Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hati Terperangkap di Ruang Tandus

20 September 2023   18:12 Diperbarui: 20 September 2023   18:16 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu perkataan ibu sekitar empat bulan yang lalu. Nyatanya, kehidupan kerap mengajak bercanda. Setelah pohon-pohon karet sudah dialihkan pada tanaman pepaya, kemarau panjang melanda. Krisis air turut serta menjadi warna. Sudah lebih dari satu bulan tepatnya, tak ada hujan yang menyapa. Kekeringan pun mendera. Tanah tandus tak dapat dihindari. Jangankan panen. Pepaya-pepaya yang sudah berdiri kokoh pun berangsur layu, hingga tak jarang juga yang sudah mati.

"Pepaya yang waktu itu pada mati, Nduk. Nggak ada air buat nyiram. Sungai kecil yang di dekat ladang itu pun nggak ada isinya sama sekali."

Rasmi meringis ngilu mendengar keluhan ibunya satu minggu yang lalu. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa sebanyak-banyaknya agar hujan segera turun.

"Tuhan, tolong tunjukkan jalanmu!" jerit Rasmi tertahan. Pikirannya benar-benar kalut. Hidup di tanah rantau dengan segudang permasalahan yang masih terus berlanjut membuat otaknya kalang kabut.

"Rasmi, mau nitip?" teriak teman samping kamar Rasmi. 

Rasmi segera bangkit dari posisinya semula. Ia berjalan pelan menuju ke arah pintu. Kemudian, ia menuju ke luar untuk menghampiri temannya tadi.

"Baliknya lama, nggak?" Rasmi bertanya.

Puspa, teman di indekos Rasmi, menjawab dengan santai, "Mau ketemuan bentar sama Daddy, abis itu langsung balik."

"Nggak jadi nitip, deh. Gue mau pesan online aja. Keburu lapar total, nih." Rasmi berujar dengan raut memelas.

"Baiklah kalau gitu. Gua cabut dulu, Say. Kalau ada yang lo pengin, chat gue aja."

Sepeninggalnya Puspa, Rasmi kembali ke kamar. Tanpa menunda, ia mengambil ponsel yang sedari tadi dibiarkannya teronggok sembarangan di ranjang. Setelah itu, ia membuka aplikasi pemesanan. Pilihan Rasmi jatuh pada warung makan yang menyediakan menu khas Sumatera. Ia memutuskan untuk membeli pindang patin. Membayangkan kuahnya yang segar, membuat Rasmi senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun