Halo, kawan... pernah apa nggak sih, rasanya berdebar-debar tanpa sebab? Bukan karena bertemu gebetan atau melihat orang yang disayang, melainkan otak sudah overthinking duluan. Apalagi, saat dihadapkan dengan keadaan yang membuat perasaan tidak nyaman bertandang.
Aku pernah.
Setiap berada di kerumunan, isi kepala mendadak penuh. Rongga dada tiba-tiba bergemuruh. Raga seketika berpeluh. Diri sibuk menerka, kata-kata buruk apa lagi yang sekiranya akan kembali didengar oleh telinga. Begitu terus sampai berulang-ulang.
Sebab, seperti yang sudah-sudah, orang yang tidak disangka malah tanpa absen menjadi penyebab luka. Kan, serem. Mau ditantang dengan ucapan, tapi ngomongnya di belakang. Mau minta penjelasan, takutnya disangka asal menuduh sembarangan.
Soalnya pernah, ketika suatu waktu mendengar sesuatu yang tak mengenakkan, langsung deh dikonfirmasi kepada yang bersangkutan. Namun, yang didapat bukannya kejelasan, malahan kita yang disalah-salahkan. Seolah-olah ia korban, dan diri ini tersangka utama yang tak terbantahkan.
Duh, Gusti.. Kok horor sekali. Namun, ya sudahlah. Daripada salah, mending diam saja, kan?
Terkadang, orang-orang tidak sadar bahwa kata-kata yang diucap mengusik batas teritori, yang pada akhirnya menjadi sebab orang lain depresi. Bahkan, ada yang tanpa sengaja menyakiti diri sendiri karena tidak sanggup menanggung beban seorang diri. Salah satu alasannya yaitu akibat kerap mendapatkan perlakuan memilukan dengan dalih sebatas bercandaan.
Katanya sekadar canda, tapi anehnya tidak membuat tawa, malah menyebabkan lara. Ada-ada saja. Jika bilang kalau kondisi mental terganggu, dikira berlebihan. Aneka macam caci-maki tak bisa dihindari.
Sungguh kejam sekali.