"Bertahan sedikit lagi ya, Sayang! Nggak boleh menyerah gitu aja. Tunjukkan sama Mas sosok Shabira yang katanya sabarnya berjuta-juta, yang katanya ujian hidup saja sampai minder padanya," tutur Arjuna sambil memegang erat tangan Sasha. Lelaki itu tak pernah sedetik pun berhenti menyemangati sang istri yang sedang berjuang melahirkan buah hati yang selama ini dinanti.Â
Setelah berjuang sekuat tenaga dibantu cairan induksi, usaha melahirkan secara normal belum berhasil. Selepas observasi dari siang sampai sore hari, tetap bukaan satu. Apalagi, denyut janin juga sempat menurun. Sehingga, dengan keputusan yang cukup berat, jalan operasi yang dilakukan.Â
"Sebaiknya, segera diberikan penanganan, Bu! Detak janin juga makin menurun. Kalau ditunda lebih lama, dikhawatirkan bayinya tidak kuat. Apalagi, air ketuban sudah keluar sejak tadi. Takutnya, si janin akan kehabisan cairan di dalam kandungan dan itu akan berefek tidak baik."
Kalimat panjang dari petugas medis yang menangani Sasha sore itu, cukup mengejutkan. Tak ingin mengambil risiko mengerikan, Sasha dan Arjuna pun memilih untuk operasi sesar.Â
Antara yakin dan tidak yakin, Sasha hanya bisa berserah pada Allah saat itu. Demi sang buah hati, ia rela melakukan apa saja, termasuk jika nantinya menjadi bahan omongan tak mengenakkan di lingkungan sekitarnya.Â
"Aku nggak apa-apa Mas. Asal dia baik-baik saja." Sasha meyakinkan sang suami kalau ia tidak masalah menjalani operasi sesar. Usaha juga sudah dilakukan dengan maksimal, tetapi jika Allah sudah berkehendak, manusia hanya bisa pasrah.Â
Kini, setelah mendengar tangisan sang bayi, hati Sasha lega. Meskipun, selepas obat bius habis, bagian perutnya terasa sakit luar biasa.Â
"Anak zaman sekarang memang nggak sopan. Masalah sebesar ini nggak diskusi dulu dengan orang tua. Udah nggak butuh lagi kayaknya. Aku merasa nggak dihargai banget, Mbak."
Sasha mendengar nada menyakitkan itu dengan samar. Sasha menahan sesak. Kemarin, saking paniknya, Sasha dan Arjuna memang tidak sempat mengabari keluarganya. Namun, Sasha tidak menyangka kalau reaksi yang diterima akan sedemikian rupa.Â
Sasha paham dengan jelas suara menggelegar itu adalah milik sang ibu mertua yang baru tiba dengan beberapa sanak saudara dari keluarga suaminya. Bisik-bisik tidak mengenakkan itu menyusup ke telinga. Termasuk, pemikiran Sasha yang ternyata benar adanya.Â
"Itu oleh-olehnya melawan orang tua. Lahirannya sulit. Anak muda sekarang emang gitu, pada nggak mau ngerasain sakit pas mengejan."