Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Teman Cerita

27 September 2023   21:10 Diperbarui: 29 September 2023   20:54 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persahabatan(PEXELS/ PIXABAY)

Halo, kawan... pernah apa nggak sih, rasanya berdebar-debar tanpa sebab? Bukan karena bertemu gebetan atau melihat orang yang disayang, melainkan otak sudah overthinking duluan. Apalagi, saat dihadapkan dengan keadaan yang membuat perasaan tidak nyaman bertandang.

Aku pernah.

Setiap berada di kerumunan, isi kepala mendadak penuh. Rongga dada tiba-tiba bergemuruh. Raga seketika berpeluh. Diri sibuk menerka, kata-kata buruk apa lagi yang sekiranya akan kembali didengar oleh telinga. Begitu terus sampai berulang-ulang.

Sebab, seperti yang sudah-sudah, orang yang tidak disangka malah tanpa absen menjadi penyebab luka. Kan, serem. Mau ditantang dengan ucapan, tapi ngomongnya di belakang. Mau minta penjelasan, takutnya disangka asal menuduh sembarangan.

Soalnya pernah, ketika suatu waktu mendengar sesuatu yang tak mengenakkan, langsung deh dikonfirmasi kepada yang bersangkutan. Namun, yang didapat bukannya kejelasan, malahan kita yang disalah-salahkan. Seolah-olah ia korban, dan diri ini tersangka utama yang tak terbantahkan.

Sumber gambar: Koleksi pribadi
Sumber gambar: Koleksi pribadi

Duh, Gusti.. Kok horor sekali. Namun, ya sudahlah. Daripada salah, mending diam saja, kan?

Terkadang, orang-orang tidak sadar bahwa kata-kata yang diucap mengusik batas teritori, yang pada akhirnya menjadi sebab orang lain depresi. Bahkan, ada yang tanpa sengaja menyakiti diri sendiri karena tidak sanggup menanggung beban seorang diri. Salah satu alasannya yaitu akibat kerap mendapatkan perlakuan memilukan dengan dalih sebatas bercandaan.

Katanya sekadar canda, tapi anehnya tidak membuat tawa, malah menyebabkan lara. Ada-ada saja. Jika bilang kalau kondisi mental terganggu, dikira berlebihan. Aneka macam caci-maki tak bisa dihindari.

Sungguh kejam sekali.

Perihal kesehatan mental ini memang tidak bisa dianggap main-main. Salah langkah sedikit saja bisa membuat orang tak logis dalam berpikir. Ditambah, kasus bunuh diri begitu marak sekali akhir-akhir ini. Tak sedikit yang menyalahkan, menganggap kurang iman. Padahal, orang-orang tidak paham saja betapa berat persoalan yang ditanggung. Bisa jadi, pundaknya sudah terlampau rapuh karena cukup lama memikul masalah yang sudah menggunung.

Maka dari itu, kehadiran teman cerita sangat perlu sebagai penampung pilu, terutama ketika kecemasan berlebih terasa mengganggu. Hadirnya mungkin tidak menyembuhkan. Namun, ia mampu mengurangi beban.

Menyoal kesehatan mental, mengalihkan pada hal-hal lain bukan lagi menjadi solusi terdepan. Sebab, beberapa terapis tidak menyarankan. Pengalihan hanya akan menunda, bukan menyelesaikan akar permasalahannya, yang tentu saja bisa sewaktu-waktu meledak tanpa sangka.

Oleh sebab itu, itulah gunanya teman cerita. Ia bisa membantu meringankan secara perlahan. Tidak perlu banyak, cukup satu saja yang tulus. Bukan yang banyak modus.

Kan, ngeri jadinya jika yang ditemui adalah manusia bertopeng. Yang di depan berlagak manis bak gulali, tapi di belakang kata-katanya pahit bagai brotowali. Jauh-jauh, deh, dari orang seperti itu. Takutnya, bukannya sembuh tetapi pertahanan diri malah kian runtuh, bukan?

Wahai teman-teman satu server, mari tarik napas yang dalam, lalu embuskan. Setelah itu, mari temukan teman cerita kita masing-masing.

Mulai sekarang, siap-siap berbagi cerita, yuk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun