Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lelaki Bermata Sendu

23 Agustus 2023   16:56 Diperbarui: 25 Agustus 2023   00:05 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi laki-laki. (KatarzynaBialasiewicz via Kompas.com)

Gelak tawa kembali memekik tanpa tanya, seperti pada hari-hari sebelumnya. Raut penuh nista masih Naira hapal hingga detik ini juga. Ia paham dengan baik tiap-tiap kepala yang berhasil mengacaukan ceria. Mereka adalah para budak dunia yang hanya mementingkan rupa. 

Lalu, bagaimana denganku yang tak bermodal tampang bak permata seperti yang ia duga? Menjadi cela bahkan pergunjingan setiap harinya sudah kuterima tanpa jeda. Haruskah aku memberi sorak yang meriah kepada mereka? Yang telah berhasil memupus rasa percaya diri yang susah payah kubangun seperti sedia kala. Untung baru saja dapat sarapan pagi penuh cinta dari sosok bermata sendu itu, ucap gadis itu dalam hati. 

Celoteh manusia tak berperasaan itu hanya Naira tanggapi dengan diam. Sebisa mungkin senyum terbaik dari wajahnya tetap dipaksa mengembang. 

Ia cukup sadar bahwa ia sekadar seorang wanita dengan tampang pas-pasan. Namun, Naira memiliki tekad yang kuat. Meski berparas minimalis, ia harus selalu bahagia.

Itu adalah kisah kelam yang Naira rasakan belasan tahun silam. Ia yang tersingkir karena rupa. Ia yang hilang ceria karena tak mampu membela dirinya.

Sejak saat itu, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bangkit dari mimpi buruknya. Ia percaya bahwa formula terbaik untuk membungkam lisan-lisan yang penuh cela itu dengan karya. Maka dari itu, ia harus terus berkarya hingga jiwa terlepas dari raga.

Kala ini, memori tentang luka itu kembali mengudara tatkala seseorang yang dipuja kembali menyapa. Dialah lelaki bermata sendu, yang selama ini membuat semangat dalam diri Naira kian menggebu.

Sungguh, Naira hampir lupa. Pesan dari seseorang yang pernah bertengger manja dalam hidupnya di masa lalu itu sudah sekian jam ia abaikan. Segera ia ambil handphone yang sudah sedari tadi diletakkan di sudut ranjang. Ia ketikkan kata per kata yang panjang tanda rindu padanya yang tak berkesudahan. Namun, semua itu ia urungkan. Ia tidak ingin terlalu berharap. Jujur, ia tak siap kecewa kali ini.

Naira: Iya. Tentunya masih ingat, dong.

Balasan Naira sesingkat itu. Tak lupa, ia bubuhi tanda senyum sebelum tanda titik di dalamnya. Agar tidak terkesan cuek menanggapi pesan dari lelaki menawan itu.

Albi: Syukurlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun