. Pada masa kanak-kanak sering mendapatkan hukuman fisik dalam pola asuh orang tuanya, kondisi tersebut menyebabkan perkembangan sikap kebencian, kemarahan, dan penolakan diri yang sangat intens yang membuat orang tersebut pada masa dewasanya memiliki kecenderungan untuk melampiaskan dendamnya pada masa lalunya tersebut.

3.  Sosiokultural

Pada umumnya, penderita sadisme adalah laki-laki. Hal ini sepertinya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita. Seorang anak perempuan yang mendapat penyiksaan, mereka lebih sering terinhibisi secara seksual sedangkan anak laki-laki yang mendapat penyiksaan cenderung mewujudkan perilaku paraphilia salah satunya gangguan sadisme seksual.

Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa. Biasanya ada latar belakang dan umumnya mereka datang dari keluarga broken home, dalam hal ini bukan berarti keluarga yang berpisah karena perceraian saja, tetapi lebih pada visualisasi yang pernah ia saksikan pada keluarganya. Mungkin dia pernah melihat ibunya disiksa oleh ayahnya atau sebaliknya.

Perilaku sadisme seksual juga bisa menjadi bagian dari gambaran psikopatologi yang terkait dengan rendahnya kendali moral dan etika sosial. Adanya rasa ingin mencoba yang diakibat penyampaian informasi atau persepsi yang salah. misalnya anak yang mengenal pornografi sejak dini dan mendapat akses bebas akan cenderung menjadi antisosial, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tidak sensitif, memicu kelainan seksual, dan menimbulkan kecanduan pada situs game dan porno yang sarat dengan unsur kekerasan dan agresivitas yang memicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.

Perilaku sadisme seksual dapat dikarenakan terjadi represi parah misalnya anak laki-laki yang diajari bahwa seks merupakan hal yang tabu, kotor dan dihukum karena minatnya terhadap seks. Supresi berlebihan terhadap keingintahuan alami tentang seks, karena alasan religius atau alasan lain. Sikap negative terhadap seks atau ketakutan akan impotensi. Selain itu ada indikasi bahwa para pengidap sadis adalah orang-orang yang pemula-penakut, kurang jantan dan perkasa, dan kadang-kadang juga bersumber dari jenis gangguan psikis lain yang dialami oleh penderita seperti skizofrenia.

Terlepas dari gangguan yang mereka idap, mayoritas sadistis menjalani kehidupan normal, dan terdapat beberapa bukti bahwa mereka berpenghasilan dan memiliki latar pendidikan yang di atas rata-rata.

Prevensi apa yang dapat diberikan untuk gangguan ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun