"Kau tetap diam. Itu pertanda 'iya', bukan? Aku sangat mengetahui dengan baik perihal alur dan latar cerita di dalamnya."Â
Naira dibuat mati kutu, tak mampu berkata-kata. Hanya keringat dingin yang sukses menghiasi tubuh mungilnya yang kian tak berdaya.Â
"Sepertinya, ending cerita ini masih menggantung. Bolehkah aku melengkapinya?" tanya lelaki itu mantap.
Netra Naira mulai mengembun. Dari nada bicara lelaki memesona itu, tak ada setitik ragu yang terungkap. Gadis itu masih sibuk mengeja. Ia takut hanya salah sangka. Ia takut Albi hanya mengiba atas ketidakpastian wanita sepertinya menunggu seorang lelaki bermata sendu untuk menggenapi cerita hidupnya.
"Apa kau yakin?" Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari lidah gadis itu.
"Sangat yakin," jawab lelaki itu dengan tegas.
"Gimana?" Albi meyakinkan. Lalu, Naira membalas dengan anggukan.Â
Kini, gadis itu sesenggukan. Tangis bahagia itu pecah. Air mata yang sudah ia tahan tak dapat lagi ia bendung. Jika di dalam cerita, cinta yang Naira miliki masih tergantung, maka di dunia nyata, cinta itu berujung.Â
Akhirnya, lelaki bermata sendu itu akan membersamai gadis itu. Nama lelaki pujaan hatinya itu tak hanya harum dalam novel kesayangannya, tetapi ia juga akan menjadi sosok pelangi yang mewarnai kehidupan di dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H